Bell istirahat sudah berbunyi beberapa saat yang lalu, hampir seluruh murid kelas X-1 sudah mulai meninggalkan kelas dan pergi menuju kantin.
Berbeda dengan teman sekelasnya yang lain, Zahraa malah berdiri di depan kelasnya sendirian. Pandangannya yang terus mengedar ke beberapa arah seolah tengah menunggu seseorang. Tak lama, senyumnya merekah ketika melihat orang yang ditunggu sudah tiba di depan matanya.
"Lama, ya nunggunya?" tanya Manda setelah berada di dekat Zahraa.
Zahraa menggeleng seraya menjawab. "Nggak, kok. Orang bell istirahat baru lima menit yang lalu," tutur Zahraa seraya tersenyum. Manda pun hanya mengangguk menanggapi.
"Yaudah, kita langsung aja ke kantin yuk," ajak Ida tanpa mau berlama-lama.
Segera mereka menuju kanti bersama-sama, dalam perjalanan mereka terus berbicara untuk membahas sesuatu, bahkan sampai saat mereka sudah memasuki kawasan kantin pun mereka masih berbicara dan mengabaikan keadaan sekitar. Sampai suara bass dari seorang laki-laki memanggil salah satu dari mereka, membuat ketiganya berpaling seketika karena penasaran.
"Eh, Bocah! Bayarin makanan gue dong," ucap lelaki tersebut kepada orang yang biasa ia sapa dengan panggilan bocah tersebut.
Zahraa pun menatap sosok Reza dengan intens tak jauh dari posisinya berdiri saat ini. Dilihatnya wajah Reza yang nampak datar tanpa ada ekspresi seperti orang ingin menjahili itu, sementara Eki dan Galang yang ada di dekatnya pun hanya memasang ekspresi seperti orang bingung.
Idan dan Manda yang mendengar perkataan Reza barusan langsung merasa geram, terlebih lagi Ida. Ia yang melihat bahwa Reza mengganggu lagi sahabatnya si Zahraa itu pun langsung maju selangkah.
"Maksud lo-," kalimat Ida tiba-tiba terputus, dengan sigap Zahraa menahan tubuh Ida agar tidak terlalu dekat dengan Reza sambil menutup mulutnya.
Zahraa menatap ke arah Reza sambil tersenyum. "Aku bakal bayarin makanan pesenan kamu dengan satu syarat," kata Zahraa sambil melepaskan Ida.
Manda dan Ida yang mendengar penuturan tersebut pun langsung merasa tak percaya, keduanya saling bertukar pandang. Begitu juga dengan Eki dan Galang yang turut berekspresi sama dengan Manda dan Ida.
"Maksud, lo?" sahut Reza dengan penuh tanya.
Zahraa kembali tersenyum simpul. "Syaratnya, asalkan kamu mau meminta dengan sopan aja, kok." Zahraa berucap.
"Sumpah gue nggak paham."
"Yaa... kamu tinggal bilang dengan sopan dan santun ketika meminta tolong dengan orang lain."
Setelah paham dengan apa yang dimaksud oleh Zahraa tersebut, ia pun langsung melafalkannya. "Umm ... tolong dong. Bayarin pesenan gue," ucap Reza dengan nada asing di telingan teman-temannya itu.
Mendengar kalimat Reza barusan, Eki dan Galang terkejut akibat tak percaya. Bahkan Ida dan Manda pun sama terkejutnya dengan kedua lelaki yang akrab dengan Reza tersebut. Namun lain halnya dengan Zahraa, bukannya terkejut ia malah tersenyum lebar seolah merasa senang dengan perkataan si Reza itu.
Dengan senang Zahraa menganggukan kepala sebagai tanda setuju. "Yaudah, makanan pesenan kamu sama temen-temenmu aku yang bayarin," ujar Zahraa.
Eki yang masih merasa heran itu pun langsung berdiri dan menarik Reza dari tempat duduknya. Ia pun langsung membawa Reza pergi menjauh dari area kantin untuk menuju suatu tempat disusul oleh Galang dari belakang. Meninggalkan sosok Zahraa dan teman-temannya yang masih berada di tempatnya tersebut.
,*****
Eki menarik lengan Reza dengan maksud membawanya ke toilet khusus murid laki-laki. Tubuh Reza didirikan hingga menghadap tubuh Eki, lalu ia pun memegangi pundak Reza untuk menanyakan tentang apa yang terjadi di kantin barusan.
"Za, gue mau nanya sesuatu sama lo. Maksud dari ucapan lo tadi apaan?" tanya Eki.
"Sumpah gue kaget banget denger lo ngomong kayak gitu. Lo yang awalnya ngebenci si Zahraa tiba-tiba minta tolong sama dia! Minta dibayarin makan lagi, di sini harga diri lo patut dipertanyakan sih!" seru Galang yang ikut angkat bicara.
Reza yang merasa terpojok itu pun hanya memasang wajah bingung, ia sendiri juga tidak mengerti tentang apa yang sebenarnya sudah terjadi pada dirinya. Ia pun hanya terdiam tanpa ada niatan untuk menjawab.
Merasa geram dengan tingkah Reza tersebut, Eki malah mengguncang tubuh lelaki di hadapannya tersebut. "Lo denger nggak?!" teriak Eki tepat pada wajah Reza.
Reza menatap Eki dalam-dalam, membuat lelaki tersebut sedikit getir karena takut akan tatapan menakutkan dari sang Reza Sulaiman.
"Lo pikir gue sendiri ngerti akan situasi saat ini? Lo pikir gue bertingkah kaya gini dengan sengaja?" Kata Reza dengan nada tak suka.
Seketika Eki dan Galang terdiam, mereka enggan untuk menyahuti kalimat Reza karena takut malah menyulut Emosinya.
Reza kembali menatap wajah kedua temannya itu dalam diam, dilihatnya kepala Eki dan Galang yang tetunduk ke bawah. Setelahnya ia pun pergi meninggalkan toilet tersebut tanpa mau berlama-lama.
Bersambung....
,*****
Besok lagi ya guys, tunggu aja apdetannya. Klik vote dan komen ya,^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabda Cinta Zahraa [END]
Tâm linh[Chapter Completed] {Spiritual x Teenfiction} Awalnya, Zahraa berpikir kalau kehidupan barunya selama di SMA akan menimbulkan kesan yang paling tak terlupakan semasa hidupnya. Pendidikan yang berjalan sesuai harapan. Pergaulan yang baik. Juga terjau...