téssera

3K 303 16
                                    

Jungkook pov

Aku bodoh, aku benar-benar bodoh. Bagaimana bisa aku tidak menyadari semua itu selama ini. Perubahan sikapnya, senyumannya, bahkan tatapannya sudah memberitahuku tentang semuanya. Tatapan Jimin hyung waktu itu seakan memohon padaku agar aku menolong dan menyelamatkannya. Tapi kenapa aku baru menyadari semua itu sekarang. Disaat aku harus mendengar fakta menyakitkan untukku.

“Apa kalian tidak tahu ? Aahh..pasti dia tidak memberitahu kalian soal semua ini. Maaf sebelumnya, tapi dari hasil pemeriksaan, Jimin-ssi terkena Bone Marrow Failure atau bisa kita sebut juga gagal sumsum tulang. Sepertinya sumsum tulang belakang Jimin-ssi yang selama ini sedikit bermasalah sudah berkembang menjadi penyakit serius. Penyakit tersebut adalah salah satu penyakit langka yang diderita 3 dari 3 juta orang di dunia. Penyakit ini hampir mirip dengan penyakit Leukimia.”

Duniaku seakan runtuh saat aku mendengar perkataan dokter itu dari balik pintu. Dadaku terasa tercabik-cabik saat mendengar semua itu. Tubuhku bahkan luruh ke lantai. Tapi aku tidak peduli, aku hanya ingin menangis saat ini. Aku juga tidak peduli saat rasa sakit itu mulai datang lagi dan saat kesadaranku hampir menghilang. Aku hanya berharap, apa yang aku dengar itu salah atau bahkan ini hanya mimpi burukku semata.

Mianhae hyung.” ucapku sebelum semuanya gelap dan aku hanya bisa mendengar teriakan orang-orang

Jungkook pov end

.

.

.

.

.

Setelah 3 hari lamanya, Jimin akhirnya bangun dan saat dia membuka matanya, dia sudah berada berada di tempat yang cukup asing baginya. Namun walaupun tidak ada yang memberitahunya, dia sudah tahu dimana dirinya dan apa yang terjadi padanya.

J-jiminie.. Kau sudah sadar sayang ?” ucap Nyonya Jeon lalu menghampiri dan memeluk erat anaknya itu

“E-eomma..Appa..apa yang kalian disini ?” tanya Jimin lirih

“Apa yang kau katakan sayang, tentu saja kami disini untuk menemanimu.” jawab Tuan Jeon lembut

“Aku tidak apa-apa. Jadi lebih baik kalian pergilah! Jungkook lebih membutuhkan kalian.” lirih Jimin seraya mencengkram erat selimut yang dipakainya

“Kumohon jangan seperti ini sayang. Kita sudah tahu semuanya. Kenapa kau menyembunyikan semua ini dari kita eoh ?” ujar Nyonya Jeon yang sudah melepaskan pelukannya

“Seandainya saja kau memberitahu kita lebih awal. Appa dan Eomma pasti akan___.” ucap Tuan Jeon juga

“Apa kalian punya waktu untuk semua itu ?” potong Jimin

Jimin-ah.. Apa yang kau katakan ?” tanya Nyonya Jeon

“Ku tanya sekali lagi, apa kalian punya waktu untuk melakukan semua itu ?” ucap Jimin meninggi dia bahkan sudah berurai air mata

“Seperti dugaanku, kalian hanya akan peduli dan memperhatikanku jika aku juga sakit dan sekarat sepertinya.”

“JEON JIMIN!” teriak Tuan Jeon tanpa sadar

“Kalian bilang aku menyembunyikan semua itu selama ini. Kalian salah besar. Appa..Eomma..aku bukanlah tokoh utama sebuah drama dimana aku akan memasang topeng sandiwara didepan semua orang. Aku hanya seseorang yang tidak diberikan kesempatan untuk menunjukkan rasa sakitku. T-tidak..ti..tidak bisakah kalian menyadari kesakitanku selama ini..hiks..hiks..” ucap Jimin yang terisak hebat

“Aku..a-aku masih anak kalian kan ? Tapi kenapa..hiks..hiks.. kenapa kalian tidak bisa memperlakukanku seperti Jungkook. Aku tahu dia lebih membutuhkan kalian, tapi bukan berarti kalian bisa melupakanku. Tidak tahukah kalian betapa sakitnya hatiku selama ini. A-aku..a..aku hanya ingin kalian memperhatikanku juga selama ini. Tapi kenapa kalian tidak bisa melakukan semua itu..hiks..hiks..”

“Jimin-ah..maafkan Eomma dan Appa. Kita tahu kita salah. Tapi Eomma mohon, jangan seperti ini sayang. Eomma benar-benar minta maaf.” ujar Nyonya Jeon yang ikut terisak

Nyonya Jeon dan Tuan Jeon mencoba untuk merengkuh tubuh Jimin. Namun Jimin terus memberontak.

“Aku membenci kalian. Aku membenci kalian..hiks..hiks..”  histeris Jimin yang terus memberontak bahkan sesekali menjambaki rambutnya

Jimin benar-benar sudah tidak tahan lagi. Semua ini terlalu menyakitkan untuknya. Semua yang Jimin alami selama ini maupun sekarang tetap terasa menyakitkan baginya. Dan untuk kali ini saja, izinkan dia untuk bisa mencurahkan semua isi hatinya sekali saja.

“Ada apa ini ?” tanya Seokjin saat mendengar kegaduhan di dalam ruangan Jimin

“Ya ampun.. Apa yang terjadi pada Jimin ?" tanya Seokjin saat melihat Jimin terisak hebat

“Hyung..hiks..hiks..”

Seokjin yang melihat dan mendengar Jimin memanggil dirinya lantas menghampiri dan merengkuh tubuh Jimin. Dan Jimin pun membalas pelukannya.

“Sepertinya kalian lebih baik keluar dulu untuk saat ini.” ujar Jin

Nyonya Jeon yang masih terisak menggelengkan kepalanya, namun Tuan Jeon kemudian merengkuh dan menuntun sang istri untuk keluar dari ruangan itu.

H-hyung..hiks..hiks.. ”

Shutt! Tenanglah.. Hyung disini Jimin-ah. ” ujar Jin mencoba menenangkan pasiennya itu

*****

“Dokter, bagaimana keadaan Jimin ?” tanya Tuan Jeon khawatir

“Tenang saja, saat ini dia sudah tertidur karena kelelahan. Dia baik-baik saja. Tapi___.”

“Tapi apa dok ?”

“Untuk saat ini, tolong jangan membuat Jimin terlalu banyak pikiran.  Mohon maklumi saja sikapnya pada kalian. Sepertinya ada yang membuatnya stress belakangan ini. Jadi biarkan saja dia untuk sekarang. Saya khawatir, jika dipaksakan semua itu bisa mempengaruhi kondisi kesehatan juga psikisnya.” jelas Seokjin

“Ahh..satu lagi, saya dengar dari Dokter Min jika Jungkook terus menanyakan kondisi hyungnya. Dia juga terus merengek untuk bisa menjenguk hyungnya. Jadi lebih baik kalian memberitahu dia jika Jimin sudah sadar dan tolong bujuk dia agar dia tidak terus merengek seperti itu.” ucap Jin lagi

“Benarkah ? Arraseo, gomawo Dokter Kim.” ucap Tuan Jeon seraya membungkukkan badannya

Seokjin pun menganggukkan kepalanya lalu pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.

“Maafkan Appa dan Eomma Jimin-ah.”

.

.

.

.

.

.

TBC

StoichímataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang