Brakk
Seorang laki-laki menggebrak meja cukup keras. Membuat sebagian pengunjung Cafe Vlory tersentak kaget dan memusatkan pandangan kepada dua orang yang berada pada satu meja.
"Aku mohon," ucap seorang gadis dihadapannya. Gadis itu menunduk sambil meremas tangannya kuat-kuat.
"Gue bilang gak, ya nggak!" balas laki-laki itu dengan nada yang lebih tinggi. Matanya menyorot kemarahan yang ia tahan sejak tadi.
"Aku mohon..." entah sudah berapa kali gadis itu memohon.
Laki-laki itu mengusap wajahnya kasar. Lalu berdiri dan menatap tajam gadis yang terus menunduk itu, tak merani menatap wajahnya.
"Gue gak peduli!" laki-laki itu kemudian pergi meninggalkan Cafe.
"Noval!" panggil gadis tadi yang diketahui bernama Revina. Ia mengejar Noval yang hendak masuk kedalam mobilnya.
"Aku mohon, Noval. Sekali aja," ucap Revina yang sebelumnya menahan lengan Noval.
Noval menghela napas kasar. Ia terus menatap tajam gadis yang merupakan kekasihnya itu. Ya, kekasihnya.
Tanpa menjawab apapun, Noval menghempas kasar tangannya sehingga kini terlepas dari genggaman Revina.
Noval memasuki mobilnya lalu menyalakan mesin dan melaju dengan cepat. Revina yang tidak bisa menahan kepergian Noval pun hanya menatap pasrah mobil hitam yang semakin menjauh itu.
•••••
"Halo?" ucap Revina setelah mengangkat panggilan telfon.
"Ke kelas gue, sekarang!" perintah orang disebrang sana.
"I-iya, aku kesana." Setelah Revina mengucapkan itu, orang disebrang sana langsung memutuskan telfon dengan sepihak.
Revina beranjak dari duduknya, meninggalkan kelas yang sedang sepi karena sedang jam istirahat.
Setelah menaiki tangga yang menuju deretan kelas XII, Revina berjalan dengan sedikit cepat menuju salah satu kelas di sana. Setelah sampai di depan kelas yang dimaksud, ia melangkah masuk.
Revina mendapati Noval--orang yang tadi menelfonnya--sedang duduk dengan kaki yang ia naikkan ke atas meja sambil memainkan ponselnya.
"Val," panggil Revina cukup pelan.
Noval tidak menjawab. Revina melangkah mendekati Noval dan berdiri tepat di sampingnya.
"Duduk," perintah Noval tanpa melirik sedikitpun ke arah Revina.
Revina menurut, lalu ia duduk di bangku yang berada disebelah Noval. Setelahnya ia terdiam, menunggu Noval kembali berbicara.
"Beliin gue makanan." Ucap Noval dengan suara khasnya. Suara yang tegas, dan membuat siapapun yang diperintahkan akan menuruti. Termasuk Revina.
"M-makanan apa?" tanya Revina hati-hati. Ia mengerti jika berhadapan dengan kekasihnya itu, Revina harus banyak mengorbankan kesabarannya.
"Terserah." Balas Noval singkat. Revina pun mengangguk dan segera beranjak dari duduknya.
"Yaudah, aku ke kantin dulu,"
••
Revina berjalan menuju kantin untuk membelikan makanan untuk Noval. Walaupun ia tidak memberitahu apa yang ia mau, namun Revina tahu betul apa makanan kesukaan Noval. Maka Revina memesan makanan disalah satu stand di kantin sekolahnya itu.
Setelah menunggu beberapa menit, makanan itu sudah siap ditangannya. Revina hendak kembali ke kelas Noval, namun suara seseorang menginterupsi.
"Mau sampai kapan lo jadi babunya Noval?"
Revina tersentak. Ia menatap tidak suka laki-laki yang berada dihadapannya. Tampilannya tidak terlalu rapih, pantas saja ia tidak mempunyai sopan santun dengan berbicara kepada orang yang bahkan tidak mengenalnya.
"Gue pacarnya,"
"Pacar sekaligus babu lebih tepatnya." Ucap laki-laki itu sambil tersenyum miring.
Revina menatap tajam laki-laki itu, tidak terima apa yang diucapkannya.
"Jaga omongan lo!" Revina memberi peringatan.
"Wih, tenang cantik, gue berkata yang sebenarnya kok." Balas laki-laki itu kembali.
Revina menahan emosinya, ucapan laki-laki itu cukup membuatnya naik pitam. Mata Revina mengarah pada dada laki-laki itu, dan melihat tanda pengenal yang menempel disana.
"Dengar ya, Zivan Fernandho Sebastian," Revina membacanya lalu menekankan nama laki-laki itu. Sekilas tersenyum miring, nama yang bagus, namun tak sebagus kelakuannya.
Revina kembali menatap Zivan.
"Mau gue babunya kek, mau gue pacarnya kek, atau mau gue pacar sekaligus babunya kek, itu bukan urusan lo! Dan lo gak berhak ikut campur dalam masalah pribadi gue!" ucapnya dengan nada bicara yang lebih tinggi. Revina langsung pergi tanpa sudi mendengar balasan cowok itu lagi.
Zivan tersenyum tipis melihat punggung Revina yang menjauh.
••
"Maaf aku lama," ucap Revina setelah sampai di kelas Noval. Ia kehilangan 5 menit yang berharga karena cowok yang sangat tidak penting.
"Kali ini gue maafin," balas Noval yang masih asyik dengan ponselnya.
Revina tersenyum senang. Syukurlah Novak tidak marah padanya. Biasanya, jika Revina berbuat kesalahan pasti Noval akan memarahinya.
"Mau makan dimana? Aku suapin ya?" tanya Revina setelah kembali duduk disamping Noval.
Noval mematikan layar ponselnya, lalu menatap Revina.
"Gue bisa sendiri," balasnya.
Revina hanya mengangguk. Ia terdiam sambil memperhatikan Noval yang mulai membuka bungkus nasi goreng yang tadi dibeli oleh Revina.
"Tunggu apalagi? Lo boleh balik ke kelas," ucap Noval yang tersadar bahwa Revina belum juga pergi.
"Eh? Aku disini dulu juga gapapa kok."
"Gausah," Noval melahap satu sendok ke mulutnya. "Lo pergi aja."
Revina menghela napasnya, lalu mengangguk menurut. Sudah bukan hal aneh Noval bersikap seperti ini padanya. Dan bukan sekali dua kali saja keadaan seperti ini dialami oleh Revina. Noval, laki-laki itu selalu bertindak semaunya tanpa memikirkan perasaan Revina. Meskipun begitu, itu tak mengurangi rasa sayangnya terhadap Noval. Terkadang memang cinta itu buta.
-----
A\N :
Yap, kembali lagi bersama saya *nama disamarkan*
Plakk
Wkwk, oke sorry sorry. Padahal di profil kan ada nama gue ya :v
Lupakan masalah nama, kali ini gue mau bilang :
I'm sorry for every story that I can't finish it.Huaaa😭
Gue cuma bingung, sebagai pemula bikin cerita itu tentunya gak gampang. Kita harus bisa membuat feel yang bakal sampai ke readers. Tapi di story² sebelumnya, gue agak susah bikin konflik yang bisa bikin nge-feel. Yaa, sebenernya sih bisaa tapi dari ceritanya sendiri yang bikin susah buat konflik. Jadi gue memutuskan untuk unpud dan bikin cerita baru lagi.
Haha, diunpub mulu nih udah 3x juga wkwk.
Namanya juga belajar, tentunya kita belajar dari pengalaman bukan? :)
Segitu dulu aja, see you next part!
And I hope you enjoy my story💙
Tertanda,
nndrchmlna_
KAMU SEDANG MEMBACA
INAPPROPRIATE
Teen FictionKatanya cinta ada untuk diperjuangkan. Katanya cinta menjadi alasan seseorang bisa bertahan. Tapi, bagaimana jika berjuang untuk cinta yang salah? Bertahan untuk cinta yang bahkan tak pantas disebut cinta? ...