Citra, citra, dan citra. Itulah hal terpenting yang perlu dimiliki oleh orang seperti saya.
Perkenalkan, nama saya Widagdo Soedjiatmoko. Publik suka memanggil saya Pak Widji, kader terbaik Partai Sosial Berjuang, dan yang paling penting, Presiden Negara Kepulauan Republik Ideanos.
Sebagai Presiden Ideanos saat ini, mengurus pemerintahan benar-benar menjadi hal tersulit yang pernah saya lakukan. Mengurus sebuah negara kepulauan dengan penuh sumber daya alam bukannya membuat negara ini maju, tapi malah membuat negara ini penuh konflik karena semua orang berebut kekayaan, termasuk pemerintahan juga.
Asal kalian tahu, negara ini adalah negara paling gaduh sedunia. Tanpa politik pun negara ini sudah gaduh. Hal apapun pasti jadi pembahasan. Masyarakat Ideanos terlalu sering menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tak berguna. Alih-alih bekerja dan berkarya, masyarakat suka membahas hal-hal yang tidak penting di warung kopi, di facebook, instagram, twitter, balai desa, rumah tetangga, dan di manapun mereka bisa berkumpul.
Perilaku itu juga yang kemudian membuat saya sering difitnah, isu politik yang digoreng sedemikian rupa oleh lawan-lawan politik saya, kebodohan yang mengakar, kemalasan yang mengular serta kebencian akibat hasil pemilu sebelumnya membuat saya menyandang julukan-julukan baru: Widji si Antek Asing, Widji Budak Kapitalis, Widji Boneka Partai, hingga Widji si Plonga-plongo. Julukan-julukan itu muncul dari rasa sakit hati.
Dasar masyarakat bodoh, terlalu banyak melihat televisi yang setiap harinya disuguhi acara gaib, sinetron murahan, sampai acara-acara dimana orang miskin diberi uang untuk menghabiskannya dalam waktu satu jam. Ah, betapa rendahnya kebodohan masyarakat yang saya pimpin sampai-sampai acara seperti itu jadi favorit. Kemudian akhirnya mereka jadi kambing-kambing tersesat yang bisa digiring kemanapun dengan bersuka ria walau akhirnya harus berakhir di penjagalan.
Bagaimanapun, berkata kasar seperti tadi, mengeluarkan statement yang memicu konflik, apalagi menyerang lawan adalah hal paling haram untuk dilakukan. Saya ini presiden, saya ini teladan, saya harus bisa menjaga emosi di hadapan rakyat. Kalau tidak citra saya akan hancur dan elektabilitas saya untuk pemilihan presiden ke depan akan terjun bebas. Saya harus konsisten menjadi presiden yang sabar, tenang, berwibawa bagi rakyat-rakyat saya, kalau perlu religius. Dengan begitu saya akan terpilih lagi menjadi presiden selanjutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pemilu Di Ideanos
פרוזהsaya harus menunggu selesainya pemilu supaya bisa menggambarkan secara gamblang kekacauan dalam negara ini. maksud saya pemilu dalam negara di buku ini.