sepuluh.

12 2 1
                                    

Shinta menunggu Aurel di depan kelas. Ia berharap Aurel akan segera datang dan menemuinya. Sepertinya Tuhan mengabulkan permintaan Shinta. Tak lama kemudia datanglah cowo dengan jaket boombernya. Shinta akui Aurel memang tampan. Dia sejenak mengagumi Aurel dalam diam.

"Shin, ayok gue antar pulang." Aurel menggenggam tangannya.

"Rel, gue laper.. Pengen makan hehe." Shinta tersenyum sembari memegang perutnya.

"Oke gue anter ke restoran favorit lo ya?"

"Oke makasih mas!" Shinta tersenyum kembali.

Perasaan Aurel berkecamuk. Ada rasa senang bahagia karena Shinta memanggilnya Mas tapi ia juga memikirkan keadaan Vero. Perlahan tapi pasti ia akan melepaskan Shinta, gadis kesayangannya.

*******
Sesampainya di restoran favorit Shinta, Aurel segera memilih tempat duduk sedangkan Shinta hanya diam mengikutinya. Setelah waitress menulis pesanannya, Shinta tersenyum melihat handphonenya.

"ehm, Shin gue mau ngomong. Boleh?" Aurel membuka pembicaraan.

"Oh oke, gimana rel?" Shinta mulai memandangnya.

"Vero kecelakaan Shin, dan dia ternyata mengidap kanker."

"hah?! Lo ngga boong kan? Gue paling ngga suka sama orang yang bercandanya kelewatan."

"Ngga Shin, gue serius. Vero selalu nyebut nama lo. Emm...... "

"Lanjutin rel, gue kepo!"

"Gue mau lo jadi pacarnya Vero. Gua ngga tega liat Vero kesakitan. Dia butuh lo. Orang tuanya udah cukup ninggalin dia, lo jangan Shin. Gue ngga mau dia sedih lagi."
Shinta hanya termenung sambil.memikirkan perasaan Aurel. Tak lama pesanan mereka datang. Shinta hanya diam sembari melahap makanannya.

"Shin, gue minta tolong sama lo."

"Gue suka sama lo rel!"

"Hah! Apa shin?"

"Lupakan aja rel, gue emang ngga pantes sama lo. Lo banyak yang suka."

Shinta berlari keluar dari restoran. Aurel segera menyusulnya setelah membayar makanannya dengan Shinta. Di luar gerimis, Shinta tetap berlari. Aurel mengejarnya dan menarik tangannya. Dibawanya Shinta dalam pelukan Aurel. Dia diam dan merasakan ketenangan yang luar biasa. Air mata mulai membahasi pipi Shinta. Aurel pun juga menitikkan air mata. Rintik hujan menjadi saksi penyatuan perasaan mereka.

"Gue mencintai lo Shin semenjak kita bertemu. Lo ngga perlu malu, rasa yang gue punya jauh lebih besar dari perasaan lo."

Shinta hanya diam, dan memeluk erat Aurel. Shinta merasa sangat nyaman berada dalam pelukannya. Seperti pelukan sosok ayah yang ia rindukan.

******
Maaf baru sempet update lagi. Inshaa Allah bakal sering sering hehe. Makasih untuk yang udah baca dan kalo misal ada masukan bisa tinggalkan di kolom komentar.

Salam,
Deanra

#teamaurel
#teamshinta

AboutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang