delapan.

20 2 0
                                    

"Shinta, bangun nak. Udah jam tujuh nih. "
"Iya bun, kan baru jam tujuh. Hah jam tujuhh? Aduhh bunda kenapa ngga bangunin dari tadi sih? Ini telatt bunn. " Shinta segera memakai seragam dan mengambil tasnya.
"Kamu ngga mandi nak? "
"Ngga usah, ini udah wangi. Shinta berangkat ya bun. Assalamualaikum. "
Shinta berlari mengambil helmnya dan segera pergi ke sekolah. Bunda heran dengan kelakuan anak semata wayangnya. Anak perempuan tapi kok jorok banget sih, batin bunda.
Sesampainya di sekolah Shinta segera menuju kelas. Pintu kelas sudah tertutup rapat. Itu artinya pelajaran sudah dimulai. Mati gue ini pelajaran pak har, Shinta memukul dahinya. Diketuk pintu kelas perlahan kemudian terlihat sosok paruh baya dengan kacamata yang sedikit diturunkan.
"Permisi pak, maaf saya telat. "
"Wah saya ngga nyangka ternyata kamu bisa telat. Saya lagi baik hari ini jadi saya mau kamu bermain di luar aja. Refreshing biar ngga stress sama pelajaran saya. Terima kasih sudah meringankan pekerjaan saya. " ucap pak har dengan senyum sinis.
Shinta hanya mengangguk dan keluar kelas. Ia merasa kesal dengan Vero. Kalau saja tadi malam Vero tidak mengajaknya pergi, ia tidak akan tidur malam dan bangun terlambat seperti hari ini. Karena perasaan yang kacau, Shinta memutuskan untuk pergi ketempat favoritnya yaitu lantai paling atas. Disana ia dapat merasa nyaman dengan kesunyiannya. Sesampainya disana Shinta menaruh tasnya dan langsung duduk seraya memejamkan mata. Ia tidak sadar sedari tadi ada seseorang yang telah berada disana. Shinta merasa bau rokok yang semakin pekat. Masa iya gue sendirian tapi ada bau rokok kaya gini. Jangan-jangan, Shinta membuka matanya. Di ujung lorong lantai terdapat Aurel yang sedang menghisap rokoknya. Aurel hanya duduk melamun. Shinta memberanikan diri bertanya.
"Ngapain lo disini? " tanya Shinta. Tiba-tiba Aurel membuang puntung rokoknya dan menarik tangan Shinta kemudian memeluknya. Shinta yang merasa bingung dengan perlakuan Aurel hendak memukulnya tetapi ia merasa Aurel menangis dan terpaksa ia membalas kembali pelukan Aurel.
"lo kenapa sih Rel?"
"Gue udah bunuh saudara gue. "
"Haa?? Maksud lo."
"Jangan pergi Shin, gue pengen lo disini nemenin gue."

AboutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang