#BukanAntiBaperBaperClub

891 72 11
                                    

Padahal hari ini biasa aja. Cuma, rasanya lebih berwarna. Jelas, itu karena aku tau ternyata ngga baper sendirian. Langkahku bahkan jadi lebih ringan sekalipun gravitasi bumi ngga berubah.

Aku juga ngelakuin hal yang ngga biasa. Masak! Itu mungkin hal biasa untuk sebagian besar wanita tulen. Beda sama aku yang nyaris ngga pernah masuk dapur. Kemarin pulang dari puskesmas aku pergi ke supermarket. Beli bahan-bahan dapur sesuai resep yang aku dapet dari YouTube. Dan pagi ini aku akan coba bikin apapun yang berhubungan dengan ayam. Yup, itu makanan favorit Ben. Dia suka semua masakan yang penting ada ayamnya. Sebetulnya Ben cukup unik. Dia sih ngakunya fobia sama ayam yang masih hidup karena waktu kecil pernah dipatok. Cuma kalo lagi ngomongin makanan, justru ayam jadi yang paling favorit.

Pagi ini aku ngga sendiri. Bibi dengan setia mendampingi. Ngajarin ini dan itu. Sering kali Bibi nanya alasan kenapa mendadak aku masuk dapur. Tapi, aku ngga pernah jawab pertanyaannya dan cuma senyum-senyum sendiri sambil sok sibuk motong daun bawang, sampai akhirnya Bibi nyerah.

Butuh waktu dua jam sampai semua masakanku jadi. Rasanya lumayan. Tapi, ngga seenak itu. Maklum. Namanya juga amatir. Aku masih harus belajar banyak nih. Cuma Ben yang berhasil bikin aku masuk dapur secara sukarela, padahal dia ngga nyuruh. Lagi-lagi aku ketawa sendiri kalau inget penyebab aku masuk dapur.

Setelah selesai sarapan dengan masakanku sendiri, aku liat ada notifikasi Line di hp.

"Pagi Tisa Aulia," Ben sekarang tau nama asliku. Beberapa hari yang lalu, aku blak-blakan ngasih tau identitas asliku. Padahal aku udah was-was. Tapi, ternyata dia biasa aja. Mungkin karena dia ngga punya media sosial dan kelewat sibuk, jadi ngga sempet nonton tv. Dia ngga tau aku siapa. Padahal se-pengalamanku, kalau ada orang yang chat-nya dibales sama Tisa Aulia, langsung histeris. Ben beda.

"Pagi juga Beno Santoso," balasku.

"Lagi apa, Cha? Udah makan?"

"Lagi browsing aja. Udah makan kok," sebelumnya aku selalu merasa kalau pertanyaan udah makan atau belum adalah pertanyaan basa-basi konyol yang ngga penting. Cuma, kalau kalimat tanya itu asalnya dari Ben, rasanya happy.

Pagi ini tumben banget ngga butuh waktu lebih dari setengah jam untuk nunggu balesan Ben. Padahal ngga ada angin dan ngga ada hujan. Mungkin karena ini hari sabtu.

"Ben, aku nemu quotes bagus deh."

"Mana coba liat."

"It doesn't matter you are not here in a person as long as you are here in my heart, itu dari film kesukaan aku, Le Petit Prince." Hatiku nggak bisa bohong kalau terus-menerus berharap bisa ketemu Ben. Cuma sekarang aku harus lebih mengalah, mengingat Ben yang sedang dilanda work overload. Jadi, aku cuma bisa kirim kalimat itu supaya Ben paham kalau aku nggak mempermasalahkan itu semua. Nggak masalah kalau dia sibuk. Namanya juga laki-laki, pasti urusan karir nomor satu ketimbang cinta-cintaan.

"Wow... speechless."

Ben itu nggak punya respon yang lain ya? Aku kan nggak paham maksudnya dia apa. Jangan-jangan, aku terlalu berlebihan ya? Eh, bentar-bentar... kan waktu itu aku bilang ke dia kalau aku baper, bukan suka. Tapi, dipenggalan quotes yang barusan ku kirim malah ada kata 'here in my heart'. Aduh kok bodoh. Nanti dia mikirnya macem-macem.

Nggak lama kemudian, sebelum aku sempet bales, Ben kirim chat lagi, "absence makes the heart grow fonder."

"Sekarang aku yang speechless. Jangan kayak gitu Ben, emangnya kalo aku jadi suka, kamu mau tanggung jawab?" kalimat ini niatnya bercanda, cuma aku nggak tau dia menganggapku serius atau bercanda.

Distorsi [HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang