Chapter 1 ~ pertemuan tak terduga

4.3K 96 12
                                    

"Ayook, Sayang! Cepat! Kita nggak boleh terlambat!" ujar seorang perempuan berusia hampir tiga puluh tahunan sambil menggeret tangan seorang laki-laki yang baru keluar dari mobil.

Bergegas keduanya berjalan menuju ke sebuah rumah besar nan megah dengan empat pilar penyangga yang berdiameter enam puluh centimeter yang berada di depan—menyangga sebuah canopi di atasnya—membuat rumah itu terlihat begitu mewah dari kejauhan dengan hiasan bunga-bunga perdu yang berada di kanan dan kirinya. Dari dalam rumah, terdengar suara alunan musik yang cukup membahana, dimana nada-nada yang dimainkan oleh full band orchestra.

"Musiknya sudah main, Sayang! Ayook, cepat!" 

"Santai saja, di pesta manapun selalu ada musik, 'kan?" sahut si laki-laki yang berjalan beriringan di sebelahnya sambil menaiki anak tangga, menuju ke pintu utama rumah tersebut.  

Ruqayah Azima Suryodjatmiko memasuki ruang pesta tersebut sambil bergumam, "Nice! Preeta memang selalu perfect!"  Perempuan itu nampak begitu mengagumi dekorasi pesta yang berisi rangkaian bunga-bunga segar beraneka warna yang diletakkan di setiap sudut-sudut dan tengah ruangan, membuat ruangan itu terlihat semakin menarik, simple dan elegan. Itulah ciri khas Preeta, teman arisan sosialitanya yang suka sekali menyelenggarakan pesta-pesta semacam ini.

"Bagaimana, Sayang ... apa kamu suka dengan pestanya? Dekorasinya bagus, bukan?" tanya perempuan blasteran indo Jerman itu sambil melirik ke laki-laki yang berdiri di sebelahnya dan menggelanyut manja dilengannya, menyapu pandangan ke seluruh penjuru ruangan yang mewah dan meriah, dimana selain tersaji makanan yang lezat, di pesta itu juga ada sekelompok musikus orchestra yang memainkan berbagai macam genre musik.

Dengan balutan gaun panjang warna hijau botol, berleher Sabrina yang menempel di kulitnya yang putih, membuat perempuan penggila pesta ini terlihat semakin cantik, percaya diri dan angkuh. Keangkuhannya semakin terpancar, dengan hadirnya laki-laki yang berdiri di sebelahnya yang menyandang status sebagai suami. 

Sang suami, Jallaludin Wajendra Suryodjatmiko memang bukan orang biasa, pria tampan yang berasal dari trah Suryodjatmiko yang diwarisi dari kakek buyutnya ini, bukanlah trah sembarangan. Selain sebagai trah keluarga yang disegani, trah keluarga Suryodjatmiko juga  termasuk trah kaum berada yang kekayaannya tidak akan habis untuk tujuh turunan. Jallal adalah keturunan ke empat bersama kakak dan adiknya. Jallal sendiri mengurusi salah satu anak perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan yang berada di bawah group Garuda Eka Praja.

Sementara itu alunan musik band orchestra yang menghibur pesta amal malam itu, nampak jadi spot utama dan mampu mencuri perhatian para tamu undangan, selain sajian menu makanan yang tersaji di sana. Saat itu salah satu pemain musik di kelompok musik orchestra Swaranada yang dipimpin oleh Syarifudin, nampak gelisah dan tidak nyaman di kursinya. Berulang kali perempuan itu berusaha menyamakan nada di biola yang dimainkannya agar terdengar harmonis, meskipun kondisi tubuhnya menuntutnya untuk berhenti. Kemampuannya memainkan berbagai macam alat musik yang ditekuninya sejak kecil, membuat dirinya ikut bergabung dengan kelompok musik orchestra Swaranada dengan memainkan alat musik biola.

"Mo, aku ke kamar mandi dulu yaa ... kebelet niii!"

Jodhara Prameswari Boentaran bergegas melesat pergi mencari kamar kecil ketika kelompok musik mereka sedang break  atau istirahat sebentar, sementara Jallal yang mulai bosan dengan suasana pesta amal itu, mencoba mengalihkan perhatiannya ke tempat lain.

"Ruqayah, sampai kapan pestanya usai? Aku bosan, bagaimana kalau kita pulang saja?"

"Sabar, Sayang ... pestanya 'kan baru mulai! Nggak enak 'kan sama Preeta, kalau kita tiba-tiba pamit pulang. Ayooo ... nikmati pestanya, kamu mau makan apalagi? Hmm ...? Aku ambilkan yaa ...." Ruqayah berusaha membujuk sang suami agar betah berada di pesta tersebut. Namun, Jallal rasanya enggan untuk berlama-lama di sana, sebuah pesta yang membosankan bagi laki-laki itu.

Lagu Untuk Sebuah NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang