Matahari mulai menampakan wajahnya yang artinya sudah pukul 6 pagi dan gue harus bergegas kesekolah kalau nggak pingin terlambat. Pagi ini gue harus ngumpulin tugas yang semalem gue dan Melan kerjain mati-matian yang bahkan menyebabkan semalem gue terperangkap bersama preman preman brengsek itu.
Bayangan semalem tanpa permisi langsung terbesit dalam pikiran gue, untung tuh cowok dateng bagai superman yang ajaibnya datang dari doa gue, coba kalo nggak, gue nggak bakal dateng kesekolah kan hari ini.
Gue menggelengkan kepala berusaha menghilangkan ingatan semalam dan bergegas ke sekolah
**
"Dita! tugas kemaren nggak lupa kan?" gue menoleh ke arah yang punya suara, siapa lagi yang punya suara yang kayak toa selain Melan.
Gue mengangkat map yang gue peluk sedari tadi mendandakan gue nggak lupa membawanya.
"makasih ta! gue ke kelas duluan sama Rangga ya!" teriak Melan dari ujung koridor sambil melambaikan tangan
"sisain bangku buat gue!" teriak gue lalu dibalas Melan dengan acungan jempol di udara
Dikelas gue nggak ada namanya bangku permanen dengan label 'ini bangku gue' di kelas gue, kalo mau dapet bangku motto nya siapa cepat dia dapat. Maka dari itu gue minta Melan menjaga bangku gue, yang seharusnya bangku strategis, entah strategis untuk tidur, nyontek atau ngecengin cowok ganteng di lapangan.
Tiba-tiba seorang laki-laki menabrakan tubuhnya yang cukup berisi hingga menjatuhkan semua isi map gue.
"eh sorry gue buru-buru" kata orang itu lalu membantu gue memasukan kertas kertas yang berserakan ke dalam map
"Iya, nggak papa..... loh lo kok?" gue nggak percaya dengan pengelihatan gue setelah mendongakan kepala sehabis merapikan tugas gue.
"kenapa?" tanya cowok itu lalu melihat penampilannya
"nggg... nggak papa, ngg... nggak ada kok" jawab gue yang masih terpaku membeku
"nih, sorry ya gue harus ke ruang guru dulu nih buru-buru banget" ujarnya sambil berlalu.
Gue masih termenung meratapi kepergiannya, lalu sedetik kemudian dia berlari lagi kearah gue. "ehm, sorry btw lo tau ruang guru dimana nggak?" tanyanya.
"eh? dari sini belok kanan aja terus ehm.. naik tangga terus ehm..sebelah kiri ada ruangan gede" Gue menjelaskan dengan bersusah payah. Antara menjelaskan, mengingat-ingat letak ruang guru dan juga menangani keterkejutan gue.
"makasi, gue duluan ya sekali lagi sorry!" teriaknya lalu berlari menuju tempat yang gue arahkan dengan tersendat sendat dan untungnya gue masih bisa menjelaskan dengan detail tanpa kesalahan
wait man, wait! ini beneran gue tadi ngobrol sama dia? gue lagi nggak mimpi nih? itu tadi Raditya? personil Pentalogy? kok dia disini ya bukannya dia homeschooling? Dan dia pake seragam samaan kayak gue? Ya waluapun bedanya dia menggunakan celana dan gue rok.
Berbagai pertanyaan hadir bertubi tubi di pikiran gue
'kenapa idup gue jadi sok sok kayak sinetron gini ya dari semalem' kata gue dalam hati
Gue meneruskan perjalanan ke kelas dengan muka berseri-seri. Gue punya asumsi bahwa dia pindah ke sekolah terkutuk ini.
"eh Dita!!! lo tau nggak--" tiba tiba Melan yang terakhir gue liat di ujung koridor kini sudah ada didepan gue teriak teriak ke girangan
"nggak" jawab gue
"hhh belom! eh eh masa kita sekelas sama Raditya. men gila nggak sih!"
"ha? Raditya yang mana nih Me?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Microphone
Fiksi Remajasiapa yang ngga senang bisa dekat dengan boyband yang lagi naik daun dan di elu elu kan hampir seluruh remaja wanita di negaranya, siapa yang menyangka Reditta, cewek yang nggak pernah memiliki mimpi bertemu idolanya akhirnya menghabiskan masa SMAny...