BAB 04 - Care About You (1)

18.3K 887 4
                                    

Jeffrey Night Club - Manhattan, New York 1:00 AM

---

Lucas menggeram kesal ketika mendapati wanita dengan pakaian minim mencoba menggodanya dengan cara mengusap lengannya dengan gerakan sensual. Jujur saja, ia tergoda tapi ia harus menahannya karena ia sedang menunggu seseorang disini.

Oh ayolah ia sudah menunggu berjam-jam di dalam club ini, meskipun club ini miliknya tapi tetap saja rasa bosan karena menunggu itu ada.

"Kau yakin tidak ingin bercinta denganku malam ini?" tanya wanita disampingnya dengan suara yang lembut.

'Bercinta katanya?'

Ia menatap wanita yang terus melekat pada dirinya dengan tatapan yang tajam, tapi itu tidak membuat wanita itu takut malahan ia terus menggoda Lucas membuat Lucas menutup matanya karena hasratnya belum tersalurkan dalam beberapa bulan ini dan itu karena satu orang yang sama. Seorang yang ditunggunya sampai saat ini.

'Damn! Kau dimana?!'

Karena merasa tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Lucas wanita berambut kecoklatan itu langsung mencium bibir Lucas tanpa permisi, Lucas awalnya hanya diam tidak membalas ciuman tersebut tapi batinnya berkata lain. Lucas membalas ciuman itu tak kalah panasnya, dengan kasar Lucas menggigit bibir bawah wanita itu hingga ciuman mereka terlepas.

"Kau sangat kasar, Lucas." ucap wanita itu lalu ia tersenyum menggoda "Aku sudah yakin jika kau tidak mungkin menolak pesonaku. Mari kita mulai permainan ini dengan perlahan"

Lucas menyeringai "Kau terlihat murah, Jessy. Bagaimana jika keluarga Gideon mengetahui bahwa putri satu-satunya ini menjual dirinya padaku?"

Muka cantik Jessy langsung memias lalu tanpa aba-aba ia langsung menarik diri dari tubuh Lucas "Brengsek kau, Lucas!"

"Aku yang brengsek atau dirimu?"

Jessy menghentakkan heelsnya ke lantai, lalu ia berjalan keluar dari private room meninggalkan Lucas yang menatapnya dengan tatapan tidak peduli.

•••

"What do you think, dude? Kau tahu? Semua wanita disini menatapmu dengan tatapan lapar, kau tidak ingin memuaskan nafsu mereka?" ucapan seorang lelaki membuat Lucas tersadar dari lamunannya.

Gzzzz, lagi-lagi wanita itu yang terus dipikirannya.

"Kau bicara apa?"

"What? Jadi kau dari tadi tidak mendengarkanku berbicara?!"

"Tidak"

"Fuck! Seharusnya aku memang tidak kesini!" Gerutunya tapi masih dapat didengar oleh Lucas.

"Ya memang seharusnya tidak" jawab Lucas dengan santai sambil menyesap vodkanya.

"Aku tidak pernah melihatmu seperti ini. Apa ada masalah?"

Lucas menggeleng lalu ia menatap ke arah jendela yang memperlihatkan kota Manhattan pada dini hari "Tidak" jawabnya.

Lelaki itu mengerang kesal sambil mengacak-acakkan rambutnya, Lucas yang melihat itu menaikkan sebelah alisnya "Stress memikirkan wanitamu heh?" Sinisnya.

"Lebih dari itu"

Hening.

Lucas sibuk meminum vodkanya sedangkan yang satunya sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Jam berapa sekarang?"

"5 pagi"

"Aku harus pergi."

Lucas yang melihat Gerrardo pergi dalam keadaan kacau membuat keningnya berkerut, sebenarnya dari tadi Lucas menyadari ada yang tidak beres dengan Gerrardo tapi ia enggan untuk menanya karena pikirannya juga sedang kacau karena satu orang.

•••

Gerrardo membawa mobil sportnya dengan kecepatan tinggi, untung saja jalanan pagi ini masih sepi jadi ia tidak perlu khawatir.

Tangan kanannya meraih sebuah ponsel yang berada di dashboard dan menelpon seseorang.

"Ayolah angkat! Kumohon..." ucapnya dengan nada lelah.

"Maaf nomor yang anda tuju--"

"Shit!" umpatnya sambil menghempaskan ponsel tersebut, ia kembali mempercepat laju mobilnya tidak peduli bagaimana kondisi ponsel yang tadi ia lemparkan entah kemana.

•••

Sandra melenguh ketika merasakan sinar matahari yang dipantulkan dari jendelanya. Ia menyibakkan selimutnya lalu memegang keningnya yang terasa berdenyut.

"Uh... Kepalaku pusing sekali." Gumamnya lalu ia menurunkan kedua kakinya dan mengambil ponsel yang berada di lemari kecil disamping tempat tidurnya.

Ia menunggu Caroline mengangkat teleponnya sembari menuju ke kamar mandi untuk mencuci mukanya. Tidak lama, suara dari ponselnya terdengar, langsung saja Sandra menempelkan ponselnya ke telinganya.

"Kau dimana sekarang?" Tanya Caroline to the point.

"Aku dirumah dan sepertinya aku tidak masuk kerja hari ini. Tolong izinkan aku ya." jawabnya dengan nada lemah.

"Oh okay! But, wait.. ada apa? Apa kau sakit?"

Sandra berdeham "Ya. Semalam aku tidak bisa tidur, dan pagi ini kepalaku sedikit pusing."

"Seharusnya aku memang tidak membiarkanmu tinggal di apartement sendirian, Sandra! Mulai besok kau harus tinggal bersamaku!" Titahnya dengan tegas.

Sandra menggeleng meskipun ia tahu tidak ada gunanya ia menggeleng karena Caroline tidak akan bisa melihatnya. "Tidak perlu. Aku baik. Hanya sedikit pusing saja. Sudah sana kau bekerja yang baik. Dan jangan lupa izinkan aku."

"Baiklah. Telepon aku jika kau memerlukan sesuatu. Minum obatmu dan istirahatlah."

"Thank you, Caroline."

Hampir saja ia mematikan sambungannya jika saja suara pria yang membuat Sandra mengurungkan niatnya.

"Good morning, Mr. Jeffrey."
"Siapa dia?"
"Apa maksudmu?"
"Yang sedang menelponmu."
"Ah ini, Sandra. Ia memberitahuku jika ia tidak masuk hari ini karena sakit."
"Berikan ponselmu padaku."

Pupil mata Sandra membulat ketika ia menguping pembicaraan Caroline dengan Lucas. Lalu ia berdeham untuk menetralkan jantungnya yang mulai berdegup kencang apalagi ketika Lucas meminta ponsel Caroline. Uh, Sandra merasa jika isi perutnya ingin keluar.

"Hallo." Suara berat itu membuat degupan jantung Sandra semakin menjadi. Suara, Lucas. Pria itu menelfonnya, Bossnya menelfonnya. Meskipun hanya lewat ponsel sahabatnya.

God! Rasanya ia seperti sedang bermimpi.

"Ms. Margareth apa kau disana?" Suara itu kembali mengintrupsi Sandra kembali ke dunia nyata. Dengan gugup, ia menjawab "Ah ya, Hallo Mr. Jeffrey" sapanya.

"Kau tidak masuk hari ini?"

"Tidak"

"Ada apa? Apa kau sakit?"

"Hanya sedikit pening. Tidak apa, mungkin besok aku masuk."

"Baiklah, aku akan ke apartementmu nanti malam untuk menjenguk."

"Apa?! Oh itu tidak perlu, Mr. Jeffrey. Aku hanya pusing, itu tidak parah." ucap Sandra dengan cepat, lalu ia merasa jika isi perutnya benar-benar ingin keluar sekarang, ia membekap mulutnya dengan telapak tangannya lalu membuka tutup kloset yang tadi ia duduki.

Sandra terus mengeluarkan isi dari perutnya dengan tangan kanan yang masih menggenggam ponselnya, dan tidak menyadari jika sambungan teleponnya belum terputus.

Sedangkan Lucas yang mendengar suara muntahan Sandra hanya menunjukan ekspresi datar dari wajahnya. Sudut kiri bibirnya terangkat menampilkan seringai di wajah tampannya, lalu dengan cepat ia mematikan sambungan teleponnya dan berjalan keluar dari ruangannya.

---

Me and Mr. Billionaire✓ (Open PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang