6.Dunia malam

3.9K 152 2
                                    

Sheila sulit tidur, dia merasa jenuh didalam kamar yang sepi karena Arka sibuk duduk didekat jendela dengan laptopnya. Pria itu terlalu sibuk sampai tak sadar istrinya yang kegelisahan diatas ranjang.

"Kak, kamu masih sibuk?" tanya Sheila.

"Lumayan," jawabnya tanpa menoleh. "Ada apa?" tanyanya.

"Aku mau keluar,"

Mendengar permintaan sang istri membuat Arka berhenti mengetik dan menoleh pada Sheila, kemudian melirik jam dinding yang menunjukan pukul jam 10 malam. "Sudah malam Shei."

"Tapi aku bosan,"

"Kamu enggak tidur?"

"Aku enggak bisa tidur,"

"Tapi sayang, ini sudah malam. Dan saya benar-benar sibuk,"

"Ya udah," Sheila memiringkan tubuhnya memeluk bantal guling dan menatap dinding dengan pandangan kosong. Tiba-tiba dia ingin menangis, alasannya sederhana, karena dia merasa terluka diabaikan. Rasa pesimis kembali membuatnya merenung, dan rasanya ia ingin menertawakan diri sendiri yang terlalu besar kepala. Harusnya dia sadar diri kalau dia bukan siapa-siapa. Dan sangat wajar kalau Arka lebih mementingkan pekerjaannya daripada dirinya.

"Shei," panggil Arka menatap Sheila yang membelakanginya.

Dan Sheila diam tidak menjawab. Karena perempuan itu sedang menahan tangis.

Arka beranjak meninggalkan kursinya. Dihampirinya Sheila dengan hati-hati, merangkak diatas ranjang dan mendekati. "Shei, kamu nangis?" ujarnya sambil mengusap sisi kepala Sheila dan meminta Sheila membalikkan badan kearahnya.

"Sheila, jangan membuat saya bingung. Ada apa sama kamu? Akhir-akhir ini kamu sangat aneh, kamu sensitif," suara Arka terdengar cemas sekaligus bingung.

"Lanjutin aja pekerjaan kamu, jangan urusin aku," kata Sheila, dan tangisnya pun saat itu juga.

"Saya bukan bermaksud mengabaikan kamu. Saya sedang menyelesaikan proposal,"

"Ya udah! Urusin aja! Jangan urusin aku!"

Arka bingung bagaimana caranya menyikapi Sheila yang sedang menangis seperti ini. Sedang marah, menangis benar-benar membingungkan. Arka tidak tahu bagaimana caranya menghadapi perempuan.

"Sheila, bilang. Apa yang harus saya lakukan?"

"Jangan urusi aku,"

"Saya tahu, apa yang kamu bilang enggak sesuai dengan apa yang kamu ingin,"

Sheila semakin terisak dan meremas bantal guling yang dipeluknya.

"Sheila, saya bingung bagaimana cara menenangkan kamu,"

Karena Sheila yang tak mau menghiraukan ucapannya, Arka terpaksa menjauh. Dia biarkan Sheila terisak sampai berhenti menangis dengan sendirinya. Arka berusaha kembali dengan proposalnya, tapi konsentrasinya buyar. Yang ada malah kacau. Jadi ia memutuskan untuk duduk diam menyadarkan punggungnya kesandaran kursi dengan pandangan mengamati Sheila. Sampai Sheipa berhenti menangis, dan tahu-tahu tidur.

•••

"Nanti saya pulang malam, kamu enggak usah menunggu saya," Arka berbicara sambil menikmati sarapan bersama Sheila.

"Mau pulang jam berapa? Aku mau nunggu kamu sampai pulang," Sheila yang sedang mengolesi selai kerotinya seketika menengok ke arah Arka.

"Jam 10 mungkin," jawab Arka ragu-ragu.

Sheila menghela napas. "Pokoknya aku nunggu kamu sampai pulang,"

"Kamu keras kepala sekali," Arka sedikit kesal karena Sheila yang susah sekali menuruti ucapannya.

"Bodo,"

"Ya udah. Terserah kamu, Shei," Arka menjawab dengan pasrah.

Arka beranjak dari kursi. Merapikan sedikit bajunya yang berantakan. Kemudian membantu Sheila membawa piring dan gelas kotor kedapur. Mengecup singkat kening Sheila sebagai tanda ia akan berangkat kekantor.

"Saya berangkat ya. Kalau mau berangkat kekedai nanti hati-hati dijalan,"

Sheila mengangguk dan menyalami tangan Arka sebagai bentuk istri hormat kepada suami. "Iya kamu juga hati-hati dijalan. Jangan ngebut-ngebut," Balas Sheila menasehati.

Arka mengangguk dan tersenyum kemudian mengucapkan salam dan berjalan keluar pintu Apartemen. Setelahnya ia hilang karena berbelok karena menggunakan lift.

•••

Kini ku tahu bila cinta tak bertumpu pada status....
Semua orang tahu bila kita sepasang kekasih....
Namun status tak menjamin cinta...

Sheila yang sedang menyanyikan lagu terputus karena mendengar suara Arka yang sepertinya baru pulang ari kantor. Diliriknya jam dinding yang menunjukan pukul 10 malam.

"Dari tadi atau barusan?"

"Saya harus pergi," itulah yang Arka katakan tanpa menghiraukan pertanyaan Sheila.

Sheila mengerutkan dahi bingung "Mau kemana lagi?"

"ada urusan sebentar," katanya.

"Aku ikut," kata Sheila.

"Jangan. Kamu dirumah aja,"

"Aku ikut,"

"Sheila.... Kamu tetap disini. Saya hanya sebentar," Arka membujuk. Wajahnya nampak gusar, menimbulkan Sheila jadi curiga.

"Iya, tapi kemana?"

"Teman saya sedang mabuk diclub. Enggak ada yang nganterin dia pulang,"

"Kamu mau ninggalin aku sendirian?"

"Hanya sebentar,"

"Aku ikut,"

"Enggak, Shei. Kamu disini aja,"

"Aku takut,"

Pria itu nampak semakin gusar dan mulai prustasi. "Ya udah," Arka pasrah dengan sangat terpaksa. "Pakai celana panjang dan pakai jaket,"

"Aku mau pakai rok mini,"

"Sheila...."

"Iya, iya bercanda doang,"

Sheila memakai celana jeans yang panjang, kemudian melapisi kaosnya dengan jaket.

Ini pertama kalinya Sheila akan menginjakan kakinya disebuah club malam. Tapi dia sudah bisa membayangkan sebuah club malam seperti apa, seperti yang ia sering lihat ditelevisi.

"Nanti tetap dimobil aja. Jangan ikut masuk kedalam club," ucap Arka dalam perjalanan.

Sheila menoleh setelah sebelumnya menatap lurus kedepan. "Kenapa?"

"Bukan tempat yang baik,"

"Aku pingin tahu. Selama ini aku belum pernah masuk club,"

"Apa kamu sadar? Enggak tahu kapan pastinya, tapi kamu berubah lebih pemarah dan ngeyel,"

"Begitu, ya?" tanya Sheila dengan polosnya.

"Iya," Arka menoleh, tanpa senyum, sedikit marah tapi tak menunjukannya.

Tak lama kemudian mobil berhenti di pelataran, diluar sebuah club malam. "Ini tempatnya?" tanya Sheila.

"Iya. Tetap didalam,"

"Aku ikut," Sheila bersikukuh.

"Sheila," Arka sedikit melotot dengan kesal, membuat Sheila memutar mata dan mengerutkan bibirnya, bersedekap ingin dan menyadarkan punggungnya kebelakang.

"Tunggu disini sampai saya kembali,"

Kemudian Arka keluar dari mobil, menutup pintunya dan beranjak memasuki club yang dijaga oleh dua orang berperawakan tinggi-besar, dan seram.

Sheila menunggu, memutar musik dari ponsel dan bersenandung pelan dengan lagu Ghea yang berjudul kangen yang katanya sedang viral saat ini. Menit demi menit berlalu, Sheila berusaha untuk tetap sabar meskipun mulai bosan. Dia menerka siapa kira-kira temannya Arka yang sedang mabuk. Perempuan atau laki-laki? Sheila tidak tahu. Dia tidak kepikiran untuk bertanya sebelumnya.

•••

SHEILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang