Part [03]

39 9 9
                                    

A\N:
Jika kalian bingung, pas bagian awal banget part [1] itu kenapa gantung dan gak ada lanjutannya, maka aku akan luruskan.
Jadi sebenernya adegan itu bukan terletak di part itu, tapi bakal ada di part ini. Itu cuma penggalannya aja untuk memperjelas tokoh yang terlibat dalam cerita ini. Kalau gak ngerti, kalian juga bakal paham kalo udah baca part ini. Baca sampai abis, kalo bisa sampai ending :3
Itu juga insyaallah kalo saya kuat :v

Selamat membaca!🖤

---

"Perlu tumpangan, cantik?"

Revina sedikit terkejut. Siapa wajah yang berada dibalik helm full face itu? Tidak, jangan bilang itu orang yang ingin menjahati Revina. Ia tidak akan sanggup jika hal itu terjadi. Tidak akan pernah.

Namun, saat matanya mengarah ke bawah, Revina mengernyit karena ternyata orang itu memakai celana abu-abu, celana sekolah SMA.

Orang itu membuka kaca helmnya, "gue bukan orang jahat, lo tenang aja," ucapnya seakan mengerti apa yang Revina pikirkan tentangnya.

"Gue Zivan, kalau lo lupa," sambungnya saat Revina terlihat berusaha mengingat wajah familiar dirinya.

"Oh," balas Revina acuh.

"Inget kan? Cowok ganteng yang lo temuin dikantin." ucap Zivan sangat percaya diri.

Revina memutar bola matanya, "gue nggak kenal lo."

Zivan mengulurkan tangannya dengan senang hati, "yaudah, kenalan dulu,"

"Kalo gue nggak mau?"

"Lo nggak akan dapet tumpangan dari gue," balas Zivan sambil menarik kembali tangan miris yang tak kunjung disambut oleh Revina.

"Siapa juga yang mau," ketus Revina.

"Yakin? Disini jarang banget taxi lewat loh,"

"Gue bisa naik angkot," balas Revina yang sebenarnya tidak yakin akan ucapannya itu.

"Angkot?" Zivan tertawa cukup kencang, "lo yakin pernah liat angkot disekitar sini?"

Revina mati kutu. Benar juga, angkot jarang lewat trotoar sini bahkan hampir tidak ada. Karena peraturan lama yang tidak memperbolehkan angkot untuk melintas di jalan trotoar. Kalaupun ada, paling hanya satu dua, itupun kalau-kalau supir angkotnya nekat.

"Y-ya gue bisa kok cari tumpangan lain, ogah banget sama orang nggak sopan kayak lo,"

"Yakin? Tawaran gue tinggal satu kali lagi nih, kalo lo nggak mau yaudah," ucap Zivan yang bersiap untuk menyalakan motornya kembali.

"Baru-baru ini gue dapet kabar, katanya disini pernah ada pembunuhan sadis, kepalanya dibacok, terus dilempar ke sungai yang ada di bawah lo itu." Sambung Zivan berusaha menakut-nakuti. Jelas saja ia berbohong, berita itu tidaklah benar.

Namun siapa sangka Revina ciut mendengar hal itu. Ia mempunyai ketakutan berlebih terhadap hal-hal yang sadis, seperti pembunuhan. Dan sepertinya Zivan berhasil membuatnya takut setelah mencoba beberapa kali.

"Y-yaudah! Gue ikut lo!" ucap Revina yang tanpa aba-aba langsung mendekat dan hendak menaiki motor Zivan. Namun, Revina agak kesulitan menaiki jok motor yang tinggi itu.

INAPPROPRIATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang