Part [08]

30 5 5
                                    

Even if we can't find heaven
I'll walk through hell with you
Love, you're not alone
'Cause I'm gonna stand by you~

•••

Drrrtt

Ponsel Revina bergetar. Ia merogoh-rogoh tasnya lalu melihat nama yang tertera di layar ponsel berwarna silver blue itu.

Mama calling..

Revina menggeser tombol hijau.

"Halo ma?"

"Kamu dimana sayang? Mama denger sekolah kamu hari ini bebas, nggak belajar, bener?"

"Iya ma, semua guru lagi pada rapat."

"Terus, kamu dimana sekarang? Nggak pulang?"

"Lagi bareng Noval, ma."

"Oh, yaudah. Mama kira kamu main sama Kayla."

"Nggak, tadi Revina pergi duluan dari sekolah,"

"Yaudah kalo gitu, pulangnya jangan terlalu sore ya. Mama titip salam sama Noval,"

Revina menghela napasnya pelan. "Iya mamaku sayang," setelah itu sambungan telfon terputus.

"Mama?" tanya Noval datar tanpa embel-embel 'kamu' atau apapun itu yang menunjukan kepemilikan. Noval pikir mamanya sama seperti mama-mama lain?

"Iya, dia titip salam buat kamu," ucap Revina sambil memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.

"Wa'alaikumsalam." jawab Noval dengan entengnya.

Revina hanya mendengus, "kita mau kemana?"

"Nggak tau,"

Revina mengerutkan keningnya. "Ko nggak tau?"

"Emang lo mau ke tempat yang mau gue datengin? Nanti lo nggak suka,"

Revina sedikit tertegun. Biasanya Noval akan melakukan apa yang ia mau tanpa harus meminta persetujuan terlebih dahulu. Atau lebih singkatnya, ia tidak memikirkan kesan orang lain untuk itu.

"Why not? Lagian aku juga belum tau tempatnya kok, masa kamu udah berpikiran kalo aku bakal nggak suka?"

"Hm," balas Noval sekenanya. Membuat Revina lagi-lagi mendengus, kesal.

30 menit kemudian, mobil Noval berhenti di tempat yang terlihat asing bagi Revina. Sebuah lahan luas yang diselimuti rerumputan hijau, membuat kesan damai bagi siapapun yang melihatnya. Ditambah dengan hembusan angin yang menerpa dengan lembut, membuat kesan tentram bagi siapapun yang merasakannya.

Noval melangkah meninggalkan Revina yang masih menatap takjub bercampur heran. Heran, tempat senyaman ini mengapa sangat sepi sekali? Jika diperhatikan, tidak ada lalu-lalang orang sedikitpun disekitar sana. Mungkin memang karena tempat itu bisa dibilang sangat terpencil. Selama perjalanan tadi Revina sendiri pun tidak terlalu memperhatikan keadaan sekitar.

Saat Revina kembali pada kesadarannya, ia melihat Noval sudah berdiri di depan pohon besar di ujung sana. Tidak terlalu jauh dari tempat Revina berdiri.

Revina berjalan mendekat. Ia bertambah heran dengan apa yang Noval lakukan. Kepalanya tertunduk, sedangkan pandangannya menatap ke bawah dengan kosong. Namun Revina bisa menangkap kilatan sendu dalam matanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INAPPROPRIATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang