Tigapuluh Sembilan

499 22 0
                                    

"Bagaimana keadaannya dok?" tanya Om David ketika melihat dokter pribadi keluarga mereka keluar.

"Salsha mengalami koma untuk 3 hari kedepan. Karena benturan dari kayu itu sangat keras hingga membuatnya koma. Kau tenang saja, paling lama 3 hari dia koma. Kalau begitu aku pergi dulu Vid." ucap sang dokter.

"Baiklah, mari ku antar. Dirga kalian jaga Salsha dari luar yaa. Biarkan teman teman Salsha didalam tenda. Kamu juga ya Az" ucap Om David. 

Ketika dokter dan Om David keluar, Azka menghampiri Dirga yang terlihat masih khawatir.

"Bang, gimana ceritanya si?" tanya Azka.

"Jadi gini, gue lagi nyari kayu bakar dideket tenda cewe karena gue liat disitu banyak kayu. Samar samar gue denger kaya ada yang teriak. Awalnya gue biasa aja. Tapi pas liat Salsha lari ke hutan gue langsung nyusul. Sayangnya ditengah tengah gue mgikutin Salsha, dia malah ilang. Gue nggatau apa yang terjadi sampe Salsha kaya gitu" ucap Dirga menjelaskan.

Azka menghembuskan napasnya pelan. Ia tak habis pikir mengapa semua kejadian yang ada selalu berakhir dengan Salsha yang terkena dampaknya.

Didalam tenda, Salsha mengerjapkan matanya. Ini benar benar hal yang terjadi diluar prediksi dokter. Gaby,Cassa, Rara hampir bersorak senang ketika melihat mata Salsha yang mulai menunjukkan tanda tanda sadar.

"Salsha udah sadar!" teriak Gaby keluar tenda memanggil kelima remaja itu.

Azka langsung berlari kedalam tenda yang disusul keempat lainnya. "Kak, kak Sasa" panggil Azka.

Salsha mengerjapkan matanya beberapa kali, menetralkan cahaya yang masuk kedalam matanya. Salsha melihat sekitarnya yang ternyata sudah banyak yg menemaninya. Beruntung tendanya tidak terlalu sempit sehingga Salsha tidak kesulitan bernapas.

"Kak, lo kenapa si? Kok bisa kaya gini?" tanya Azka pelan.

"Gue nggapapa Az. Siska tadi dateng kesini, mancing gue buat masuk keperangkapnya" ucap Salsha geram.

"Sialan tu orang! Nggabisa apa biarin kita tenang bentar aja."

"Salsha! Sa" teriak seseorang dari luar tenda.

Salsha bangkit, dan bermaksud untuk melihat siapa yang memanggil namanya. Dia adalah Roy, anggota geng nya.

"Kenapa?" tanya Salsha.

"Bang Reza Sa!"

"Kenapa sama bang Reza?"

"Di-dia kecelakaan"

Deg!

"Ngga, bang Reza ngga mungkin kecelakaan. Dia orangnya selalu hati hati! Lo becanda"

"Gue ngga becanda Sa. Dia kecelakaan karena rem motornya blong."

Salsha langsung bangkit berlari keluar area perkemahan. Salsha berlari, dan terus berlari.

Tidak. Abangnya itu tidak mungkin seceroboh itu. Reza sudah seperti kakak kandung bagi Salsha. Vano pun juga sudah ia anggap kakaknya sendiri.

Salsha berhenti dengan napas yang tersengal sengal, dari arah belakang Dirga datang membantu Salsha pergi kerumah sakit, bersama dengan anggota BW yang lain.

Ketika sudah sampai di tempat parkir rumah sakit, Salsha turun dari rumah sakit dan langsung menuju keruangan rawat inap Reza.

"Bang, Bang Reza gimana" tanya Salsha kepada Vano.

"Gue juga belum tau Sa"

"Bang, kok muka lo babak belur gitu?"

"Gue nggapapa. Udah yaa, mending lo sekarang duduk terus minum dulu."

"Ngga! Lo ngga biasanya nutup nutupin sesuatu dari gue kaya gini. Lo kenapa bang"

Saat Vano ingin melanjutkan ucapannya, dari arah berlawanan geng besar BW datang. Disana juga ada Dirga.

Vano menatap Dirga bermaksud memberi isyarat untuk menenangkan Salsha. Dirga mengerti dengan isyarat itu.

Dirga memegang kedua bahu Salsha, bermaksud membawanya duduk disamping Vano.

Dirga pun ikut duduk disamping Salsha. Salsha menangis, entah mengapa ia memiliki firasat buruk.

"Lo kalo mau nangis, nangis aja Sa. Luapin semua emosi lo lewat air mata." ucap Dirga.

Salsha menyandarkan kepalanya di bahu Dirga. Dirga membawa Salsha kedalam pelukannya. Dirga tau bagaimana rapuhnya Salsha selama ini. Hanya Vano dan Reza yang menemaninya. Tidak hanya mereka berdua, bahkan senior seniornya di Amerika pun ada yg menemaninya juga.

Dokter keluar dari ruangan Reza. "Dok bagaimana keadaan Reza?" tanya Vano.

"Kondisinya melemah. Dia butuh donor darah segera. Karena kecelakaan yang dialami saudara Reza cukup parah hingga membuatnya kelihangan darah." jelas sang dokter.

Salsha bamgkit dan menghampiri dokter, "apa golongan darah bang Reza dok"

"Golongan darahnya A, di rumah sakit ini persediaan darah itu sudah habis. Bahkan petugas petugas rumah sakit sudah mencarinya kerumah sakit lain namun tidak menemukannya."

"Saya A dok. Dokter bisa cek darah saya" ucap Salsha dengan cepat.

Semua orang disana terkejut, pasalnya Salsha baru saja sadar setelah ia pingsan tadi.

"Sa, tapi-" ucapan Vano pun terhenti ketika Salsha mengisyaratkannya untuk tidak menghentikan tindakan Salsha.

"Baiklah mari ikut saya" ucap dokter dengan Salsha dibelakang mengikutinya.

~~~~~

Salsha keluar dari ruangan dengan wajah yang pucat pasi, bahkan ia sendiri seakan tak bisa menopang berat tubuhnya.

Semua orang tertidur di koridor rumah sakit. Salsha tersenyum tipis. Sangat tipis.

Bruk

Salsha terjatuh. Kepalanya terasa sangat berat, pusing segera melandanya. Pandangan Salsha mulai kabur, hingga akhirnya semua gelap.

~~~~~~

Holaaa gaess. Balik balik balik lagiiii uyyyy🙌🙌

Jangan lua vomennya yaaa gaesss😍❤

If You See My Dark Side - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang