Part 31 - Masa Lalu yang Terungkap

1.5K 111 7
                                    

"Airin!"

Airin yang sebelumnya sedang tertidur langsung saja terlonjak dan segera duduk di atas ranjang kala mendengar teriakan Kaisar Zian. Walaupun kepalanya seketika terasa pusing dan matanya masih berkunang-kunang karena terbangun tiba-tiba namun dia berusaha tak mengacuhkannya dan memilih mengkhawatirkan Sang Kaisar.

Gadis yang masih menggunakan pakaian dayang istananya itu menoleh ke kanan, tempat dimana Kaisar Zian tidur. Mata beliau masih terpenjam, tanda kalau teriakan tadi hanyalah sebuah igauan semata.

Dia sudah khawatir terjadi sesuatu dengan Kaisar Zian namun setelah melihat beliau, helaan napas lega segera keluar dari paru-parunya.

Lalu sedetik kemudian, ekspresi wajah kaisar berubah lagi. Kali ini dahinya mengerut, bibirnya bergetar, bulir-bulir keringat mulai tercipta dari pori-pori wajahnya, tanda kalau beliau sedang ketakutan saat ini.

Airin merasakan genggaman tangan Kaisar Zian yang cukup erat di jemarinya yang mungil.

"Ada apa, Yang Mulia?" gumam Airin khawatir.

Genggaman itu semakin menguat, kali ini suara Kaisar Zian kembali terdengar. "Airin... Aku tidak ingin kau berkorban lagi untukku, tidak akan, tidak akan pernah," sudah jelas ada ketakutan dalam nada suara beliau, jantung Airin mulai berdegup dengan intonasi tak beraturan.

Kata-kata itu terus terucap dari bibir Kaisar, hingga Airin entah bagaimana meneteskan air matanya. Suara beliau terdengar begitu memilukan.

Kali ini, setetes air mata keluar dari pelupuk mata Kaisar Zian. "Jangan berkorban untukku lagi, maafkan aku... Maafkan aku... Maafkan aku...."

Airin bertanya-tanya dalam hatinya, mimpi buruk tentang dirinya seperti apa yang sedang dilihat Kaisar Zian sampai beliau terlihat begitu rapuh dan menyedihkan seperti ini? Kenapa beliau menyebutkan namanya dalam mimpinya? Apa yang terjadi padanya di dalam mimpi Sang Kaisar?

"Airin!"

Kali ini kelopak mata kaisar terbuka, bersamaan dengan dia seketika terduduk di ranjangnya.

"Ada apa, Yang Mulia?"

Masih dengan tarikan napas yang berat, Kaisar Zian berujar, "Aku memimpikanmu mati di depanku." Kaisar Zian menelan ludahnya karena kerongkongannya mendadak kering. "Mimpi itu sangat menakutkan karena kau bersimbah darah di pelukanku."

Kaisar Zian menundukkan kepalanya, berniat mengatur napasnya agar kembali normal. Dia berkata, "Aku bersyukur yang tadi itu hanyalah mimpi. Aku tak bisa membayangkan jika hal tadi benar-benar terjadi di depanku."

"Hamba baik-baik saja di sini, Yang Mulia. Tak ada yang perlu Anda takutkan. Tidak akan terjadi apa-apa pada hamba," ujar Airin berusaha menenangkan beliau.

Kaisar Zian mengangguk. "Aku bisa kehilangan semuanya, bahkan mahkota ini sekalipun, namun aku tidak akan sanggup jika harus kehilanganmu lagi."

"Jangan pergi, Ai," ulang beliau untuk kesekian kalinya.


***********

"Tutuplah matamu sebentar, ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu."

Kaisar Zian dan Airin berada di dalam istana Jinlong. Airin sebelumnya sedang membacakan sebuah buku untuk beliau. Kaisar Zian akan memberikan sesuatu untuknya? Apa itu? Mendadak Airin merasa penasaran namun tetap memilih menutup matanya seraya menduga-duga apa yang akan beliau berikan padanya.

Disaat kelopak matanya tertutup, tendengar suara langkah kaki Kaisar Zian yang berjalan, dan suara derit kayu yang bergesek saat beliau membuka laci meja raknya.

[√] Mai SairenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang