Pénte

2.9K 276 26
                                    

Jimin pov

Aku membuka mataku perlahan saat sinar matahari mulai menampakan dirinya. Aku pasti terlelap setelah menangis cukup lama sebelumnya. Saat aku sudah benar-benar terbangun, aku terkejut saat melihat Jungkook yang sedang tertidur disampingku seraya menggenggam tanganku. Dia memakai pakaian yang sama denganku, itu artinya penyakitnya juga kambuh dan itu karena diriku. Untuk pertama kalinya, aku bisa melihat wajah damainya saat tertidur seperti ini. Aku pun tergerak untuk mengelus pelan surainya.

“Maafkan hyung Jungkook-ah. Hyung sudah membuatmu seperti ini.” ucapku pelan

Eunghh..”

“H-hyung.. ” ucap Jungkook saat dia terbangun dan melihatku

“Selamat pagi saeng!” sapaku seraya tersenyum hangat

Jungkook langsung memelukku.

“Hyung..maaf..hiks..hiks..
maafkan aku..hiks..hiks..” isak Jungkook

“Kenapa minta maaf eoh ? Kau tidak salah apapun.”

“M-maaf..aku sudah merebut perhatian dan kasih
sayang Appa dan Eomma..hiks..hiks..seandainya saja aku tidak sakit..hiks...hiks..
Aku___”

Shutt! Jangan menyalahkan dirimu. Kau tidak sepenuhnya salah Jungkook-ah. Hyung hanya termakan rasa iri hyung saja selama ini. Padahal hyung tahu jika kau memang lebih membutuhkan mereka selama ini. Jadi maafkan hyung juga saeng.” aku melepaskan pelukannya lalu menghapus air mata Jungkook

“Tapi hyung juga sakit. Aku sudah tahu semuanya hyung. Aku tahu jika hyung juga sakit. Jadi..j-jadi..kumohon jangan menyembunyikannya lagi.” lirihnya

“Jadi kau sudah tahu ya. Seperti yang kau katakan, hyung memang sakit. Dan itu salah satu alasan hyung membutuhkan Eomma dan Appa juga. Hyung hanya ingin merasakan perhatian dan kasih sayang mereka seperti dulu. Setidaknya sekali sebelum hyung tidak bisa merasakan semua itu lagi.”

Hyung..”

“Jungkook-ah..Mari kita bertaruh!”

“N-ne ? Maksud hyung ?”

“Mari kita bertaruh! Untuk menentukan siapa yang bisa bertahan hidup lebih lama. Siapapun yang bisa bertahan hidup lama, dialah pemenangnya. Bagaimana ? Apa kau setuju ?”

“T-tapi untuk apa kita melakukan semua itu hyung ?”

“Bukankah harus ada setidaknya satu orang diantara kita yang bertahan dan terus melanjutkan hidup. Tidak mungkin kita berdua meninggalkan Appa dan Eomma. Harus ada diantara kita yang menemani mereka.”

“Baiklah..Aku akan menerima taruhan ini hyung.” jawabnya seraya tersenyum padaku

Jimin Pov end

Seperti itulah taruhan tersebut terjadi. Itu adalah satu cara untuk mereka untuk bisa berjuang melawan rasa sakit mereka.

.

.

.

.

.

Hari demi hari berlalu, baik Jimin ataupun Jungkook masih sama-sama di rawat di rumah sakit. Mereka lebih sering menghabiskan waktu mereka bersama sekarang.

“Hyung..bagaimana ? Apa gambarku bagus ?” tanya Jungkook seraya menunjukan sebuah gambar wajah Jimin

Emm.. Bagus sekali. Hyung tidak tahu jika kau sangat pandai menggambar.” puji Jimin mengelus pelan kepala Jungkook

StoichímataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang