Chapter bonus : Sweet dreams

3.3K 486 90
                                    

WARNING! ANOTHER (maybe) RESTRICTED CHAPTER! DONT BE JIJIK OKAY??

Yukhei merasa agak canggung dengan Mark setelah kejadian itu. Dan sepertinya hanya dirinya yang merasakan hal itu, karena Mark terlihat biasa-biasa saja.

Tetapi Yukhei juga menyadari adanya efek aneh yang timbul dari kejadian waktu itu terhadap Mark.

Mark kadang-kadang meminta Yukhei untuk menyentuhnya. Tetapi bukan menyentuh yang seperti waktu itu. Menyentuh yang Mark minta lebih seperti mengelus kepala, mengusap dagu dan tengkuknya atau lain halnya.

Ekspresi Mark setelah Yukhei selesai melakukan apa yang dia minta adalah tidak dapat dibaca, membuat Yukhei kesusahan memahami apa sebenarnya isi kepala Mark.

Sebenarnya Yukhei juga terpaksa melakukannya karena merasa bersalah telah menodai Mark kemarin. Pasti karena Yukhei lah, timbul efek-efek seperti itu pada Mark. Untung saja Mark tidak meminta hal yang lebih dari itu.

Ya, semoga saja Mark tetap seperti itu.


Yukhei sedang mengerjakan PR matematika di ruang tamu, sekalian juga dia menemani Mark yang menonton TV (Yukhei tidak jadi mencabut kabel TV karena tidak tega saat Mark bilang kalau dia bosan tidak melakukan apa-apa karena ditinggal Yukhei pergi ke sekolah).

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10, tapi Yukhei masih belum selesai mengerjakan soal-soal matematikanya. Yukhei mengalami kesulitan dalam mengerjakannya. Dan Yukhei telah memutuskan untuk menyerah kemudian meminta temannya mengirimkan jawabannya saja lewat chat.

Yukhei juga sempat menyuruh Mark untuk segera tidur karena hari sudah larut. Mark hanya angguk-angguk saja, dan berjalan ke kamar tidur Yukhei tanpa mematikan TV. Mungkin dia sudah mengantuk sehingga kelupaan, pikir Yukhei.

Kemudian Yukhei selesai mengerjakan tugasnya dalam 30 menit dan tentu saja selesai karena hasil dari mencontek jawaban temannya. Yukhei berpikir untuk langsung meletakkan buku tugasnya di tas sekolah supaya dia tidak kelupaan membawa tugasnya keesokkan hari.


Yukhei membuka kamar tidurnya dengan pelan karena tidak ingin membangunkan Mark yang mungkin sudah tertidur. Berjalan dengan mengendap-endap ke arah tas sekolahnya yang ada di dekat meja belajarnya dan bernafas dengan lega begitu buku tugasnya sudah Yukhei letakkan di dalam tasnya.

Yukhei hampir berteriak kencang begitu melihat Mark yang telah duduk dengan tenang di atas tempat tidurnya. Entah mengapa terlihat seperti salah satu scene di film-film thriller.

Yukhei mengelus dadanya pelan, kemudian berjalan ke arah Mark. "Kenapa Mark? Kau tidak bisa tidur?" Mark menganggukkan kepalanya. "Mimpi buruk?" Mark menggelengkan kepalanya. "Lalu kau kenapa?" Mark menggelengkan kepalanya lagi sambil menunduk dengan perlahan.

"Mark?–"

"Yukhei."

Yukhei menatap Mark lekat, bertanya 'apa yang terjadi?' lewat matanya. Mark terlihat gelisah dan ragu di saat yang bersamaan, membuat Yukhei juga ikut khawatir. Yukhei mengatakan kepada Mark bahwa tidak apa-apa mencoba untuk memberi tahu masalah Mark kepadanya, pasti nanti Yukhei akan coba membantu sebisa mungkin.

Setelah sekian lama Mark terlihat berdebat dengan dirinya sendiri, akhirnya Mark mau membalas tatapan Yukhei. Tetapi bola matanya masih bergerak ke sana kemari dengan tidak tenang. Bibirnya juga bergetar seakan-akan ikut tidak tenang saat Mark mengatakan kalimatnya.

[Stopped] Turquoise ; LuMarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang