Minggu, pukul 09.30 AM
Kelopak mata (Y/N) mulai bergerak gerak, bereaksi ketika cahaya matahari dari jendela masuk ke kamarnya.
(Y/N) membuka mata. Pandangan sedikit kabur, membuatnya mengerjapkan mata berkali kali untuk memperbaiki pandangan.
"Si putri tidur akhirnya bangun juga."
Suara lembut Ibu menyapa telinganya. Melirik ke sumber suara, (Y/N) melihat Ibu yang barusaja mengambil kain hangat sebagai kompres dari dahinya.
"Ibu?" (Y/N) berusaha duduk di tempat tidur. "Aku sakit ya?"
"Kau baru sadar sekarang?" suara Satoru terdengar. Wajahnya terlihat menyembul dari jendela kamar yang dibuka. "Semua orang kesusahan karena kau, ya ampun."
"B-Begitu ya," (Y/N) memegangi kepalanya yang masih terasa sedikit sakit. "Maaf merepotkanmu, okaasan"
"Tak perlu meminta maaf," tangan Ibu terulur, punggung tangannya menyentuh dahi (Y/N) dan membiarkannya beberapa saat. "Hm! Badanmu juga tak panas lagi. Yokatta, langsung sembuh dalam semalam."
"Syukurlah kalau begitu."
"Hei, kau tahu," Satoru bertumpu dagu di kusen jendela berbahan kayu itu. "Coba tebak, siapa yang membawamu pulang ke rumah?"
"Hnngg—?"
"Oke, salahku sudah bertanya. Kau tak tahu apapun. Tak usah mengingat hal yang tidak kau ketahui," Satoru menghela napas. "Berterima kasihlah kepada Kageyama, (Y/N)."
(Y/N) membulatkan mata. Ia reflek menutup mulutnya, kaget. Wajahnya memerah, menjelma menjadi tomat.
Ah, (Y/N) ingat saat mereka selesai belajar bersama sampai sore, kemudian pada akhirnya mereka juga pulang bersama. Namun ia tak bisa mengingat lagi apa yang terjadi setelah itu. Ingatannya buram.
Aku benar benar merepotkannya, dasar bodoh!
"Tapi yang penting, kondisimu sudah baik baik saja sekarang," ucap Satoru.
"Y-Ya," (Y/N) berusaha bersikap normal, tak lupa menyembunyikan wajahnya yang memerah. "A-Aku hanya kelelahan, tapi tenagaku sudah pulih kok. Aku hanya butuh refreshing saat ini."
"Makanlah dulu. Kau bahkan melewatkan sarapan hari ini karena belum siuman. Setelah itu aku akan menemanimu bermain basket deh, janji."
(Y/N) menggeleng, menolak tawaran kakaknya. "Aku ingin bermain voli."
Satoru bungkam, tak merespon permintaan (Y/N).
"Boleh ya? Aku ingin menemanimu latihan voli hari ini, kumohon?"
(Y/N) serius dengan permintaannya. Ia menjulurkan kakinya ke lantai. Walaupun terasa sedikit pusing, dia mencoba untuk tetap berdiri dan mendekati Satoru.
Ibu meraih pundak (Y/N), menghalanginya memaksakan diri untuk berdiri. "Tidak ada latihan sebelum makan. Isi perutmu terlebih dahulu, kondisimu bisa kembali drop nanti. Kau tentu tidak mau hal itu terjadi kan?"
Satoru mengulas senyum lebar. Lega rasanya karena merasa terselamatkan oleh Ibu. "Dengarkan okaasan, (Y/N). Sana mandi, lalu sarapan. Aku menunggumu di ruang makan."
Kalah telak karena tak punya backingan, (Y/N) dengan berat hati menuruti. "Baiklah baiklah, aku mengerti."
.
.
.
"Niisan, apa yang terjadi selama aku tidur?"
KAMU SEDANG MEMBACA
His Queen [Kageyama x Reader]
FanfictionApa jadinya jika pemain voli sehebat Kageyama, bertemu dengan seorang pemain basket seperti (Y/N)? Tak pernah terbayangkan bagaimana mereka yang tak pernah saling mengenal sejak SMP, tiba tiba saja dipertemukan di SMA Karasuno. Siapa sangka kecintaa...