FAMILY

19.8K 766 20
                                    

Gadis remaja terlihat sedang berputar-putar di depan kaca setelah mengenakan sebuah gaun sebawah lutut. Dua hari yang lalu ia sudah merayakan kelulusannya, dan dalam beberapa jam lagi ia akan berada di tengah-tengah pesta impiannya sejak masa kanak-kanak. Ia sudah sering menonton drama di tv kabelnya—drama anak sekolahan dan pesta prom—adalah dua hal yang tidak pernah terlewat. Pasti ada saja bagian itu, dan itu membuat gadis itu menantikan malam—malam prom-nya.

"Papa's home!!"

Gadis remaja itu tertawa riang mendengar pengumuman dari lantai di bawah kamarnya. Siapa lagi kalau bukan ayahnya yang meminta sambutan di setiap kepulangannya. Ia menggeleng. Kali ini ayahnya tidak akan mendapatkan sambutan itu darinya. Ia tidak akan sempat melepaskan gaunnya sebelum ayahnya menghampirinya ke kamar.

Beberapa saat kemudian tentu saja apa yang sudah dapat ditebaknya terjadi. Suara ibu cantiknya yang seperti biasa tidak menyukai kebiasaan ayahnya yang selalu ingin tahu apa yang sedang dilakukan anak gadisnya terdengar di depan pintu kamarnya.

"Wow!"

Ia melihat ayahnya berhenti di depan pintu kamarnya. Ia sungguh malas sekali untuk berbalik karna ayahnya sudah dapat ia lihat melalui pantulan kaca di hadapannya.

"Seperti yang aku bilang, gaun itu akan sangat cantik kalau kau yang mengenakan, Sayang," puji ibunya dengan sayang. Kehangatan itu tak akan bisa membuatnya menuduh kalau ibunya berkata demikian karna ia adalah putrinya. Jikapun demikin tidak akan jadi masalah. Semua ibu memang menganggap anak gadisnya cantik, bukan?

"Dan akan kemana anak ayah dengan gaun itu?"

Gadis itu mengerut kening. Melirik sang ibu untuk meminta bantuan. Dua hari yang lalu ia sudah berdiskusi dengan sang ibu untuk membujuk ayahnya dengan segala bujuk rayu. Walaupun jawaban ibunya saat itu tidak bisa berjanji. Tapi ia tahu, ayahnya sangat menyayangi ibunya dan akan melakukan apapun untuknya. Yaa .. kecuali sesuatu yang berhubungan dengannya—putrinya yang malang ini.

"Hmm .. ah, ibu lupa memberi tahu ayahmu." Ibunya mengucapkan rasa bersalahnya. Sang ayah sudah melirik curiga pada kedua wanita kesayangannya itu. Dari kelakuan dua orang di hadapannya, pria yang hampir setengah abad itu sudah bisa menebak-nebak rahasia dua wanita itu.

"Siapa laki-laki yang mengajakmu berkencan?" Tanya Ed seperti biasa. Jennie yang merupakan sang ibu langsung memengang tangan suaminya itu untuk menghentikan tekanannya pada Vinisya—anak gadisnya yang sangat dijaga sekali oleh suaminya. Alasannya hanya satu, ia tidak ingin Vinisya salah pergaulan dan dimanfaatkan oleh pria-pria tidak benar.

Vinisya mengerucutkan bibirnya, menatap nanar pada dirinya di pantulan kaca.

"Aku bukan mau berkencan, Yah. Tapi prom." Katanya meluruskan tuduhan ayahnya.

Ed berpikir sejenak, mengartikan prom dalam benaknya. Hingga satu hal yang paling terbayang dalam benaknya muncul.

"Prom sudah pasti dengan pria, Honey. Anak gadis ayah tidak mungkin pergi sendirian kan?" pancing Ed bertanya dengan senyum curiga. "katakan pada ayah, siapa yang berani mengajakmu dan siap berpamitan pada ayah?" lanjutnya. Pasalnya teman-teman Vinisya sudah kenal dengan Ed dan semua pria yang pernah berdekatan dengan anak gadisnya itu selalu menyerah ketika pertama kali bertemu dengannya.

"Ayah ...." Vinisya mengeram kesal. Jika ayahnya terus seperti itu, selamanya ia tidak akan pernah pacaran. Buktinya sekarang, ia sudah lulus dari SMA, ia sama sekali belum pernah merasakan apa yang dirasakan teman-temannya. Jangankan untuk berkencan, kerja kelompok saja jika ada anak laki-lakinya, ia akan diawasi. Jangan tanya siapa yang mengawasi. Ayahnya memiliki fotocopi dirinya untuk mengawasinya.

ONE MORE NIGHT (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang