04, Sorry.

7.9K 1.8K 56
                                    

Aira merebahkan badannya ke ranjang setelah pulang dari sekolah. tentu saja dengan Jungwoo yang mengikuti dia.

"Mama papa kamu nggak ada dirumah Ai?" Aira noleh ke sampingnya dimana Jungwoo juga ikut tidur di ranjangnya.

Aira mengangguk, "papa lagi bantuin mama di toko roti mau ngumpulin dana buat ngembaliin perusahaannya papa."

Iya, mama Aira memang mempunyai toko roti yang tidak jauh dari rumahnya.

Sedangkang kakaknya, Taeyong masih kerja di rumah sakit.

Jadi sekarang Aira sendirianㅡ ah, kayaknya mulai sekarang Aira tidak sendirian lagi. Ada Jungwoo yang kayaknya selalu mengikutinya.

"Woo."

"Hm?" Aira yang dengar responnya Jungwoo senyum, sangat halus membuat dia merasakan kembali yang rasanya nyaman.

Aira bangkit duduk menghadap lemari kaca berisi mobil-mobilan milik Jungwoo. Diikuti Jungwoo yang ganti posisi duduk disebelah Aira.

"Kok lo bisa meninggal gimana sih?"

Ekspresi Jungwoo berubah menjadi datar. Atmosfer jungwoo yang biasanya hangat menjadi mencekam dan dingin.

Bukan karena marah, Jungwoo selalu sedih kalo mengingat kematiannya yang sangat tidak adil menurutnya.

Mendadak lemari kaca milik Jungwoo terdengar bunyi retakan dan pecah tiba-tiba, hingga mengenai pipi Aira, nyaris mengenai mata, menahan sakit di pipinya.

"Ai.. maaf.." Jungwoo langsung tersadar dari kesedihannya dan mencoba menyentuh tangan Aira. Tapi, ya tidak bisa karena perbedaan dunia mereka.

"Lo, pergi dulu. Gue mau sendiri."

"Aira... Tadi aku terbawa suasana. maaf."

"Pergi sekarang." Jungwoo menghilang begitu aja, Aira kembali melamun. Entah apa yang dia pikirkan.

•••

Taeyong memasuki rumahnya. Dia bukannya pulang, ke rumah hanya ingin mengambil berkas data pasien yang ketinggalan sambil membawa makanan yang dia beli untuk adiknya mengingat mama dan papa mereka sedang bekerja.

Taeyong langsung ke kamarnya, setelah menyimpan berkasnya, dia ke kamar Aira masih sambil bawa makanan.

"Aira, ayo makanㅡ dulu. Kamu kenapa?" sudah kesekian kalinya Taeyong melihat adiknya melamun.

Tapi sekarang berbeda. Ada luka di pipi adiknya ditambah dia melihat lemari kaca yang berisi mobil-mobilan itu pecah, menyisakan kerangka lemarinya saja.

"Ra, jangan melamun terus." Taeyong duduk disamping Aira dan mengusap rambutnya, "kamu yang pecahin lemari kacanya?"

Aira langsung menoleh ke arah Taeyong, "kakak udah pulang?"

"Nggak, cuma ngambil berkas data pasien. Ketinggalan. Itu pipi kamu kenapa?"

Aira terdiam.

Mengingat seramnya ekspresi Jungwoo, ditambah pecahnya lemari kaca didepannya secara tiba-tiba.

"Jungwoo.."

Taeyong menaikan alisnya, "Jungwoo siapa?"

"Temanku, dia yang mecahin lemari kacanya terus pecahannya kena pipi aku." Taeyong melihat sekitar kamar Aira.

"Nggak ada siapa-siapa ra, pintu rumah tadi juga kekunci."

"Dia udah meninggal kak." Taeyong menghela nafasnya. Tolong ingatkan Aira, Taeyong nggak percaya sama yang namanya hantu atau sejenisnya, keluarganya rajin ke Gereja, baca Kitab Suci dan juga berdoa.

Jadi dia yakin nggak mungkin ada sesuatu yang jahat berani masuk rumahnya.

"Ra, mending kamu tidur aja" Aira menggeleng.

"Atau mau makan? kakak bawa makanan buat kamu." Aira tetap menggeleng, tapi akhirnya tetap dipaksa Taeyong untuk makan.

Aira memakan makanannya dengan Taeyong yang masih disampingnya, lagi mengobati luka Aira.

Setelah selesai, Taeyong langsung pamit untuk kembali ke rumah sakit. "Kakak berangkat ya Ra. Jangan melamun, jangan aneh-aneh."

COMFORT VOL.01✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang