Pada sebuah restoran cepat saji terdapat meja khusus yang sudah dipenuhi makanan yang tersusun rapi. Bukan di ruangan private room memang, namun kesan indah dan romantis yang ditawarkan benar-benar bisa dirasakan dengan jelas oleh kumpulan Reza dan yang lainnya saat sampai di tempat tersebut.
Dimas yang ternyata juga ada di restoran ini pun langsung berdiri ke pinggir seolah memberi jalan, mata Chia sempat berbinar beberapa saat ketika memperhatikan pemandangan di hadapannya itu. Lalu ia tersenyum ke arah Dimas sambil mengangguk, seolah ada hal yang mereka rencanakan.
"Oh iya, silahkan duduk, Za." Dimas langsung menuntun Reza dan Zahraa ke meja untuk dua orang yang sudah di hias dengan indah juga romantis tersebut. "Zahraa duduk di sini," ucapnya seraya menarikkan kursi untuk diduduki Zahraa. Reza dan Zahraa yang merasa heran itu pun hanya menuruti apa kata Dimas begitu saja.
"Silahkan menikmati hidangan yang tersedia, ya, mumpung masih hangat," kata Dimas sambil tersenyum puas. Setelahnya ia pun melenggang pergi menuju meja yang sudah ditempati Chia juga Eki dan Galang yang berada cukup jauh dari meja Reza.
Reza memasang ekspresi bingung ketika melihat semua yang ada di hadapannya. Terlebih lagi saat ia tahu kalau yang lain tidak ikut duduk bersama mereka, Reza mendengus beberapa kali, sementara Zahraa nampak canggung akan keadaan saat ini.
"Yaudah. Dimakan aja makanannya, Zahraa." Reza mempersilahkan.
"I-iya," ucap Zahraa dengan gugup dan tergagap-gagap. Entah mengapa ia bisa seperti itu tiba-tiba.
Keduanya pun menikmati makanan yang sudah disediakan tersebut dengan kecanggungan yang tercipta saat Dimas menuntun mereka untuk duduk berdua di meja yang terpisah itu.
Sementara Dimas dan Chia masih belum melepas pandangan mereka dari tempat Reza dan Zahraa kini tengah berada. Entah apa yang mereka tunggu-tunggu, tapi yang pasti bershasil diketahui oleh Eki apa maksud dan tujuan dari kedua orang di hadapannya itu.
"Sekarang gue paham maksud lo berdua, pasti mau ...." Eki kini ikut memandang ke arah meja Reza dan lalu kembali menatap kedua orang itu dengan seringaiannnya. Galang pun mangut-mangut.
Chia memandangi mereka berdua dengan tatapan seolah jijik. "Mendingan lo berdua diam aja deh, jangan coba-coba ngancurin rencana kita. Awas aja lo," ujar Chia dengan nada mengancam. Eki dan Galang masih tersenyum licik meskipun mendapat ancaman seperti itu.
"Siap bosque. Asal makanan pesenan kita dibayarin kita berdua pasti diem kok," kata Eki sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Chia, membuat cewek tersebut memutar bola mata sebal.
"Iya, deh," sahut Chia dengan malas.
Reza tiba-tiba tidak nafsu makan, sementara Zahraa hanya menundukkan kepala sambil memutar garpu berbahan metal di tangannya itu pada spageti di hadapannya.
Tanpa sengaja Reza melihat ke arah meja tempat di mana teman-temannya yang lain tengah berkumpul. Ia melihat bahwa yang lain kini sibuk menatap ke arah mereka berdua lalu mengalihkan pandangan tiba-tiba ketika pandangan mereka saling bertemu. Gelagat yang mereka tunjukkan seketika berubah jadi seperti orang salah tingkah, kini Reza menyadari satu hal yang membuatnya terjebak di maja makan tersebut hanya berdua dengan Zahraa.
Ia pun mulai risih dengan suasana yang tercipta kali ini, tanpa pikir panjang Reza langsung menyudahi semuanya namun secara diam-diam.
"Gue ijin ke toilet bentar, ya," ujar Reza seraya berdiri dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkan meja makan tersebut begitu saja. Membuat Chia, Dimas, Eki, dan Galang jadi terheran-heran dengan apa yang sebenarnya terjadi.
"Iya, silahkan," ucap Zahraa mengiyakan.
Lalu Reza pun berpura-pura menuju toilet yang padahal ia tengah menuju pintu keluar dan langsung memasuki mobilnya.
Diam-diam ia meninggalkan restoran cepat saji tersebut dan membiarkan mereka semua tetap di dalam sana tanpa tahu bahwa ia kini sudah pergi. Mobilnya kian menjauh dari kawasan tersebut dan mulai memasuki jalanan.
Reza mengusap wajahnya yang gusar tersebut dengan kasar, jari-jarinya mengusap pelipisnya yang terasa sedikit nyeri. Ia pun terlihat seperti orang bingung, mobilnya kini pergi ke arah tak tertuju asalkan ia bisa menjauh dulu dari Zahraa dan yang lainnya.
Dari kejauhan sekumpulan anak motor tengah mengikutinya dari belakang, dengan tiba-tiba mereka mencehat mobil Reza hingga membuatnya harus berhenti seketika.
Reza keluar dari dalam mobilnya dengan kesal karena merasa terancam. "Apa-apaan nih?" Ketus Reza pada anak motor yang masih mengenakan helm dengan kaca tertutup tersebut.
Dengan tiba-tiba mereka beramai-ramai menyerang Rezz yang tengah sendirian tersebut. Mereka memukuli Reza beramai-ramai, membuat Reza tak mampu memberikan perlawanan. Darah mulai mengalir melalui hidung dan mulut Reza, dirinya yang dikeroyok mulai lemas hingga tak bergerak lagi.
Bersambung....
,*****
Ngegantung ya? Iya, emang sengaja wkwkwk.... kalau penasaran baca chap selanjutnya ya,^^ krisar dan vote kutunggu.
Assalamualaikum
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabda Cinta Zahraa [END]
Espiritual[Chapter Completed] {Spiritual x Teenfiction} Awalnya, Zahraa berpikir kalau kehidupan barunya selama di SMA akan menimbulkan kesan yang paling tak terlupakan semasa hidupnya. Pendidikan yang berjalan sesuai harapan. Pergaulan yang baik. Juga terjau...