Seperti rutinitas biasanya dikala sedang bosan, Zahraa pasti akan menghabiskan waktunya untuk membaca buku di perpustakaan sebelum bell pelajaran kesekian berbunyi kembali.
Keadaan perpus sangat sepi, tak ada satupun murid yang mau datang ke sini terkecuali diminta oleh guru mapel yang bersangkutan untuk mengambil buku paket pegangan belajar siswa. Mungkin karena bagi beberapa orang membaca adalah hal yang membosankan, maka dari itu banyak yang tak minat untuk pergi ke perpustakaan. Namun tidak dengan Zahraa, baginya membaca adalah kegiatan santai yang menyenangkan, selain bisa bebas bereksplorasi ia juga dapat ikut larut ke dalam alur cerita dari buku yang ia baca.
Guru yang bertugas mengawas perpus kini tengah sibuk dengan ponselnya, membuat gadis yang tengah asik membaca buku pada salah satu meja baca tersebut jadi terabaikan.
Heningnya suasana membuat imajinasi Zahraa jadi kian mengalir, buku yang ia baca kali ini membuatnya benar-benar lupa akan keadaan sekitarnya. Bahkan kehadiran dari seorang laki-laki pun tak ia sadari. 'Lagi'.
Dengan perlahan orang tersebut menghampiri Zahraa, langkah kakinya ia pelankan agar tak ketahuan oleh gadis yang tengah membaca tersebut. Setelah sampai tepat dibelakangnya, ia pun langsung merangkul bahu Zahraa dengan spontan, sontak sentuhan itu pun membuat Zahraa terkejut hingga ia tersentak ke belakang.
Seringai mengerikan menghiasi wajah lelaki tersebut. "Hai," sapanya dengan nada dingin.
"Astagfirullahaladzim, apa maksud kamu? Lepasin," ujar Zahraa sambil mencoba melepaskan rangkulan dari orang yang tak lain adalah Adit tersebut. Lalu Zahraa pun berdiri dengan tegaknya karena merasa sangat marah pada Adit yang berani menyentuhnya itu. "Siapa yang kasih kamu wewenang untuk pegang, aku? Kurang ajar, seumur hidup aku menghindar dari sentuhan seorang laki-laki yang bukan muhrim. Tapi kamu berani rangkul aku kayak gitu!" Bentak Zahraa dengan amarah yang menyala-nyala.
Mendengar kalimat tersebut, Adit dan kedua temannya tertawa terbahak-bahak seolah meremehkan Zahraa. Tawa mereka yang terpingkal-pingkal membuat Zahraa menjadi naik pitam.
"Kurang ajar kalian!!!" teriak Zahraa, lalu ia pun melempar buku tebal yang sempat ia baca tersebut ke arah Adit. Namun, dengan elakan yang cepat ia dapat menghindarinya. Pengawas perpus kini ikut berdiri, moncoba menengahi namun dihalangi oleh kedua teman Adit.
"Santai aja kali, woles-woles. Kita cuman mau nemenin dedek manis kayak kamu aja kok, jadi gausah takut," kata Adit sambil mencoba mendekatkan diri pada Zahraa, membuat gadis tersebut merasa lebih terpojok untuk saat ini. Dan ini kali keduanya terganggu saat di perpustakaan, mungkin mulai besok ia harus berhenti baca di perpus kalau keadaanya sesepi tadi demi keselamatan.
Dengan cepat Zahraa mencoba untuk mundur agar jaraknya lebih jauh dari Adit, namun semakin jauh langkah mundurnya, ia semakin mendekat. "Pergi kamu dari sini, pergi!" pekik Zahraa dengan nyaringnya. Namun tak digubris oleh Adit.
"Adit, jangan kurang ajar kamu sama perempuan!" Bentak guru perempuan yang mengawasi perpustakaan. Namun diabaikan oleh Adit.
"Woy, bangsat!!!" ucap seseorang yang ada di belakang mereka, belum sempat orang yang dimaksud menoleh, tinjuan kuat sudah menghantam wajahnya.
Adit terkapar seketika di lantai, orang tersebut langsung memukuli wajah Adit hingga membuatnya tak dapat bergerak karena kesakitan. Tak ada perlawanan dari Adit karena serangan mendadak tersebut.
Orang yang merupan Reza itu pun langsung dihajar balas oleh kedua teman Adit yang kebetulan ada bersamanya, Reza dikeroyok.
"Astagfirullahaladzim, Reza!!!" teriak Zahraa, ia kaget sekaligus takut dengan perkelahian yang terjadi di hadapannya tersebut.
"Nak, cepat panggil para guru yang lain buat melerai." Perintah ibu guru berusia paruh baya itu pada Zahraa. Tanpa pikir panjang Zahraa langsung berlari menuju ruang guru untuk memanggil bantuan. Meninggalkan keempat orang yang masih bergelut tersebut.
Dengan terburu-buru Zahraa berlari hingga tunggang-langgang, sesampainya di depan pintu kantor ia langsung menghentikan langkahnya lalu menarik napas dengan terhengal-hengal.
Beberapa guru yang berada di ruangan tersebut langsung menatap kehadiran Zahraa dengan ekspresi bingung, mereka merasa heran dengan maksud kedatangan gadis tersebut yang nampak kelelahan.
"Kamu kenapa, nak?" tanya Pak Manca sambil mendekati Zahraa, ia langsung memberikan segelas air putih untuknya.
Segera Zahraa meminum air tersebut, setelah merasa agak baikan ia langsung mengatakan hal yang ingin ia sampaikan. "Reza, pak. Reza sama Adit berantem lagi di perpus," ucap Zahraa dengan nada bergetar, membuat keterkejutan tak terduga bagi para guru yang ada.
"Kurang ajar. Lagi-lagi mereka bikin ulah!" sungut Pak Manca dengan kesalnya.
Segera ia melangkah dengan cepat untuk menuju perpustakaan dan memisahkan mereka dari perkelahian tak wajar antar sesama siswa SMA Nusantara tersebut. Sebagai seorang guru Bimbingan Konseling statusnya yang dikenal dengan guru kejam harus dipertanyakan jika ia tak segera ambil tindakan, maka dari itu ia dengan langkah cepat menuju TKP tempat di mana perkelahian itu terjadi.
Sesampainya, ia melihat keempat lelaki yang tengah berkelahi. Tiga orang nampak bekerja sama, sementara satu di antaranya melawan sendirian ketiga orang tersebut. Tanpa pikir panjang pak Manca langsung menghentikan perkelahian sengit itu.
"Sudah-sudah, hentikan semua!!!" Teriak pak Manca sambil mencoba memisahkan mereka.
Seolah kehadirannya tak dianggap, mereka masih berkelahi tanpa memperdulikan ucapan guru BK itu. Merasa geram, pak Manca pun langsung melayangkan tinju ke masing-masing di antara mereka. Membuat keempat lelaki tersebut langsung sadar seketika.
"Benar-benar keterlaluan kalian," kata pak Manca sambil menahan emosinya yang kini sudah berada di puncak kepala. Ia benar-benar geram hingga mengepalkan kedua tangannya, sedangkan mereka berempat hanya bisa memandangi guru tersebut dalam diam sambil menahan sakit pada diri masing-masing.
Tanpa pikir panjang pak Manca pun langsung menggiring mereka untuk menuju kantor guru dan mengintimidasi mereka semua.
"Cepat ikut saya ke kantor!" Bentak pak Manca sambil mendorong tubuh mereka berempat, dan langsung diikuti.
Zahraa yang sempat terkejut sekaligus tertekan itu pun langsung mengikuti mereka dari belakang, namun ia pergi ke suatu tempat terlebih dahulu untuk memanggil seseorang setelah ingat dengannya.
Bersambung....
,*****
....
....
.... ?
Males ngomong apa2, udah capek deluan. Setidaknya tunjukkin diri kalian dong dengan cara kasih vote dan komen, biar mata semangat, huff! Kesel kalo kayak gini mah!!! :(((
Pokoknya tunggu aja besok, dah, umah, assalamualaikum
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabda Cinta Zahraa [END]
Espiritual[Chapter Completed] {Spiritual x Teenfiction} Awalnya, Zahraa berpikir kalau kehidupan barunya selama di SMA akan menimbulkan kesan yang paling tak terlupakan semasa hidupnya. Pendidikan yang berjalan sesuai harapan. Pergaulan yang baik. Juga terjau...