Chapter 3 : We can lie to our teacher sometimes

3.5K 640 212
                                    

"HAKKK!"

Mark sedang tidur saat merasakan tubuhnya diguncang-guncang dengan heboh oleh seseorang. Dengan terpaksa, matanya perlahan terbuka dan Mark dapat melihat Yukhei sedang mengancing bajunya sambil memakan sepotong roti. Gerakannya terlihat terburu-buru, sehingga Mark jadi tidak berani mengusik Yukhei.

Sebenarnya Mark tidur di kamar Yukhei, dan Yukhei tidur di kamar orang tuanya yang saat ini sedang ada di Cina. Setidaknya hal itu dilakukan untuk sementara ini, entah kenapa untuk kedepannya Yukhei sama sekali tidak ingin memikirkannya.

"AHU HE HEHOHA HUHU, AHU HUHA HEHA. AHU HAHA HUHA HA HAHU. HAU HAHA HUHA HA!"

Mark terlihat kebingungan dan Yukhei mengerti akan hal itu. Dalam hati sebenarnya Yukhei juga tidak mengerti apa yang dia katakan barusan. Yukhei merasa seperti berbicara dengan bahasa tarzan atau sejenisnya.

Setelah menelan rotinya sampai tak tersisa lagi (sambil memakai celana panjangnya), Yukhei baru kembali mengulangi kalimatnya agar dapat di mengerti Mark (Meskipun dia mengulanginya dengan cepat). "Aku ke sekolah dulu aku sudah telat aku akan pulang jam satu kau jaga rumah ya!"

Setelah itu, Yukhei langsung berhambur ke luar rumah tanpa peduli apapun lagi. Dia lebih takut telat dan kemudian akan dihukum orang tuanya dari pada apa pun.


"PAAAAAK! TUTUUUP! JANGAAAN! GERBAAANG!"

Sekali lagi Yukhei tidak mengerti apa yang barusan dia bicarakan. Tanpa Yukhei sadari omongannya keluar begitu saja dengan cepat seperti kereta api. Tetapi untungnya saat dia berteriak seperti itu, pak satpam membiarkan gerbang yang hampir tertutup itu terbuka sedikit, jadi Yukhei tidak jadi terlambat masuk sekolah. Tumben sekali, pak satpam menoleransi keterlambatan murid. Biasanya dia akan menutup gerbang dengan tepat waktu. Mungkin karena Yukhei adalah salah satu murid yang ramah dan hampir tidak pernah telat, jadi dia memberi Yukhei kesempatan.

"XIE XIE, PAAAAK. I LOVE YOU!"

Baru saja Yukhei masuk ke dalam lingkungan sekolah, di depannya sudah tersaji Pak Sooman dan barisan yang sepertinya untuk anak-anak yang melanggar tata tertib. Yukhei melihat beberapa dari mereka ada yang tidak memakai dasi dan ikat pinggang. Jadi Yukhei menyimpulkan bahwa mungkin barisan murid-murid itu dihukum karena tidak lengkapnya murid-murid dalam berpakaian.

Yukhei berjalan dengan bangga karena dia merasa memakai pakaian yang lengkap hari ini. Setahu Yukhei, dia ini memang selalu berpakaian lengkap. Tetapi sayang sekali, sepertinya keberuntungan Yukhei hanya berhenti sampai saat pak satpam membukakan pintu gerbang untuknya, karena tiba-tiba saja dia merasa celananya terasa longgar tidak seperti biasanya dan tidak ada rasa sesak di pinggangnya.

'Oh Tuhan!'

Yukhei langsung meraba pinggangnya dan benar saja. Hampa.

Yukhei langsung kalut sendiri. Bagaimana ini? Yukhei tidak ingin orang tuanya rela-rela terbang dari Cina ke Korea hanya untuk menghukumnya dengan hukuman konyol dan tidak masuk akal. Dari dulu, orang tua Yukhei memang selalu memberi hukuman kalau Yukhei berbuat hal yang salah. Pernah, sewaktu Yukhei masih kelas 5 SD, Yukhei pernah di botaki oleh orang tuanya karena dia ketahuan menyingkap rok seorang anak perempuan. Sejak saat itu, Yukhei selalu diejek boboho oleh teman-temannya. Dan Yukhei benar-benar tidak mau hal itu terulang kembali. Membayangkan kepalanya yang polos membuat Yukhei ingin menangis saja.

Jadi, Yukhei membuat sebuah strategi. Yukhei hanya perlu berpura-pura tidak tahu, dan melewati Pak Sooman tanpa dicurigai oleh Pak Sooman tentunya.

Diam-diam dia melihat ke arah Pak Sooman yang belum menyadari kehadirannya. Dan dengan kecepatan yang luar biasa, Yukhei mengeluarkan sedikit kemejanya supaya bagian pinggangnya tidak terlihat.

[Stopped] Turquoise ; LuMarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang