Part 16 - Keanehan Airin

1.9K 161 3
                                    

Kaisar Zian sedang membaca beberapa buku literatur di kediamannya ketika suara Kasim Ha terdengar.

"Yang Mulia, Yang Mulia Putri Mei Hua datang mengunjungi Anda."

Kaisar Zian langsung berdiri dan melihat pintu di depannya sembari bergumam, "Mei Hua?"

Dan sedetik kemudian, Putri Mei Hua masuk dan langsung memeluknya erat. Para dayang dan Kasim yang melihat itu segera mengalihkan pandangan mereka ke arah lain dan menutup pintu kediaman Kaisar Zian.

Belum selesai dari rasa keterkejutannya karena Putri Mei Hua baru pertama kali 'langsung' memeluknya ini dia dikejutkan lagi dengan pakaian kerajaannya yang basah di dada kanannya. Sang Putri... menangis?

"Mei Hua?" panggil Kaisar Zian dengan khawatir.

Terdengar suara segukan sebelum Sang Putri menjawabnya, "Yang Mulia.... Kenapa... Kenapa Anda jarang mengunjungi hamba? Hamba kesepian di istana ini karena Anda, Yang Mulia. " tanya Sang Putri sambil menatapnya dengan mata berlinang air mata.

Kaisar Zian merasa bersalah, dia lupa mengunjungi Putri Mei Hua karena beberapa hari ini dia sibuk dengan Airin.

Kaisar Zian mengusap rambut panjang Putri Mei Hua. "Maafkan aku, Mei Hua. Beberapa hari ini banyak sekali urusan kerajaan yang menghalangiku bertemu denganmu. Maafkan aku," ucapnya seraya menghapus air mata Sang Putri.

Putri Mei Hua akhirnya bisa tersenyum walau tak selebar biasanya. "Baiklah, hamba mengerti. Jangan lupakan hamba lagi, Yang Mulia. Hamba tidak ingin sendirian."

"Ya, aku berjanji."

"Apakah kau telah merasa lebih baik?" tanya Kaisar Zian.

Putri Mei Hua tersenyum, "sudah, Yang Mulia. Terima kasih," jawabnya.

"Baguslah, kalau begitu hari ini aku ingin melihat keadaan sekitar istana. Maukah kau menemaniku?" tanya Kaisar yang langsung diangguki oleh Putri Mei Hua.

Mereka berduapun berjalan keluar dari kediaman Kaisar Zian.


*************


Kaisar Zian sedari tadi menatap Airin yang tengah memasang pakaian kerajaannya dengan bingung.

Bagaimana tidak? Sejak kemarin, saat beliau datang ke ruang musik dan meminta Airin memainkan Liu Qin untuknya, perlakuan Airin sedikit berbeda padanya. Gadis itu terus saja menampilkan wajah marah padanya. Bibirnya menekuk ke bawah, matanya selalu melihatnya tajam, dan tangan yang terkadang dilipat di depan dada.

Kaisar Zian pernah menanyakan keadaan Airin namun dengan ketus Airin menjawab dia tidak apa-apa. Kaisar Zian merasa dirinya sedang bersalah namun dia tidak tahu salah di bagian mana.

"Dayang Nifeng, kau boleh pergi lebih dulu," ujar Kaisar Zian pada Dayang Nifeng yang membawa baki yang sebelumnya berisi pakaian kerajaannya.

Dayang Nifeng menundukkan tubuhnya lalu berjalan keluar dari kediamannya, setelah pintu itu tertutup barulah Kaisar Zian mengenggam tangan Airin.

"Ada apa denganmu? Apakah Para dayang dan kasim berbuat sesuatu padamu sehingga kau bertingkah laku seperti ini?" tanya Kaisar Zian penuh selidik.

Airin masih membuang muka, tak mau melihatnya, menyebabkan Kaisar Zian menyentuh kedua pipinya dan mengarahkannya agar menatapnya.

"Atau apa Ibundaku berlaku sesuatu padamu? Ayo katakan padaku, Ai," ucapnya lagi.

"Tidak, Yang Mulia. Para dayang dan kasim atau bahkan Yang Mulia Permaisuri tidak melakukan apapun pada hamba," ujar Airin dengan ketus.

[√] Mai SairenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang