"Will you still choose me when your past is comeback? But baby, we talk about your past now.."
Astaga! Jam 07.00?????? Bagaimana mungkin sekarang sudah jam 07.00?!
Aku telat!
Aku terus berlari kencang, menabrak pejalan kaki yang lain dan dihadiahi sumpah serapah oleh mereka. Ah, terserah! Aku sudah sangat terlambat! Salahkan si Singto itu yang membuat seseorang memikirkannya sehingga orang tersebut tidak bisa tidur di malam hari dan akhirnya terlambat. Bahkan di saat seperti ini, aku masih bisa menyalahkannya.
Akan kupastikan aku sudah bisa masuk ke kelasku kalau saja tidak ada...
"Krist Perawat! Apa yang kau lakukan hingga membuatmu terlambat?!" Ya. Benar sekali. Guru galak yang bertugas mengintrogasi seluruh murid yang melanggar. Aku sudah sangat lelah berlari dan sekarang harus menghadapi kemarahan guruku ini?
"Saya..."
"Tidak ada alasan! Sekarang kau lari keliling lapangan 30 kali! Cepat!" Apa pula? Pak guru itu yang bertanya tapi saat aku mencoba menjawab, beliau malah memarahiku dan menghukumku. Siksaan di pagi hari yang sangat indah.
Takut jika hukumanku ditambah, akhirnya aku menerimanya dengan menggerutu. Aku bukan si Singto itu. Mana mungkin aku bisa lari sampai 30 putaran? Ah, Singto lagi...
15...
16...
17...
Astaga.. ini bahkan belum sampai 20 putaran tapi aku sudah merasa ingin mati saja. Napasku terengah-engah, baju seragamku sudah basah oleh keringat dan aku yakin mukaku sudah semerah tomat. Siapapun... tolonglah aku..
"Pak guru, bapak dipanggil oleh kepala sekolah," Ah.. apakah itu suara dari surga? Aku menoleh dan melihat seorang perempuan sedang berbicara oleh Pak guru. Sepertinya aku mengenalinya... Nana?
"Oh, benarkah? Bagaimana ini? saya sedang mengawasi anak yang dihukum.."
"Saya akan menggantikan bapak, bapak tenang saja." Apakah Nana benar-benar berniat membantuku? Baik sekali perempuan ini.
"Baiklah kalau begitu. Tolong awasi anak ini. dia bisa kabur kapan saja,"
"Baik pak,"
Setelah yakin Pak guru sudah pergi, aku langsung menghentikan lariku. Mungkin jika aku lari 5 menit lagi maka kesadaranku bisa hilang. Sebuah botol minuman memenuhi pandanganku, tanpa menunggu lebih lama aku langsung meminumnya. Lega sekali..
"Terimakasih," walaupun aku sangat malu tapi aku harus tetap berterimakasih pada Nana yang bersedia menolongku. Melihatnya membuatku kembali mengingat percakapanku dengan Singto kemarin. Bahkan sampai sekarang aku tidak menyangka bisa bertemu dengan masa lalu si Singto itu.
"Tidak masalah. Kau terlihat akan pingsan kapan saja jika aku tidak menolongmu sesegera mungkin," Nana menatapku sambil tersenyum. Apakah ia memang sebaik ini?
"Wah, entah bagaimana tapi ucapanmu tepat sekali!" lalu kami tertawa. Lucu. Seperti sudah saling mengenal.
"Namamu Krist, kan? Aku Nana. Senang berkenalan denganmu." Hm.. siapa pula yang tidak tahu dirimu? Gara-gara kau dan si Singto itu, aku jadi terlambat hari ini.
"Aku yang senang berkenalan denganmu. Kau baik sekali mau membantuku,"
Hening. Tidak ada yang berbicara lagi dan aku pun tidak tahu harus membicarakan apa dengan perempuan ini. kalau perkiraanku tidak salah, pasti ia ingin membicarakan Singto. Tidak. Aku tidak ingin mendengarnya. Terimakasih.
"Krist, apa kau teman dekat Singto?" Ya. Perkiraanku tepat sekali. Tunggu, dekat tidak ya? Dekat, mungkin? Tapi tidak juga..
"Tidak. Kami hanya teman sebangku. Tidak lebih,"
KAMU SEDANG MEMBACA
The One I Love
RomanceLagi, aku hanya bisa memandangi punggungnya berharap suatu hari ia bisa menyadarinya. Lagi, aku terpukau dengan senyumannya berharap suatu hari aku adalah alasan dari senyumnya. "Berharap dapat bersama dengan seseorang yang kita cintai merupakan si...