Ending

101 4 0
                                    

Dengan bermodal pickup berisi banner bekas, pohon bambu dan speaker yang biasanya digunakan untuk demo mereka mulai meluncur menuju gedung negara. Melewati jalanan utama negara yang sudah seperti medan perang. mereka melewati asap hitam, bekas barikade, ban bekas dibakar, pecahan bom molotov, dan coretan-coretan vandal di tembok. 

Setelah sampai , beberapa orang mulai memasang semua itu sehingga mirip seperti layar lebar untuk menonton pertandingan bola. Mereka tak hendak menonton bola, seperti ingin menunjukkan sesuatu dengan terburu-buru. Beberapa orang masih tidak peduli dengan apa yang dilakukan segerombolan itu. semua masih saja berteriak, sesekali melempar molotov lalu mundur ketika polisi mulai merangsek ke kerumunan untuk memisahkan massa. ketika layar mulai hidup, speaker mulai menggema.

seketika semua pendemo, juga polisi, terdiam melihat apa yang gerombolan itu tunjukkan. 

"Para anggota dewan yang terhormat, ketahuilah bahwa apa yang terjadi saat ini, semua kerusakan dalam negara ini, kerusuhan, perang saudara, dan munculnya perpecahan di bangsa ini adalah buah dari apa yang kita tanam. Baik dengan cara turut serta ataupun tidak peduli. Maka dari itu, saya sebagai pemimpin tertinggi di negara ini. dengan menyadari bahwa saya tidak pantas untuk mengemban jabatan ini dengan pertimbangan menghentikan lingkaran setan segala kekacauan. Demi keutuhan bangsa dan Negara ini, maka, saya sebagai Presiden Republik Kepulauan Ideanos, menyatakan mengundurkan diri."

Pemilu Di IdeanosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang