Keadaan kelas X-1 yang di alih fungsikan sebagai tempat berkumpul anak-anak peserta MOS nampak ramai. Riuh suara dari semua orang yang ada memenuhi seisi ruangan yang berukuran enam kali empat tersebut.Bunyi merdu dari petikan gitar melengkapi suasana tersebut. Para peserta MOS yang ikut bernyi itu pun menjadi penghibur tersendiri bagi mereka, apalagi suara merdu dari Dimas dan kelihain bermain gitarnya Angga menjadi pelengkap yang pas dalam lagu yang kini tengah mereka nyanyikan.
Namun, di antara keseruan Dimas dan Angga yang nampak asik bernyanyi diikuti oleh anak-anak baru tersebut, sosok Zahraa tengah duduk termenung. Ia mengabaikan suara-suara yang ada, bahkan dalam diamnya tersebut ia terlihat murung. Pikirannya berkecamuk mengingat kejadian kemarin, terngiang lagi di dalam kepalanya tentang ancaman dari Reza kepada dirinya. Ditambah perihal Reza yang sempat mengganggunya di perpustakaan barusan membuat ia jadi tambah yakin kalau Reza benar-benar tidak suka dengan keberadaanya.
Seketika sempat terpikirkan bagaimana nasipnya selama bersekolah di sini. Dalam bayangannya Reza tengah megurungnya dalam gudang, atau menggantung tasnya ke puncak tiang bendera.
"Arghhh!!!" Zahraa meggerang seraya meremas-remas rambutnya yang berada di balik kerudung.
Ida yang berada tepat di samping Zahraa pun langsung menolehkan kepalanya dan menatap sosok sahabatnya itu. Ia yang sempat terganggu dengan erangan dari Zahraa tersebut langsung menepuk pundaknya untuk menyadarkan gadis tersebut dari lamunannya.
"Zahraa, Kamu kenapa? Sampai teriak-teriak gak jelas gitu." Tegur Ida dengan kesal, sontak Zahraa pun turut menoleh menghadap ke arah Ida dengan ekspresi malu.
"Gak apa-apa kok, Da. Keganggu ya? Hehe maaf ya." Zahraa tertawa garing. Sementara Ida menggelengkan kepala karena merasa ada yang aneh dengan teman dekatnya sejak SMP tersebut.
"Lagi mikirin sesuatu ya? Sampe diem termenung kayak gitu." Ida mencoba bertanya pada Zahraa, berharap ia mau menjawabnya.
Zahraa pun hanya menggelengkan kepala seraya berucap. "Gapapa."
"Lagunya seru loh, kak Dimas sama kak Angga yang main. Masa kamu gak suka?" Ida berujar.
"Suka kok. Cuman lagi nggak mood aja buat ikutan nyanyi, yaudah kamu lanjutin gih, nyanyi lagi sana." Zahraa mencoba mengalihkan perhatian Ida agar tak terfokus lagi padanya.
Ida pun hanya memutar bola matanya dengan sebal, lalu kembali ikut dalam keseruan Dimas dan yang lainnya.
,*****
"Fiuhh"
Kepulan asap putih pekat ditiupkan ke udara hingga mencemari atmosfer. Aroma tak sedap dari rokok batangan tersebut jadi pelengkap hidup ketiga remaja seusia berpakaian seragam SMA tersebut.
Hampir dua batang rokok merek ** mereka habiskan masing-masing, waktu yang menunjukan dimulainya jam pelajaran tersebut malah mereka manfaatkan untuk menghibur diri secara sederhana seperti ini. Eki yang berada di samping Galang pun meregangkan otot-ototnya yang mengencang seraya berbaring di atas paha lekaki yang satunya, yaitu Galang sendiri.
"Udah lewat setengah jam loh kita di sini. Gak takut dicariin?" tanya Eki sambil menghembuskan asap yang mengandung berjuta penyakit tersebut lewat hidung dan mulutnya. Lalu ia pun membuang puntung rokok terakhirnya yang sudah dimatikan itu secara asal.
"Bentar lagi, nanggung sisa separo," tawar Reza sambil menjentikkan jarinya untuk menjatuhkan abu sisa bakaran roko batangan miliknya.
"Santai, lagian belum bener-bener aktiv juga kegiatan belajar kita. Palingan Bu Eriska masuk cuman menentukan struktur kelas yang baru," kata Galang dengan santainya.
Reza yang mendengar kalimat tersebut pun langsung menyengir dengan lebarnya. "Bener kata Galang, di minggu pertama sekolah gini mendingan dijalani dengan santai. Lagian belum aktiv kayak yang dibilang si Galang," sahut Reza, menambahkan kalimat Galang barusan.
Eki pun hanya mendengarkan tanpa mau membuka mulut lagi.
"Yaudah yuk, kita lets go." Reza berdiri dengan santai. Seolah rokok batangan yang diisapnya barusan adalah obat stamina untuk kebugaran tubuh.
,*****
Anisa nampak tengah mondar-mandir dari dapur ke ruang makan sambil membawa sarapan pagi yang barusan ia siapkan. Susu putih dalam gelas bening berbentuk silinder tersebut pun mulai diminum oleh Zahraa dan juga Papahnya, ketiganya nampak sibuk dengan urusan masing-masing rupa.
Si Ibu yang sedari-tadi bekerja di dapur sambil menyiapkan sarapan kini mulai duduk pada sisi lain meja. Sang Papah yang terlihat serius dengan berkas-berkas di dalam map masih mengabaikan sarapan yang sudah diletakkan di hadapannya. Zahraa pun sama sibuknya, ia kini tengah menyiapkan barang bawaannya ke dalam tas untuk hari terakhir MOS kali ini. Si kecil Abil pun tak kalah sibuk, ia yang baru belajar makan sendiri itu kini sedang menyuap makanannya dengan lahap dan agak berantakan pada meja khusus batita seperti dirinya.
"Papah, kalau di meja makan jangan sambil kerja. Fokus makan aja, nanti sarapannya keburu dingin." Anisa menegur pelan suaminya yang masih serius dengan tumpukan berkas yang berada di samping piring makannya.
Orang yang dimaksud pun langsung menoleh menghadap sang istri. "Ah... iya Bu, maaf. Soalnya banyak banget berkas yang belum diselesaikan," ujarnya sambil menjauhkan berkas tersebut dari meja makan lalu menikmati sarapan paginya.
Anisa pun hanya tersenyum ramah ke arah Yogi--suaminya itu, lalu perhatiannya kini tertuju pada Zahraa yang sudah menghabiskan separuh sarapannya. "Kalau kamu, Zahraa. Sekolahnya gimana, baik-baik aja kan Nak?" tanya Anisa pada putri sulungnya tersebut.
Zahraa yang mendengar pertanyaan barusan pun hanya tersenyum hambar. "Baik kok, Bu. Semua baik-baik aja," jawabnya dengan tidak enak hati.
"Bagus deh kalau gitu." Anisa membalas dengan senyuman tulus.
"Papah udah selesai? Yuk berangkat," ajak Zahraa.
Sang papah pun langsung berkemas dan mengiyakan ajakan Zahraa barusan. "Ayok, tapi papah hari ini bisa agak lambat jemput kamu. Soalnya banyak berkas yang belum diurus," kata papahnya mengingatkan. Sementara putrinya itu hanya mengangguk.
"Yaudah bu, kita pamit ya. Assalamualaikum," ucap mereka secara bergantian.
Bersambung....
,*****
Hadeww si Reza gak bosan-bosannya gangguin Zahraa secara langsung atau lewat pikiran. Coba gangguin yang pada jomblo di sini aja, kasian mereka wkwkwk.
Tungguin aja ya gaess ku sayang^^ klik vote dan komen ya, krisar dari kalian kutunggu.
Umahhhh
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabda Cinta Zahraa [END]
Духовные[Chapter Completed] {Spiritual x Teenfiction} Awalnya, Zahraa berpikir kalau kehidupan barunya selama di SMA akan menimbulkan kesan yang paling tak terlupakan semasa hidupnya. Pendidikan yang berjalan sesuai harapan. Pergaulan yang baik. Juga terjau...