BAB 05 - Steven Gerrardo

18.2K 752 2
                                    

Kalo ada typo dikit gapapa lah yaaa wkwk.

---

Lucas menegak habis gelas yang berisi minuman bening itu, lalu menuangkannya lagi dari botol ke gelasnya. Ia memejamkan matanya menikmati cairan bening tersebut meluncur di tenggorokannya.

Pikirannya selalu saja tertuju pada wanita yang sama.

Wanita yang datang ke club miliknya dengan penampilan yang tidak bisa dibilang baik, wanita yang membuatnya selalu teringat dengan ciuman mereka dan sampai sekarang Lucas masih merasakan dengan jelas ketika bibir lembut wanita itu menempel di bibirnya.

Dan wanita itu bekerja padanya. Bekerja di perusahaannya.

Lucas menggeram ketika teringat kejadian tadi siang, wanitanya sedang sakit. Tapi ia disini malah dengan santainya meminum alkohol,

Apa? Tadi aku berbicara apa? Aku menganggap dia wanitaku? 'batin Lucas.

"Sepertinya kau kelelahan," ucap Gerardo sambil menatap Lucas yang kini kembali menegak cairan bening itu,

"Kau sebut apa jika kau sedang memikirkan wanita?" Tanya Lucas dengan tiba-tiba.

Gerardo menganga ketika mendengar pertanyaan Lucas yang.. "KAU SEDANG MEMIKIRKAN WANITA?!" heboh Gerardo hingga orang yang berada disekeliling mereka menatapnya dengan tatapan penasaran.

Lucas menghela napasnya ketika menyadari sifat asli Gerardo akan keluar, ia menatap tajam orang disekelilingnya hingga mereka kembali sibuk dengan urusannya masing-masing.

"Aku ingin bilang 'ya' tapi tidak yakin. Aku ingin bilang 'tidak' tapi aku tidak tahu ya atau tidak." jawab Lucas dengan asal sambil menegak kembali minumannya. Tak peduli sudah berapa botol ia habiskan untuk malam ini.

"Apa? Kau bilang apa tadi, sialan?!"

"Apa?"

Gerardo menatap Lucas dengan kesal, entah sudah berapa kali ia harus bersabar menghadapi sifat Lucas yang menjengkelkan bahkan lebih menjengkelkan dibanding mood perempuan yang sering berubah. Karena hanya Lucas yang mampu membuat ia gila.

Gila karena lelaki itu bertindak semaunya.

"Lebih baik aku pergi," utus Gerardo

"Kemana?"

"Ke wanitaku" Gerardo menuang minuman yang ada di botol ke gelasnya lalu menegak habis minuman tersebut.

"Kau bukan gay?" tanya Lucas dengan santai

Gerardo menatap tajam Lucas "Sialan! Aku bercinta pada wanita yang berbeda tiap malam"

Wajah Lucas dibuat seolah ia terkejut "Kau sudah besar ternyata, Mr. Gerardo" ejeknya.

"Tentu, kau ingin melihatnya?" tawar Gerardo sembari menunjukkan jarinya ke resleting celananya.

"Jika kau memaksa. Baiklah, aku ingin mencoba melihatnya" Tangan Lucas ingin meraih resleting celana Gerardo namun pria berambut coklat tersebut dengan cepat menepis tangan kekar milik Lucas.

"Dasar pria gila!" umpat Gerardo sambil melangkah menjauhi Lucas

"Kau juga pria bodoh!" teriak Lucas ketika ia masih melihat punggung milik Gerardo yang belum terlalu jauh.

•••

Sandra menghirup dalam-dalam minyak aroma teraphy miliknya, itu membuat pikirannya terasa lebih baik sekarang.

Malam ini ia berniat untuk belajar masak didapurnya, karena jujur saja sampai sekarang ia belum pandai memasak. Dan tadi, ia berpikir jika suatu nanti ia akan menikah siapa yang akan memasak untuk suaminya?

Juga, ia tidak ingin suami dan anaknya nanti diurusi oleh pembantu.

Ia merebahkan tubuhnya di atas sofa sambil memutar musik kesukaannya. menikmati detik terakhir sebelum bekerja besok tidak ada salahnya kan?

Baru saja ia akan tertidur karena alunan musiknya jika saja tidak ada orang yang mengetuk pintu apartementnya.

Ia menyabut headset dari telinganya lalu melangkah menuju pintu. Pertama kali yang ia lihat adalah seorang pria dengan seragam kurir?

"Selamat malam dengan Nona Margareth?"

Sandra mengangguk bingung "Saya sendiri, ada apa?"

"Ada kiriman untuk anda"

Sebelah alis Sandra terangkat lalu menerima sebuah dus dengan satu buket bunga diatasnya "Dari siapa ini?"

"Maaf saya tidak tahu, tugas saya hanya mengantar saja. Tolong tanda tangan disini, Nona." pinta kurir tersebut sambil memberi sebuah pena pada Sandra.

"Terima kasih, selamat malam" pamitnya.

Sandra mengangguk lalu kembali masuk ke dalam apartementnya.

Ia melempar pelan kotak itu ke sofa, lalu terdengar suara bel lagi. Sandra menghela napasnya sambil memijit pelipisnya,

"Ada apa lagi? Apa kau sudah tahu siapa peng--" ucapan Sandra terpotong karena bibirnya langsung terbungkam ketika melihat seorang pria berbadan tegap di hadapannya yang hanya memakai kaos hitam,

"Selamat malam, Sandra Margareth" sapanya dengan hiasan senyum diwajahnya.

"Ada perlu apa kau kemari? Dan dari mana kau tahu dimana aku tinggal?!"

Pria tersebut tersenyum "Itu mudah, aku hanya perlu melacak nomer ponselmu." katanya sembari mengacungkan ponsel milik pria itu.

Sandra langsung mengambil ponsel yang berada di saku celananya..

Sialan, ia lupa mengganti nomer baru!

"Lebih baik kau pergi dari sini sekarang!" usirnya sambil mengacungkan telunjuk ke arah lift.

"Wow, kau mengusirku?"

"Tentu saja, Iya. Kau pasti mengerti kata-kataku kan?!"

"Oh ayolah, kita baru bertemu. Apa kau tidak merindukanku?"

Sandra menggeleng dengan cepat "Tidak! Tidak sama sekali."

Pria itu menghela nafasnya "Aku kira kau merindukanku," katanya dengan nada lelah.

"Well, Steven kau terlalu percaya diri," ejek Sandra sambil menyedekap kedua lengannya didada.

"Izinkan aku bicara padamu sebentar,"

"Aku tidak punya waktu untukmu" elak Sandra dengan cepat.

"Ayolah, Sandra. Aku ingin kau mendengar penjelasanku. Kumohon, hanya sebentar. Lalu aku akan pulang."

Sandra mengetukkan jarinya ke dagu, setelah beberapa detik ia mengangguk pelan "Hanya 15 menit. Tidak ada penawaran."

Senyum manis diwajah Steven terukir, lalu ia mengekor masuk ke dalam apartement wanita itu dengan semangat. "Baiklah, aku akan menghargai waktu yang diberikan olehmu"

---

Thank you for reading❤️

Me and Mr. Billionaire✓ (Open PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang