"Karna hati adalah perasa yang baik, sayang"-
Aku jatuh terjerembab kesakitan, luka ini terasa perih. Mengapa hati tak mampu menyembuhkan lukanya sendiri? Mengapa luka hati tak seperti luka tangan yang akan sembuh setelah beberapa hari? Sedangkan lukanya begitu kasat, hanya mampu dirasa tanpa mampu ku melihat perwujudannya?.
" Aku wanita, Marvo. Jangan lupakan itu! Seperti kau menjaga ibu mu karena tak ingin menyakiti hatinya yang rapuh, pun aku begitu. Aku tetap wanita yang memiliki sisi rapuh, walau aku selalu tampak bahagia disampingmu tapi aku tetap bisa terluka. Aku bahagia karena kamu disampingku, karena aku merasa dicintai tapi kenyataannya rasa yang begitu membahagiakanku adalah sebagian dari kepalsuanmu".
Marvo terdiam, ia terasa tertampar takdir. Takdir yang ia buat sendiri tanpa disengaja, ia telah melukai gadisnya. Oh Lana-ku maafkan aku, sayang. Batin-nya
"Marvo, aku adalah gadis egois. Aku tak ingin berbagi priaku dan cintanya pada gadis lain! Aku tak kan memintamu memilih, karena aku tak kan tega membuatmu bimbang, jadi aku yang akan memilih. Aku memilih pergi, Marvo". Marvo tersentak
"Aku memilih pergi, Marvo" ucapan Lana itu kembali berputar di pikirnya. Pergi! Lana-nya akan pergi? Meninggalkannya dengan segala penyesalan? Ia akan kehilangan Lana-nya? Dan semua itu karna kebodohannya ? Oh, Marvo bodoh!
"Lana..A..Aku tak bisa. Sayang, jangan pergi. Ku mohon, aku mencintaimu sayang. Akan selalu seperti itu selamanya, tolong maafkan kebodohanku, jangan pergi".
Mata itu, mata emerald favorit Lana itu tampak memerah menahan tangis, Lana melihat itu. Pun ia terluka, ia tak ingin pergi dari sisi prianya. Prianya? Rasanya ia ingin tertawa mengejek dirinya sendiri, masihkah ia pantas menganggap Marvo prianya, sedangkan ia baru saja memutuskan segalanya. Segala kebahagiaan yang pernah dirasanya.
" Lana--". Marvo merasa lidahnya kelu, emerald itu telah menumpah ruahkan sisi pedihnya dengan air mata. Jangan menangis, Marvo. Aku tak bisa melihatmu menangis. Lana menjerit dalam hati, Pun mata birunya yang sudah dibajiri air mata sedari tadi dipejamkannya, menggigit bibir bawahnya menahan isakan. Lana, tak ingin kehilangan Marvo, Marvo adalah kebahagiaannya, tapi Lana tak bisa disakiti. Marvo telah mendua dan rasa untuk memaafkan dan terus bersama rasanya Lana tak bisa, akan ada gadis lain yang terluka jika hubungan mereka terus berlanjut dan Lana tak ingin itu terjadi, biarkan ia sendiri yang tersakiti dan mungkin Marvo tapi Lana yakin Marvo akan terbiasa, ia akan segera bahagia.
Lana berbalik, dan berjalan dengan ringkih meninggalkan pria yang masih menagis dalam diamnya, ia tak ingin Lana-nya pergi. Tapi ia tak ingin menyakiti Lana lebih, ia ingin Lana bahagia.
"Aku mencintaimu, Lana. Lebih dari apapun". Lirih Marvo, Lana yang belum terlalu jauh jelas dapat mendengarnya. Bahunya bergetar, ia makin terisak.
" Aku juga, Marvo. Maafkan aku". Batinya, Lana berlari menjauh rasanya ia tak sanggup berlama-lama disana, di dekat Marvo. Ia akan semakin sulit melepas pria itu.
Tersenyum miris, Lana merenung. Sadar bahwa sandaran ini bukan tempatnya biasa berlabuh, sandarannya kini adalah tembok bukan lagi pundak lebar sang kekasih. Kekasih? Marvo bukan lagi kekasihmu, Lana! Ia tersenyum kecut, dia yang telah melepas Marvo padahal ia masih bisa melihat tatap cinta yang tulus dari Marvo untuknya, tapi dia tak ingin melukai hati yang lain. Itu bukan alasan Lana! Gadis dalam batinya menyahut sadis.
*****
"Saat aku mengenalmu, aku merasa berbeda. Orang mengatakan bahwa aku jatuh cinta, jatuh cinta? Kepadamu?". Lana tersenyum kecut, lalu menatap mata emerald itu dengan mata sendunya.
"Kamu tahu apa yang aku tanyakan pada hatiku?". Saling tatap seakan memberitahukan bahwa keduanya sama-sama tengah terluka.
"Jatuh cinta? Yang aku tahu jatuh itu sakit. Tapi kenapa rasanya malah membahagiakan, seakan semua kebahagiaanku tergantung padamu, Marvo. Pelukanmu, selalu membuatku nyaman, senyumanmu selalu menenangkan, kecupan kening yang menjadi hobimu selalu membuatku merasa bagai bunga merekah. Apa itu yang namanya jatuh? Dan aku kini sadar, inilah jatuh cinta! Memang sakit rasanya, mungkin saat kamu menjatuhkan aku kejurang akan sakit tapi sesaat karena setelah itu aku tak kan merasakan apapun lagi, mungkin raga hanya tinggal raga. Tapi saat kau lukai hati, sakitnya begitu terasa! Aku ingin melihat letaknya, biar ku obati dengan apapun itu. Tapi luka itu kasat, Marvo. Aku tak mampu mengobatinya, maka jangan membuat luka baru lagi untuk wanita lain". Lana sudah berderai air mata, Cukup! Marvo tak mampu lagi menahan keinginannya untuk memeluk sang terkasih. Marvo merengkuh tubuh ringkih itu dengan erat, hatinya perih bagai tersayat belati ia tak mampu melihat gadis dalam peluknya ini menagis, Lana-nya gadis kuat dan kini terlihat lemah semua itu karena dirinya. Lana masih terisak dipelukan pria berambut pirang itu, memukul dadanya pelan karena rasanya tak ada tenaga lagi, tubuhnya hampir luruh kalau saja Marvo tak menahannya.
******
Lana semakin terisak, pelukan itu adalah pelukan terakhir yang akan ia dapat dari Marvo, dia yang telah melepas Marvo maka ia yang harus tahu diri. Ia akan rindu pelukan itu, kecupan di keningnya disetiap perpisahan berjam mereka, sandaran bahu lebar Marvo. Segalanya akan Lana kenang, Marvo-nya akan menjadi kenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelakar Cinta
AcakLapak ini, memposting cerita-cerita pendek. Jika berminat membaca, silahkan mampir ;) Daftar cerita 1. Transmigrasi hati 2. Karena hati tak 'kan salah 3. Luka Hati (Lana dan Marvo) 4. Ketidakmungkinan 5. Kembalilah