2.Kesal

4.5K 206 2
                                    

"Lang, hari ini gue mau tukeran posisi," ujar Sheila pada Gilang saat mereka sedang menikmati sarapan sebelum kedai dibuka. Makan nasi bungkus, sarapan yang sangat sederhana. Sheila tidak yakin hari ini ia bisa ramah pada pengunjung, mengingat ia masih kesal dengan suaminya.

Bayangkan saja. Tadi pagi, Sheila sudah menyiapkan sarapan kesukaan Arka, menyiapkan nasi goreng dengan teh hangat. Begitu Sheila menawarkan sarapan bersama, Arka dengan teganya bilang bahwa hari ini ada meeting mendadak alhasil Arka pergi begitu saja hanya meninggalkan kecupan ringan di dahi Sheila tanpa memperdulikan istrinya yang kesal karena sikapnya.

"Kenapa sih, Shei? Kayaknya lo lagi bad mood," tanya Raina.

"Enggak dikasih jatah kali sama suaminya," Putra mencetus yang langsung dipelototi oleh Sheila.

"Pokoknya gue mau jadi tukang cuci aja,"

"Ya udah," jawab Putra pasrah sambil menikmati makanan.

Hari itu Sheila pindah posisi mengerjakan tugas dibelakang. Dia menjadi tukang cuci. Tidak terlalu keberatan baginya karena dia sudah terbiasa mencuci piring,sendok,mangkok,gelas dan perabotan lainnya yang dipakai.

Biasanya kedai agak sepi kalau pagi. Menjelang siang atau tepatnya jam 11 keatas, kedai akan ramai sampai malam.

Harusnya gue enggak usah nikah sama Arka! Berkali-kali Sheila menggerutu dalam hati. Dia sedikit menyesali pernikahannya dengan Arka. Karena tujuannya menikah adalah agar ada orang yang menemaninya. Tapi nyatanya pria itu tidak peduli padanya.

Awalnya Sheila tidak mempermasalahkan Arka yang cuek. Dia juga tidak masalah Arka yang sibuk dengan pekerjaannya. Dinikahi orang kaya membuatnya berpikir bahwa ia berutung. Tapi nyatanya uang tidak selalu menjadi kebutuhan utama manusia. Lama-lama Sheila mulai bosan karena Arka yang tidak memperhatikannya. Sheila ingin diperhatikan.

Wajar kan bila seorang istri ingin diperhatikan?

Dan Sheila mulai mengeluh karena sudah terlanjur mencintai Arka.

Pada jam 4 sore Raina menghampirinya yang berada ditempat cucian. Raina si rambut pendek itu berbisik. "Ada suami lo tuh diluar, nungguin lo," katanya.

Sheila menoleh dengan kening mengkerut. Dia seperti tidak percaya. "Serius lo?" tanyanya.

"Enggak percaya liat aja sendiri," kata Raina. "Tinggalin dulu cuciannya. Temuin Kak Arka dulu gih,"

Sheila mencuci tangannya yang terkena sabun, mengelap tangannya sampai kering lantas keluar hingga mendapati suaminya yang duduk dipojokan dan berkutat dengan ponsel.

Kepala pria itu mendongak dan menatapnya dengan tersenyum. Sheila tetap cemberut dan datang menghampiri.

"Tumben," kata Sheila, lantas duduk didepannya.

"Kamu masih marah sama saya?" tanya Arka yang mendapati wajah istrinya yang cemberut.

"Ngapain kamu kesini?" tanya Sheila tanpa menggubris pertanyaan Arka.

"Kebetulan saya lewat ini, jadi saya mampir,"

"Oh," Sheila hanya mengangguk dan agak kesal dengan kata 'mampir'.

"Mas Arka mau makan mie?" tawar Raina baik hati pada Arka.

Arka melirik Sheila sekilas dan mengangguk pada Raina. "Boleh, tapi jangan pedas ya,"

"Minumnya apa?"

"Air putih aja," cetus Sheila tiba-tiba.

Arka tersenyum dan mengangguk pada Putra. Arka kembali menatap Sheila. "Saya enggak tau kenapa kamu marah sama saya,"

SHEILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang