02. Another Ex

3.8K 170 4
                                    

Selama pesta pertunangan berlangsung, Lana sadar bahwa beberapa kali Dylan mencuri pandang ke arahnya.

Setiap kali aksinya kepergok, pemuda itu akan melengos dengan tatapan yang dipenuhi ekspresi kemarahan.

Dan Lana sadar bahwa beberapa kali, dialah yang sengaja memberikan tatapan menggoda padanya.

Pria itu benar-benar harus diberi pelajaran karena telah lancang mencampuri urusannya. Dan Lana berniat mantap, Dylan harus dapat ia takhlukkan.
Entah bagaimana caranya, pria itu harus bertekuk lutut di hadapannya.

***

Nathan Curtiss. Salah satu pria terkaya di Seattle, bahkan bisa jadi se-negara bagian Washington.

Lana bertemu secara sengaja dengannya di sebuah galeri seni. Sekitar tujuh bulan yang lalu.

Sengaja? Betul.

Lana tak pernah bertemu secara tak sengaja dengan pria-pria kaya di negara ini.

Ia bahkan punya daftar lengkap nama-nama mereka.
Target Lana jelas. Pengusaha kaya, mapan, sukses, tampan, dan yang penting, single.
Lana tak pernah tertarik untuk menjalin hubungan dengan pria beristri. Terlampau berisiko.

Nathan memang menjadi incaran Lana selanjutnya setelah sebelumnya ia sempat berkencan dengan pria tampan ahli waris beberapa Bank swasta. Mereka berkencan selama hampir lima bulan, dan setelah itu putus.

Nathan ia pilih secara acak setelah sebelumnya ia mengantongi beberapa nama yang sempat ia jadikan kandidat. Awalnya ia tak terlalu berharap lelaki itu akan tertarik padanya. Mengingat dari foto yang ia lihat, pemuda bermata teduh memikat itu tampak cuek dan terkesan tak mudah didekati.

Nyatanya ia salah.

Lana hanya perlu sekali menyapa dan tersenyum padanya, dan pria itu sudah masuk ke dalam jeratannya.

Mereka leluasa mengobrol di galeri seni tersebut, lalu berlanjut menanyakan nama, kemudian bertukar nomor telepon.
Nathan yang rajin menghubunginya terlebih dahulu.
Tak butuh waktu lama dan berbelit-belit ketika akhirnya pria itu mengajaknya berkencan.

Lana ingat bahwa mereka baru resmi berpacaran selama empat bulan ketika Nathan mengajak ia bertemu sahabat-sahabatnya.
Dengan bangga, Nathan memperkenalkan Lana sebagai pacarnya.

Pada saat itulah pertama kalinya Lana bertemu dengan Dylan.
Tak kalah tampan dari Nathan, jangkung, memikat, dan mapan.

Sejak momen tersebut, Lana tahu bahwa pemuda itu tak menyukainya.
Sorot matanya tajam, membawa aura permusuhan. Ketika mereka mengobrol, perdebatan kecil di antara mereka tak pernah terelakkan. Pemuda sombong itu juga tak segan-segan untuk mendebatnya, bahkan menanyakan hal-hal menghina.

Semacam, apakah Lana sarjana? Apakah ia punya saudara di perusahaan-perusahaan besar?
Apakah ia terbiasa bepergian ke luar negeri?
Ataukah ia terbiasa berkumpul dengan para sosialita di negeri ini?
Cih.
Jika saja Lana tidak sedang jaga image, sudah ia cakar pemuda itu, sejak dulu.

***

Pesta pertunangan berakhir sekitar satu jam yang lalu. Nathan dan Dylan memutuskan untuk minum-minum di mini bar pribadi yang terletak di rumah Nathan.

Persahabatan mereka sejak kecil dan hubungan baik kedua orang tua mereka, menjadikan kehadiran Dylan di rumah Nathan seperti keluarga.

Dylan bahkan leluasa datang ke sana sesuka hati, walau tanpa permisi. Yang jelas, ia sudah seperti keluarga sendiri. Begitupula sebaliknya.

"Kenapa mukamu masam seperti itu?" tanya Nathan setelah menyadari Dylan hanya berdiam diri dan sesekali menghela napas.

Dylan mengangkat bahu lalu kembali menyesap wine dari gelasnya.

LANA [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang