"Kuriko-chan, pass!"
"Shino-san, shoot!"
"Nice rebound, kapten!"
Suasana di gym Karasuno ramai dan bersemangat seperti biasanya. Suara teriakan teriakan terdengar dari gym hingga ke luar, juga bunyi pantulan bola basket dan decitan sepatu.
Sekelompok gadis gadis berbakat andalan klub basket Karasuno terlihat tengah berlatih dengan penuh semangat. Pengecualian untuk gadis yang terlihat paling tak bersemangat diantara teman teman yang lain. Itu (L/N) (Y/N), pemain tak mencolok yang hawa keberadaannyapun tak membawa efek apapun.
Priiittt!!!
Permainan berhenti ketika peluit pelatih ditiup. Jam sudah menunjukkan saatnya untuk pulang, latihan telah usai.
"Baiklah! Semuanya berkumpul!" pelatih berteriak, membuat semua anak klub basket putri berlari mendekat.
"4 bulan lagi kita akan ikut dalam Turnamen Musim Panas. Persiapan kita untuk mengikuti turnamen itu sudah cukup matang. Oleh karena itu, sekarang akan kuumumkan pemain tim inti yang akan bertanding nanti."
Semua orang tegang dan gugup menunggu deretan nama yang disebut dengan jantung yang berdebar, berharap namanya disebutkan. Sangat berbeda dengan (Y/N) yang terlihat rileks tanpa beban pikiran.
"Miyawazaki Shino, Akira Mina, Hajime Ayami, Saizou Akami..."
Tinggal satu nama lagi, bisik (Y/N) dalam hatinya.
"... serta Matsumara Megumi (:3). 5 pemain inti yang sudah kusebutkan namanya bisa mempersiapkan diri dengan baik. Untuk pemain cadangan, akan kita bicarakan besok. Baiklah, itu saja. Kalian boleh bubar sekarang."
Ah, tidak ada nama (L/N) (Y/N) disana.
Menghela napas berat, (Y/N) berjalan lunglai mendekati tas dan bola basketnya. Setelah itu, keluar dari gym dengan wajah lesu.
Sudah kuduga, tak akan terpilih.
Aku sudah mempersiapkan diri untuk ini. Tapi, kenapa rasanya masih begitu sesak?
Hati kecil tak bisa berbohong. (Y/N) tak bisa memungkiri rasa kesal dan kecewa yang membuat dadanya terasa sesak.
"Tch," decihan kesal keluar dari mulutnya. Tangan ikut bereaksi dengan meremas bola basket.
(Y/N) menarik napas dalam, berusaha mengontrol emosi-
"Sialan!"
-namun gagal. Emosinya yang tak mampu terbendung itu dilampiaskan dengan melempar bola basket dengan kuat ke sembarang arah. Bola itu lantas memantul cepat ke sembarang arah.
BUGH!
Suara seperti sesuatu yang jatuh dengan keras itu membuat (Y/N) teralihkan sebentar dari permasalahannya.
Berusaha mencari sumber suara, (Y/N) terkesiap ketika melihat bola basketnya tanpa sengaja menghantam kepala belakang seseorang hingga terkapar ke tanah.
"..." Tak ada tanda tanda kehidupan.
Bola basketnya yang berat tentu saja bisa membuat cedera seseorang. (Y/N) dibuat ketakutan karena itu.
"A-Aku benar benar minta maaf!" (Y/N) segera berlari ke arahnya. "Jangan mati dulu oi! Aku tak mau dituntut ke polisi karena membunuh orang dengan bola basket!"
(Y/N) membalikkan tubuh orang itu yang semula terkapar dengan posisi telungkup. Untuk kedua kalinya, ia terkesiap saat melihat wajah orang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Queen [Kageyama x Reader]
FanficApa jadinya jika pemain voli sehebat Kageyama, bertemu dengan seorang pemain basket seperti (Y/N)? Tak pernah terbayangkan bagaimana mereka yang tak pernah saling mengenal sejak SMP, tiba tiba saja dipertemukan di SMA Karasuno. Siapa sangka kecintaa...