PROMO ~ wish i could fly ~ chapter 8

621 40 14
                                    

Seminggu kemudian ...

Siang itu Jodha nampak terburu-buru menuju ke rumah Jallal dengan mobilnya, sesampainya di sana bergegas perempuan itu masuk ke dalam rumah bergaya Victorian yang dihiasi taman bunga di sekeliling teras depan sambil menengok ke kanan dan ke kiri, seolah-olah merasa takut ada yang mengintip atau mengikutinya dari belakang. Dengan kacamata hitam dan topi lebar yang menutupi kepala, Jodha bergegas masuk ke dalam rumah yang nampak lengang melalui pintu belakang. 

"Heiii ... kamu siapa?"

Suara yang menggelegar yang menghardiknya dari belakang, mengagetkan Jodha hingga tubuhnya tersentak. Perempuan itu bergegas berbalik dan dilihatnya Mirza, adik Jallal yang menatap ke arahnya dengan penuh tanda tanya dan curiga.

"Mirza ... ini Kak Jodha, Sayang ... kakakmu ada? Kak Jallal?"

"Kak Jallal ...? Kak Jallal sedang ada di rumahnya sekarang ..."

"Di rumahnya ...? Maksudmu ...?"

"Iyaa ... Kak Jallal sedang pergi ke rumahnya sendiri, dekat kok!"

Mirza bergegas memberikan alamat rumah Jallal yang tidak jauh dari rumah ibunya ke sahabat kakaknya itu. Mirza ingat kalau dulu perempuan ini sering sekali main ke rumahnya dan bermain-main dengannya dan sang kakak. Sesaat setelah memperhatikan dengan seksama alamat yang diberikan adik Jallal itu, Jodha bergegas pergi dari sana dan menuju ke rumah tersebut.

 Sesaat setelah memperhatikan dengan seksama alamat yang diberikan adik Jallal itu, Jodha bergegas pergi dari sana dan menuju ke rumah tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah rumah minimalis modern dengan kaca-kaca besar yang mengelilingi rumah, nampak berdiri kokoh di depan Jodha, saat dirinya tiba di sana. Tanpa menunggu lama, digerakkannya kaki-kaki kecilnya memasuki rumah yang tidak berpagar tersebut. Masih dengan kacamata dan topi lebar yang bertengger dikepala, diketuknya pintu utama rumah itu beberapa kali. Namun, tidak ada jawaban dari dalam.

Ketika dicobanya membuka handle pintu, ternyata pintu utama yang bagian tengahnya dihiasi dengan kaca yang memanjang itu tidak terkunci, pintu itu pun sedikit terbuka. Namun, tidak ada orang di sana. Rumah itu terlihat sepi dan tidak berpenghuni. Perlahan dibukanya pintu itu sambil memanggil nama Jallal. Namun, lagi-lagi Jodha tidak menemukan siapapun di sana. Perempuan itu jadi penasaran, karena menurut Mirza, Jallal berada di rumah ini

ketika Jodha masuk lebih dalam lagi ke ruang tengah, nampak belum banyak perabotan yang tertata di sana, sama seperti ruang tamu yang baru hanya ada sofa besar yang berada di sana, Jodha lalu beralih menuju ke ruang makan, samar samar didengarnya ada suara orang yang sedang bercakap cakap, sepertinya dari arah dapur

Jodha berjalan perlahan menuju dapur dan benar saja, di sana dilihatnya Jallal sedang bersender pada sebuah meja cabinet dapur yang letaknya di tengah, membelakangi Jodha dan tepat di depannya ada seorang perempuan yang sedang berdiri merapatkan tubuhnya ke tubuh Jallal sambil memegangi kemeja Jallal yang sepertinya sedikit terbuka

mereka berdua nampaknya begitu intim dan mesra, sambil sesekali saling menautkan bibir mereka satu sama lain, entah mengapa Jodha merasa ada sesuatu yang aneh dalam dadanya, tiba tiba saja dadanya terasa sakit, ada sesuatu yang mendesir di dalam dadanya ketika melihat Jallal berduaan dengan perempuan itu

Lagu Untuk Sebuah NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang