Riana masuk ke dalam rumahnya selepas kepergian Pakde. Ia mengetuk pintu kamar Abel yang terkunci.
"Abel?" Tanya Riana namun tak ada jawaban sama sekali.
Riana terdiam sementara menyadari keanehan yang ia alami. "Mengapa aku tadi sedikit sulit mengingat Abel?' tanyanya dalam hati.
Riana bergerak menuju kamarnya dan membuka buku catatannya. Lalu menuliskan sesuatu dibukunya.
Hari ini, 26 juni 2017.
-Aku lupa Abel.
Lalu ia membuka lembar-lembar yang ia tulis sebelumnya ternyata ia cukup banyak menulis hal-hal yang ia lakukan namun ia melupakannya.
"2 hari yang lalu aku lupa, peringatan kematian Abil." Ucapnya sembari meraih pas Foto di atas nakas. Ia tatap Foto seorang lelaki yang berseragam tentara itu dengan badan gagah dan rahang yang kokoh. Tubuh yang tegap serta ditangannya terdapat senapan. Riana memeluk pas Foto itu dengan amat sangat kuat. Hingga tak sadar bahwa air matanya jatuh membahasi pelupuk matanya.
"Sudah 16 tahun kau meninggalkanku dan Abel yang sama sekali tak mengenal sosok ayahnya. Ketika ia lahir, kau tidak ada disampingnya. Hari ini, aku ingin menceritakan tentang Abel untukmu. Sesuai ucapanmu dulu, kau ingin anak mu dipanggil Abel walau namanya tidak ada sama sekali kata Abel agar semua orang mengingat bahwa Abel adalah anak Abil. Aku tahu kan sangat mencintai tugasmu. Hingga tugas juga yang merenggut nyawamu. Namun tenang, Abel tumbuh mandiri layaknya dirimu. Ia tak pernah mengeluh ataupun marah tentang apapun. Ia sekarang menjadi anak yang baik sesuai pesanmu padaku."
Riana menghapus air matanya yang jatuh lalu bergegas beranjak dari kamar tidur.
Ia kembali mengerjakan tugas-tugas rumah yang tertumpuk. Jika kalian berpikir apakah Riana tidak berkerja? Jawabannya tidak, Riana bekerja. Ia bekerja sebagai seorang penulis yang selalu berkutat pada tulisannya.
Ia cukup banyak mengeluarkan novel-novel karyanya. Walau bukan penulis terkenal, setidaknya ia cukup dikenal didaerahnya. Sebenarnya, jika ia tidak bekeja juga. Ia tetap hidup berkecukupan karena Abil meninggalkan harta yang setidaknya cukup sampai Abel perguruan tinggi. Lagipula mertuanya juga tetap memantau kondisi cucunya.
***
Selepas pulangnya Abel, kondisi sekolah aman-aman saja walau tadi sangat heboh karena Abel pingsan. Bukan Abel yang menjadi pusat perbincangan tetapi Ilham. Dia berulah lagi.
"Yan Bian" Panggil seseorang berparas cantik dan rambut bergelombang.
Bian yang sedang membawa setumpukan buku mulai berhenti dan menoleh.
"Ngapa Sa?" Tanya Bian dengan muka malas.
Rosa, nama lengkapnya Rosa Amelia Cantika. Teman sekelas Bian yang jadi primadona sekolah. Gadis dengan wajah cantik nan mulus itu memang sejuk dipandang mata. Tapi sayang, Rosa hanya menang cantik. Rosa tidak pintar seperti yang diperkirakan orang-orang.
Ketika ada orang-orang yang mengatainya hanya menang cantik. Rosa akan menjawab "Gue jadi model ga perlu dites MTK!"
"Bian mau ke perpus?" Tanyanya lembut pada Bian yang sudah buang muka.
"Lo liat kan kalo gue bawa buku trus arahnya juga jalan ke perpus." Ucap Bian ketus.
"Barengan sama Rosa ya, Rosa juga mau ke perpus." Ucap Rosa seperti memohon.
"Iya," Ucap Bian dingin.
Bian dan Rosa berjalan berbarengan dan sontak membuat sekolah gempar. Seakan melihat raja dan ratu sekolah sedang berjalan menuju altar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart stealer
Teen Fiction"Gue mau kita putus! Lo pacaran aja sama buku sana! Setiap gue ngechet. Lo selalu bales "gue lagi belajar, jangan ganggu." -Adinda Nabila "Ya kalo gue pacaran sama buku. Nanti siapa yang ngingetin gue waktu gue belum makan?" -Bian pratama negara Upd...