Chapter 3 ~ pangeran hidung bengkok

1K 84 21
                                    

Di rumah Jallal ...

Jallal akhirnya sampai di rumah sekitar pukul setengah lima pagi. Bi Surti, pembantu setia rumah itu langsung menyambut kedatangan tuannya, begitu didengarnya suara deruman mobil masuk ke pelataran rumah.

"Nyonya Ruqayah, apa sudah pulang, Bi?"

"Sudah, Tuan ... baru saja. Sekarang Nyonya Ruqayah sedang istirahat di kamar." 

Kening Jallal berkerut sambil melirik ke arah jam yang melingkar di tangannya. "Baru saja? Sama siapa dia pulang, Bi?"

"Sepertinya sih sama teman-temannya, Tuan."

Jallal bergegas naik ke lantai atas, menuju ke kamar pribadinya. Ketika Jallal masuk ke dalam kamar, dilihatnya istrinya sudah tertidur pulas dengan posisi menelungkup tanpa melepas high heels dan baju pestanya. Di dekatinya perempuan itu yang sudah dua tahun ini dinikahinya. Bau alkohol tercium begitu menyengat dari mulut Ruqayah yang sedikit terbuka. Jallal hanya bisa geleng-geleng kepala, kebiasaan minumnya kambuh lagi rupanya.

"Sudah berapa kali sih aku bilang, hilangkan kebiasaan kamu minum-minum. Bagaimana bisa kamu punya anak, kalau hobby minummu ini nggak bisa kamu tinggalkan?" gerutu Jallal sambil melepas high heels Ruqayah, lalu menyelimuti tubuh istrinya dengan selimut. Jallal lalu duduk di pinggir tempat tidur sambil menatap Ruqayah yang masih tertidur lelap.

Jallal jadi teringat kembali pada pernikahannya dengan Ruqayah yang dijodohkan oleh kedua orangtua mereka sejak kecil. Bagi kedua keluarga Jallal dan Ruqayah, bibit bobot bebet itu sangatlah penting. Sejak dulu keluarga mereka tidak pernah menikahan putra putrinya dengan pasangan yang sembarangan dan trah keluarga Ruqayah, termasuk pilihan trah keluarga Jallal.

Sebenarnya Jallal sendiri tidak mau menikah sama Ruqayah, karena Jallal enggan dijodohkan, tapi saat itu Ruqayah mengancam akan bunuh diri kalau Jallal tidak mau menikah dengannya. Mau tidak mau dan juga atas desakan keluarga, Jallal akhirnya menerima rencana pernikahan itu. Sebulan lagi hari jadi pernikahan mereka yang kedua akan segera tiba, Ruqayah pasti akan menyelenggarakan pesta besar-besaran untuk merayakannya. Tiba-tiba begitu teringat kata pesta, Jallal jadi teringat sama Jodha, Jalal tertawa kecil sambil membayangkan pertemuannya tadi sama Jodha.

Dirabanya hidungnya yang diplester, sambil terus membayangkan paras Jodha yang cantik dan sifatnya yang periang dan spontan. Jallal jadi kangen sama Jodha, padahal baru berapa jam yang lalu, mereka berpisah.

"Perempuan itu memang lucu, kenapa aku jadi mikirin dia terus ya? Tapi dia itu memang ngangenin!" bathin Jalal sambil beralih ke sisi tempat tidur di samping Ruqayah kemudian ikut menyusul tidur di sebelah istrinya.

***

Keeesokan harinya di rumah Salima ...

"Woooiii ... bangun! Kemana aja kamu semalam? Kata Bi Tum kamu pulang sekitar jam empatan yaaa?"

Moti sahabat Jodha langsung menyeruak masuk ke dalam kamar Jodha dan berusaha membangunkan gadis itu yang masih asyik tertidur di dalam selimut dengan menarik selimut Jodha. Namun, Jodha bergeming. Moti lalu membuka tirai dan jendela kamar Jodha lebar-lebar agar sinar matahari masuk ke dalam kamarnya yang dingin. 

"Aduuuh, Mo ... biarin aku tidur barang lima belas menit lagi, aku masih ngantuk niii. Nanti aku ceritain kemana aku semalam, tapi biarin aku tidur dulu yaa ..." pinta Jodha lirih sambil  menggeret selimutnya lagi dan menutupi mukanya dengan selimut tersebut. Namun, Moti tetap bersikeras ingin membangunkan Jodha. Moti kembali menarik selimut tersebut sambil menggelitik kaki Jodha hingga Jodha bangun gara-gara kegelian.

"Motiiii ... udah aaah, stop! Stoooop, aku nggak tahan ... okeee okee aku bangun, lagian udah jam berapa sih?" Jodha lalu duduk di atas tempat tidur sambil mengusap-usap matanya.

Lagu Untuk Sebuah NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang