6.

48 2 0
                                    

Dari Abel :
"Yaudah kita putus. Gue memang tolol dan ga sepinter lo,"

"Akhhh,"

Bian mengacak-acak rambutnya karena   Lagi-lagi Abel meminta putus. Bian bukanlah cowok yang dengan mudah men-iya-kan suatu hubungan. Dunia pun tau kalo Bian adalah sosok introvert yang susah bergaul.

Bian bingung harus menjawab apa, posisi terbaik saat ini adalah bicara langsung dengan Abel. Tapi, tidak mungkin sekarang. Karena, besok ia ada ulangan matematika dan latihan tes ptn.

Mau ditelpon juga, Abel tidak akan mengangkat. Mungkin, cewek itu sedang ngamuk dikamarnya atau nangis jerit-jerit.

Bian sebenarnya tidak seberapa peduli. Namun, selama 6 bulan ini dia memang sedikit tahu sifat asli Abel. Dulu, Abel selalu menelpon dan bercerita hal ga jelas dengan Bian. Sedangkan Bian hanya mendengarkan dan tetap fokus pada bukunya.

Namun benar, kelas 12 ini Bian sangat-sangat sibuk dan jadwal belajarnya harus ditambah. Ia harus pergi dari sini dan membalas dendam yang tertanam dibatinnya.

Bian tidak akan menjawab Abel atau membaca pesannya. Cukup ia lihat dari notifikasi yang masuk.

Menurut Bian mungkin Abel butuh waktu sendiri dahulu agar ia memikirkan baik-baik yang ia katakan. Karena Bian tahu, Abel tidak pernah tega tidak mengirim pesan padanya lebih dari sehari.

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. Bian segera melangkah keluar dan membukanya.

"Kenapas mas?" Tanya Bian pada seseorang yang berpakaian seragam kurir.

"Nganter barang lagi?"

"Iya, untuk Bian Pratama Negara. Mohon ditanda tangani mas." Ucap kurir barang.

"Oke saya terima, terimakasih mas."
Bian mengambil barang tersebut dan menyimpannya.

Lagi-lagi kiriman Dari  mba Kirana. Dia memang mbanya Bian yang palinv peduli. Setiap bulan dia pasti mengirimi barang untuk Bian. Tidak tepatnya untuk Abel katanya sebagai hadiah monthversary. Katanya Kirana Bian harus belajar jadi cowok yang romantis walau abal-abal. Karena Kirana sangat mendukung Abel dengan Bian dan Kiranalah yang menyuruh Bian menembak Abel yang notabenenya adalah adek kelas Bian sendiri.

Tapi nyatanya, Bian tidak pernah menyampaikan kado itu untuk Abel. Ia selalu menumpuknya di dalam lemarinya. Bahkan Bian tak pernah sama sekali membukanya.

Bian menghempaskan badannya diranjangnya yang lebar. Ia menarik kasar dasinya lalu menghembuskan nafasnya. Hari ini, cukup melelahkan karena ia harus menyelesaikan 600 soal fisika untuk persiapan UN.

Bian kemudian tertidur tanpa mengganti seragamnya.

****

Pagi harinya dirumah megah bak istana mewah. Hentakan sepatu pantofel terdengar menuruni tangga.

"Hari ini Papa akan kesekolahmu untuk melakukan pemeriksaan donasi. Jangan berulah," Ucap seorang pria paruh baya dengan tegas.

Ilham yang tengah sarapan pagi seperti ingin membanting sendoknya.

"Jangan khawatir, semua orang tidak tahu bahwa aku adalah anak anda 'Tuan yang mulia Abiyyu Nafsan Husen'" Ucap Ilham dengan hormatnya.

Heart stealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang