Bab 15 : Hanya tentang Reza

4K 221 4
                                    

Zahraa dan kedua temannya kini datang lebih pagi seperti biasanya, tiba di sekolah sebelum bell masuk berbunyi sudah jadi rutinitas biasa.

Ketiga remaja belia yang  mengenakan hijab itu kini tengah duduk pada salah satu kursi taman belakang sekolah. Mereka  sedang membicarakan sesuatu hingga di antaranya ada yang mendengarkan dengan serius.

"Emang, penyebab perkelahian si Reza sama Adit apaan, Ra?" tanya Manda dengan penasaran.

"Belum ada yang tahu, tapi banyak yang ngira kalau mereka berantem gara-gara Adit yang mulai deluan," jawab Zahraa.

"Mungkin aja sih, secara mereka berdua itu kan musuh bebuyutan," sahut Ida.

Tiba-tiba Zahraa termenung, pikirannya melayang tinggi entah ke mana. Kepalanya benar-benar kosong, ia tak mengerti mengapa Reza sangat tempramental terhadap orang yang tak ia suka. Awalnya ia mengira kalau orang yang paling dibenci oleh lelaki tersebut hanyalah dirinya, tapi ternyata ada sosok Adit yang lebih dulu sudah jadi musuh abadi dalam hidupnya, entah apa penyebabnya hanya mereka yang tahu.

Manda dan Ida yang tiba-tiba sadar bahwa teman mereka tersebut tengah termenung langsung ditegur hingga membuat Zahraa tersontak seketika.

"Zahraa kamu kenapa?" tanya Manda sedikit khawatir.

"Tau, kok ngelamun gitu? Lagi mikirin sesuatu, ya?" Tambah Ida dengan penuh tanya.

Zahraa pun hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan seraya tersenyum kecil. "Nggak, kok. Nggak lagi mikirin apa-apa, cuman ngelamun tiba-tiba tadi," kata Zahraa, mencoba untuk mengelak dari pertanyaan kedua temannya tersebut.

"Yaudah kalau gitu, ke kelas yuk. Sepuluh menit lagi bell masuk bunyi," ajak Ida sambil berdiri dari tempat duduknya lebih dulu.

Zahraa lalu mengangguk, mengiyakan ajakan Ida barusan. Segera ketiga gadis remaja tersebut melangkah pelan meninggalkan taman sekolah dan menuju kelas masing-masing.

,*****

Kelas XII-Ips 5 tempat di mana Reza dan teman-temannya yang lain belajar nampak sepi. Seluruh murid yang ada hanya terdiam sembari mengikuti pelajaran yang di ajar sang wali kelas yang tak lain adalah Bu Eriska.

Tak ada yang berani bersuara terkecuali dipersilahkan, itu pun jika ingin minta ijin ke toilet atau bertanya seputar pelajaran yang tak dimengerti. Bu Eriska memang terkenal dengan julukan guru killer ke dua setelah ibu Yuni, jadi wajar jika banyak murid yang tak berani membantah atau berbuat ulah di dekat kedua guru tersebut termasuk Adit dan Reza.

Reza yang terlihat sangat bosan akan penjelasan panjang lebar dari guru itu pun memilih untuk mengalihkan pikirannya dari pelajaran Ekonomi tersebut lalu melamun dengan pandangan kosong ke bawah. Entah apa yang dipikirkan Reza, tapi yang pasti mood-nya untuk belajar sangat tidak baik, sehingga ia memilih untuk mengabaikan pelajaran yang ada namun pendengarannya masih terpasang pada materi yang disampaikan bu Eriska.

,*****

Reza, Eki, dan Galang tengah berjalan menuju kantin. Ketiganya berjalan dengan perasaan canggung, pasalnya setelah kejadian perkelahian Reza kemaren membuat ia jadi lebih jarang berbicara, padahal tak biasanya Reza bertingkah seperti ini.

Sesampainya di kantin, ketiga laki-laki tersebut duduk pada salah-satu meja pelanggan yang masih kosong. Eki yang merasa peka langsung memesankan makanan untuk mereka semua pada salah satu penjual di kantin tersebut.

Tak sampai sepuluh menit, pesanan mereka akhirnya pun siap dan sudah di antarkan ke meja mereka. Makanan yang masih hangat itu dimakan dengan lahap oleh ketiganya bersamaan dengan keheningan yang tercipta di antara mereka.

Tidak ada yang berbicara, suasana benar-benar canggung, masing-masing di antara mereka tak ada yang berniat untuk memulai pembicaraan.

Merasa bosan dengan keheningan tersebut, Eki dengan berani membuka pembicaraan. "Za, lo kenapa? Dari tadi gue liatin diem mulu," seru Eki yang posisi duduknya berhadapan langsung dengan orang yang dimaksud.

Reza yang merasa dipanggil itu pun menatap wajah Eki cukup lama, aktivitasnya yang semula tengah sibuk menyuapkan makanan ke mulutnya seketika terhenti. "Gapapa, gue baik-baik aja," sahut Reza dengan singkat tanpa mau berbicara panjang lebar.

"Yaa... gue cuman khawatir aja kalau terjadi sesuatu sama otak lo setelah perkelahian kemaren," ucap Eki dengan asal.

"Maksud lo apa?" tanya Reza dengan nada tak suka, pasalnya kalimat Eki barusan seperti menghina dirinya secara tak langsung.

"Gapapa, gue baik-baik aja," sahut Eki, seolah membalikkan kalimat yang sama seperti yang diucapkan oleh Reza beberapa saat lalu.

Reza yang muak akan pembicaraan itu pun merasa malas untuk kembali berbicara, niatnya saat ini ingin kembali melamun.

Dari kejauhan ia melihat sosok gadis yang amat ia kenal, tiba-tiba  ia langsung memanggil orang tersebut setelah posisinya mendekati meja yang mereka tempati. "Eh bocah! Bayarin makanan gue dong." Reza berucap tanpa berpikir lebih dulu.

Orang yang dimaksud pun langsung menoleh ke arah sumber suara. Pandangannya mengarah ke sosok Reza dan kedua temannya tersebut.

Bersambung....

,*****

Holaaa... makin jauh konflik yg menimbulkan kerumitan untuk dilalui oleh Reza dan Zahraa juga beberapa tokoh yang ada semakin menjadi.

Menurut kalian, cerita dengan tema yang aku pilih ini gimana? Bagus nggak? Kasih komen dong soal pendapat kalian,^^

Pokoknya vote dan komen dari kalian adalah penyemangatku :v umahh <3

Sabda Cinta Zahraa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang