"Terpikir dalam benakku tentang cinta terlarang...
Selama ini kupendam," – Kerispatih, Aku harus jujur.
....
Side Story
Singto tetap tidak bisa menerima alasan Krist menjauh—sangat konyol—menurutnya. Kata-kata yang Krist ucapkan sangat tidak relevan dengan sikapnya. "Jika yang kulakukan itu salah, seharusnya dia langsung menegurku. Bukan bersikap seperti ini." Pikir Singto.
Singto mulai berpikir tentang semua kemungkinan mengapa Krist bersikap demikian. Baginya, ada sesuatu yang Krist sembunyikan. Krist tidak sekonyol itu. Singto membutuhkan alasan yang kuat agar ia bisa menerima. Namun, yang Krist katakan sangat jauh dari ekspektasinya.
Singto berjalan meninggalkan perpustakaan setelah pembicaraannya dengan Krist selesai. Ia rasa sikap Krist terhadapnya seperti ingin menutupi sesuatu yang besar. Sesuatu yang besar itu menunggunya dan harus segera ia temukan. Singto harus mencari cara lain untuk menemukan ada apa sebenarnya. Bertanya terus menerus kepada Krist tidak akan membuahkan hasil. Anak itu benar-benar menutup rapat mulutnya dan lebih memilih berbohong. What a terrible liar.
"Singto?" Singto menoleh dan melihat Nana berdiri tak jauh dari posisinya.
Singto melengos, enggan menyapa balik dan memilih melanjutkan jalannya.
"Singto, ada yang ingin aku katakan," Singto berhenti tetapi menolak untuk membalikkan badannya.
"Tentang waktu itu—"
"Jika kau akan mengatakan sesuatu yang tidak penting, maaf, masih ada yang harus kulakukan," Singto berjalan menjauh, sama sekali tidak memberikan kesampatan.
"Singto, tunggu! Dengarkan aku!—" Singto tetap berjalan.
"IT'S ABOUT KRIST!!" Singto menghentikan jalannya, menoleh, dan langsung menaruh penuh perhatiannya pada apa yang akan dikatakan oleh Nana.
"Oh, look? Dengan menggunakan nama Krist, kau langsung bertekuk lutut. Trust me, you want to hear this!" Nana sangat yakin dengan apa yang akan ia katakan. Nana berani bersumpah, selama apa yang ia katakan adalah tentang Krist, maka di sini ia memegang kendali penuh atas Singto.
Singto akhirnya menyerah, "Okay, you get all my attention now,"
Nana menoleh ke kanan dan ke kiri, memeriksa apakah ada seseorang selain ia dan Singto. "Singto, kau tahu? Krist itu sangat mencintaimu,"
Singto terdiam, sama sekali tidak ingin menyembunyikan keterkejutannya.
"Hei, jangan diam saja. sangat menyakitkan mengatakan ini padamu, tahu?"
"Baiklah, alasanmu? Aku tidak ingin mendengar bahwa ini hanya omong kosong," Singto berujar sengit, ia merasa pusing karena semua ini sangat tiba-tiba untuknya. Krist memenuhi pikirannya. Krist seperti menyerangnya dengan senjata rahasia yang tidak bisa ditebak oleh otak jenius Singto.
"Kau tahu, Krist menjaga jarak denganmu setelah melihat kita berpelukan tempo hari. Ia menolak membantuku untuk kembali bersamamu. Bukan, cara dia menolaknya memberikan pertanyaan besar di otakku. Dan jangan salahkan aku karena baru sekarang mengatakan ini, sebelum aku bertemu denganmu dan berakhir dengan memelukmu, aku melihat Krist di perpustakaan bersama dengan temannya. Dia menangis. Yes, he cried. Dia menangisi perasaannya terhadapmu dan semakin merasa sedih saat aku muncul. Cih! Kau bahkan menolakku mentah-mentah setelah pelukan itu. Sial."
Hening. Singto terdiam, mencoba mencerna penjelasan panjang dari Nana. Lalu ia mulai menyadari semua. Mengapa Krist terlihat gugup saat Singto duduk di sampingnya, mengapa Krist sangat ingin menolak saat dipasangkan olehnya, mengapa Krist sangat terluka saat membicarakan orang yang ia cintai diam-diam selama ini. Dan orang itu... aku?
KAMU SEDANG MEMBACA
The One I Love
Roman d'amourLagi, aku hanya bisa memandangi punggungnya berharap suatu hari ia bisa menyadarinya. Lagi, aku terpukau dengan senyumannya berharap suatu hari aku adalah alasan dari senyumnya. "Berharap dapat bersama dengan seseorang yang kita cintai merupakan si...