Nesha Maudia

174 19 7
                                    

Nesha berjalan cepat menuju kelasnya. Berkali-kali ia melirik jam di pergelangan tangannya. Ia sudah terlambat!

Walau hanya ada beberapa siswa yang sudah berada di sekolah, namun bagi Nesha ia sudah terlambat. Nesha mendengus sebal saat membayangkan banyak anak yang lolos dari pengamatannya. Seragam awut-awutan, tidak memakai dasi, make up berlebihan. Nesha menggeleng pelan saat memikirkan hal-hal yang paling ia benci. Ya, sebagai ketua OSIS memang sudah menjadi tanggung jawabnya untuk menertibkan para murid. Sikap tegas dan disiplin Nesha menjadikannya dipercaya untuk menduduki jabatan tersebut.

Selain Bu Reta yang terkenal karena matanya yang setajam laser, Nesha juga cukup membuat siswa-siswi bergidik ngeri saat mendengar suaranya yang membuat telinga sakit. Namun sepertinya hal itu tidak berlaku bagi Renan, spesies ajaib asli SMA Husada. Setiap kali berhadapan dengan Renan, Nesha selalu kehilangan kata-kata. Tingkah absurd Renan cukup membuat Nesha tiba-tiba terserang migrain.

Nesha berjalan tegas menuju gerbang. Setiap kali bertemu dengan siswa-siswi, Nesha mengamatinya dari ujung rambut hingga ujung kaki, seperti memindai tubuh seseorang. Jika melihat ada yang tidak beres, tidak peduli itu siapapun itu, segera Nesha menghampirinya dengan mata tajam dan wajah dingin, seperti hendak memakannya hidup-hidup.

"Dasi lo mana?!" Nesha segera mengeluarkan jurus ampuhnya saat melihat seorang siswa berjalan santai melewari koridor.

Laki-laki itu terlonjak kaget. Ia sempat menghela napas lega tadi saat tidak menemukan Nesha di gerbang.

"It-itu, ketinggalan di rumah kak, hehe..." laki-laki itu nyengir kuda, dalam hati ia merapalkan doa keselamatan untuk dirinya.

"Heha hehe, lo pikir ini lagi bercanda?!" mata Nesha semakin tajam, laki-laki di depannya langsung bungkam.

"Kelakuan si kucing garong~"

Renan dengan santainya berjalan di antara Nesha dan laki-laki yang kini tengah menunduk dalam. Seolah tidak sadar suasana, Renan tersenyum manis pada Nesha kemudian melenggang pergi tanpa dosa sambil bersenandung.

Nesha melotot, ia mengamati sekilas Renan. Masih sama. Seragam awut-awutan, rambut menyentuh kerah, tidak memakai dasi dan ikat pinggang. Perfect.

Nesha menyipitkan matanya menatap punggung Renan yang mulai menjauh. "Lo! Balik ke sini!"

Renan tidak menjawab, ia malah menggoyang-goyangkan pantatnya, terlalu menikmati lagu dangdut yang sedang dinyanyikannya.

"Renan! Sini nggak lo!"

Merasa ada yang memanggil namanya, Renan menoleh lalu berjalan mendekati Nesha. "Kenapa Bu Ketua Sosis? Kangen nih pasti!" Renan nyengir kuda, sama sekali tidak gentar melihat mata tajam perempuan di depannya.

Nesha mendecih, dosa apa dia dulu hingga bisa bertemu dengan spesies aneh seperti Renan. "Lo! Masukin kemeja dia!" Nesha berseru memerintah kepada laki-laki di depannya.

Mata laki-laki di depan Nesha melebar. Sedangkan Renan? Ia sudah buru-buru meletakkan ranselnya di depan dada dengan mata menatap Nesha waspada. "Gue masih normal, Nes. Sumpah! Yang homo itu si Tama. Masa ya kemarin tiba-tiba dia dateng ke kamar gue terus pegang-pegang dada gue? Kan gue jadi merasa ternodai, padahal gue kan masih perjaka kinyis-kinyis menggoda gini. Terus ya kemarin kemarinnya hari rabu, dia-"

"Diem bisa nggak lo?!" Nesha memijat keningnya yang terasa berdenyut-denyut.

Mood Nesha yang sudah buruk sejak awal menjadi hancur setelah kembali berurusan dengan Renan. Manusia satu itu bisa membuat Nesha ngos-ngosan hanya dengan mendengar ocehannya saja.

"Sensi amat sih Nes. Belum minum kiranti nih pasti!"

Boleh bunuh orang nggak Ya Allah?

You Are The ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang