"Apa kamu yakin Mas dengan pilihanmu" tanyaku ragu, bukan tanpa alasan ini tentang masa depan yang di pertaruhkan, aku tak ingin dalam dirinya ada penyesalan.
"Sangat yakin, dek. Mas tak pernah seragu ini" di sebrang sama bisa ku dengar keseriusan dalam suaranya.
Ia lelaki sholeh, lelaki lulusan pesantren terbaik di pulau jawa. Perangainya yang tenang namun tegas dalam beberapa hal, aku mengenalnya ketika aku tengah memperdalam ilmu agamaku yang dulu ku abaikan, disebuah pesantren di desa terpencil, pria itu memilih menjadi guru mengaji disela kesibukannya sebagai Manager salah satu perusahaan ternama. Di setiap hari libur tiba ia selalu menyempatkan diri untuk mengajar, meski jarak kota ke desa itu tidaklah dekat.
Pribadinya yang tulus sempat membuatku tertarik, tapi aku selalu merasa rendah diri dan tak pantas untuk mendampinginya. Lagi pula, ia tak pernah menunjukkan gelagat bahwa ia menyukaiku, itu semakin membuatku mundur perlahan. Mana mungkin pria se-sholeh ia memilihku sebagai pendampingnya sedang di tempatnya mengajar terdapat beberapa guru wanita yang perangainya baik serta sholehah sedang aku? Ilmu agama saja masih rendah.
"Mas, coba Mas pikir-pikir lagi" kataku meyakinkan
"Mas sudah menemukan jawabannya lewat istikharah, dek. Inilah jawabannya, Mas ingin meminang mu menjadi pendamping Mas"
Jika kau tanyakan apa yang kurasa saat ini, sungguhlah tiada terlukis kan perasaan bahagia yang begitu membuncah, namun rendahnya rasa percaya diriku lebih dominan, aku mencemaskan masa depan yang akan mengecewakan dirinya.
"Dek, maaf sebelumnya. Mas diam-diam sering memperhatikanmu, Mas tahu itu salah maka dari itu Mas ingin meminangmu agar Mas tak lagi berdosa ketika ingin menatapmu, hingga Mas terpejam" aku menangis terisak, apa aku pantas untuk pria tulus ini? Ya Allah apa ini Jawaban-Mu atas perasaan terpendamku?
"Mas, ilmu agamaku masih standar dan imanku masih rendah, apa Mas tak takut menyesal?"
"Itulah gunanya aku sebagai imam-mu dek, yaitu membimbingmu hingga menuju jannah-Nya. Insya Allah Mas tak kan menyesal karena Mas mengambil keputusan ini dengan melibatkan Allah" katanya lugas
"Menjaga kesahatan diri sendiri saja aku seringkali lalai, bagaimana aku bisa menjaga kesehatanmu?"
"Kamu tak usah menjagaku, karena aku yang akan menjagamu. Jadi Mas, tanya sekali lagi dek. Maukah engkau Adinda menerima pinanganku untuk menjadikan engkau bidadari dirumahku yang akan menemani sisa hidupku dengan kesetiaanmu yang akan memberiku cinta dengan ketulusanmu dan menjaga penerusku dengan kasih sayangmu?" Aku menangis semakin keras rasa haru yang membuncah rasanya hendak meledakkan hatiku, aku mencintainya ya rabb, maka jika ini lah jalanmu. Ridhoi kami dijalanmu.
"Mas, bisa temui orang tua ku"
***
Tak ada yang lebih indah dari hari ini, Allah maha baik telah mengijinkan hari ini tiba, dimana aku bisa mendengarkan calon imamku mengalunkan surah Ar-Rahman dengan begitu merdu dihadapan penghulu serta kedua orang tuaku.
Hari ini adalah hari pernikahanku dengan pria yang kini telah resmi menjadi suamiku, imamku.Ia pria yang ku cintai selama ini secara diam-diam, tak ku sangka ia menyimpan rasa yang sama dan hari ini didepan kedua orang tuaku,kedua orang tuanya, penghulu serta keluargaku dan keluarganya ia menjadikanku miliknya seutuhnya dengan jalan yang Insya Allah diridhoi Alah.
Untuk pertama kalinya aku menyentuh tangannya dan membawa tangan itu untuk ku kecup, detik itu juga tanggung jawabku berpindah padanya dan sebagai seorang istri aku harus patuh pada ia, suamiku.
"Inni uhibbuki fillah (sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah)" aku menangis detik itu, Ya Allah ia suamiku jaga dia untukku, bimbinglah ia menjadi imam yang baik serta sholeh aamiin Allahuma aamiin.
"Ahabbakalladzi ahbabtani lahu (Semoga Allah mencintaimu yang telah mencintaiku karena-Nya" Ia tersenyum dan mentapku sayang.
Menatap matanya aku bagai menemukan sungai dengan air yang penuh ditengah kemarau panjang, dimatanya ku temukan jalan yang selama ini ku cari karena tersesat terlalu lama, di binarnya ada seberkas cahaya yang seakan memanggilku datang dan siap menuntunku pulang dan matanya bagai dunia, hanya dengan menatap retina hitam itu aku bagai telah menjelajah dunia tanpa terlewat.
***
Teruntukmu imamku
Yang ku harap kan jadi imam dunia serta akhiratku ...
Jika Tuhan ciptakan ku sebagai malam, Sudikah engkau memilihku sebagai rembulanLalu hadirkan bintang sebagai permata hati kita ...
Teruntukmu suamiku
yang kuharap kan jadi peta dalam hidupkuSediakah kau menjadi pelampung ketika aku hendak tenggelamMelindungiku dari ketakutankuSerta menjagaku dengan cintamu ...
Allah ...
Ikatlah kami dalam ridhomuTuntunlah kami menuju jannah-MuBimbinglah kami selalu di jalan-MuSerta amanahkan kami utiara hati yang sholeh serta sholehah
Allah ...
Terimakasih Engkau hadirkan dia dalam hidupkuDia yang ku cinta semoga selalu terjaga dalam hati ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelakar Cinta
RandomLapak ini, memposting cerita-cerita pendek. Jika berminat membaca, silahkan mampir ;) Daftar cerita 1. Transmigrasi hati 2. Karena hati tak 'kan salah 3. Luka Hati (Lana dan Marvo) 4. Ketidakmungkinan 5. Kembalilah