Tigapuluh Dua

547 27 0
                                    

Aku seorang wanita. Dan ketika aku kecil, aku akan memanggil mu sebagai pahlawanku. Aku menyayangi mu. Kau pernah bilang, bahwa jika semua laki laki menyakitiku, maka hanya kau yang tidak akan pernah menyakiti ku.
Lalu sekarang? Luka ini adalah luka yang kau ciptakan sedemikian rupa hingga membuat aku lupa siapa pahlawanku, Ayah.

-Salshabilla-

Plakk!

Kakek Salsha dari pihak keluarga ayahnya, menampar dengan keras rahang Putra Wicaksono-atau lebih tepatnya ayah Salsha.

"Bagaimana bisa kau membawa wanita sialan itu kerumah ini! Kau bukan hanya menyakiti perasaan cucuku, tapi juga istrimu!" ucap Wira kakek Salsha.

"A-aku harus bagaimana ayah. Aku sangat pusing, belum lagi dengan kasus pernikahanku. Kini Salsha juga pergi entah kemana." ucap Putra.

Putra terduduk lemas di sofa bersama dengan adiknya David. David lah yang telah memberitahu masalah ini kepada Wira-ayah mereka.

"Sudah lah kak. Aku yakin putrimu itu baik baik saja. Ia wanita yang tangguh bisa menanggung beban seberat ini." ucap David.

"Apa? Nanda pergi? Dia kemana mas! Dia kemana? Kenapa kau tak memberi tau ku!" ucap Mita mama Salsha.

"Apa gunanya aku memberitahu mu? Bukankah kau sudah tak peduli lagi dengannya?" sinis Putra.

"Hey! Aku tau aku sudah membuat jurang diantara aku dan putriku. Setidaknya aku masih bisa mengontrol diri untuk tidak menyakitinya lagi" ucap Mita tak kalah sinis.

"Oh yaa? Kau! Kaulah yang membuat putri semata wayangku itu menjadi gadis urakan! Jika saja kau tidak selingkuh dengan lelaki itu, mungkin saat ini putriku akan menjadi gadis yang anggun. Dan pernikahan kita? Tidak akan ada diambang kehancuran!" ucap Putra penuh emosi.

"Hentikan!" Salsha tiba tiba saja datang menggebrak pintu masuk utama dirumahnya.

"Mengapa kalian terus saja bertengkar! Mengapa selalu aku yang kalian bawa dalam permasalahan kalian!" ucap Salsha dengan mata merah dan memanas.

Semua orang yang ada disana terkejut. Hening. Tak ada yang bersuara, bahkan kedua orangtuanya pun menunduk malu.

"Apa yang kau katakan tadi Dad? Aku seperti ini karena wanita itu? Wanita yang dulu sering ku sebut mama?" sinis Salsha.

"Dan apa yang kau katakan tadi Nyonya Wicaksono? Aku menghilang karena suamimu yang membawa wanita sialan itu?"

Salsha memandang kedua orangtuanya dengan tatapan tajam. "Tidak bisakah kalian berfikir lebih luas? Apakah didalam pikiran kalian hanya ada keegoisan semata? Heyy Tuan dan Nyonya Wicaksono, dengarkan aku baik baik." ucapan Salsha membuat kedua orangtuanya mengangkat kepala menatap putrinya itu.

"

Aku Salshabilla Ananda Putri Wicaksono, gadis lugu, sederhana dan anggun yang kalian lahirkan di dalam keluarga ini. Aku Salshabilla Ananda Putri Wicaksono, gadis berandalan dan kejam di keluarga ini. Ini karena keegoisan kalian! Kalian yang tidak pernah memperhatikan ku sejak kecil. Kalian yang bahkan tidak mempedulikan ku saat usia ku bahkan belum genap 7 tahun harus mendengar dan menyak sikan pertengkaran hebat antara kedua orangtuaku. Kalian yang bahkan seakan buta tidak melihat aku yang sangat ketakutan dibawah meja.

Bahkan ketika aku merindukan sosok seorang wanita yang selalu ku sebut sebagai mama, hingga aku jatuh sakit. Ketika aku membutuhkan seorang dokter yang menemaniku saat aku sakit yang akan aku panggil sebagai dady ku.

Kemana kalian?! Kemana? Setelah aku mulai masuk dalam dunia yang salah, kalian baru menyadari bahwa kalian memiliki seorang putri?

Bahkan aku hampir lupa jika aku masih memiliki orang tua seperti kalian" kata demi kata yang dilontarkan Salsha membuat relung hati kedua orangtuanya ngilu. Seakan akan kata yang diucapkan Salsha adalah ribuan pisau yang menancap dalam hati mereka.

Ayah Salsha yang bahkan selama ini merawat Salsha ketika istrinya tidak ada, bahkan tidak pernah tau apa yang dirasakan putrinya.

Apalagi mamanya? Yang bahkan saat itu tak pernah tau bagaimana perkembangan Salsha ketika ia ada diluar negeri.

Salsha merosot kelantai menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan mulai menangis. Disatu sisi ia merasa lega karena bisa mengutarakan unek uneknya. Disisi lain, ia merasa sangat sakit.

Ia tak menyangka, kehadirannya dirumah ini bahkan seakan hanya dianggap sebagai angin lalu.

"Salsha capek Garndpa, Om" ucap Salsha ditengah tengah tangisannya.

Kakek dan om salsha merasa sangat iba melihat keadaan Salsha. Salsha gadis yang kuat, namun itu semua hanya benteng untuk menutupi kerapuhannya.

"Salsha, akan lebih baik jika kamu pergi dari rumah ini. Biarkan mereka menyelesaikan urusan mereka." ucap Om David.

David membantu Salsha berdiri dan membawanya pergi. Sementara itu, Wira- kakek Salsha memandang putra dan menantunya itu.

"Apa kalian puas? Apa ini yang kalian harapkan? Akan lebih baik jika kalian urus urusan kalian masing masing. Dan untuk Salsha, aku siap merawatnya bahkan ia jauh lebih bahagia bersama kakek neneknya." ucap Wira dan mulai melangkah pergi.

Saat ia sudah dekat dengan pintu rumah, ia berbalik dan mengatakan sesuatu yang membuat kedua orangtua Salsha menatapnya tak percaya.

"Jika kalian berfikir mengapa aku-istriku, dan orangtua Mita melarang kaliam untuk bercerai, sebenarnya itu bukan permintaan kami walau kami juga tidak ingin kalian berpisah. Itu semua adalah permintaan Salsha. Dia tau apa yang terjadi dalam rumah tangga kalian sejak ia berumur 15 tahun. Namun, ia tetap diam karena ia berpikir masalah yang kalian hadapi akan segera usai"

~~~~~~~

Update lagi guysss🙌🙌

Vomennya jangan lupa yaaa

If You See My Dark Side - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang