"Sepertinya dia kelelahan"
Seorang wanita paruh baya duduk di sisi tempat tidur, mengompres dahi (Y/N) dengan kain hangat. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh anak perempuannya itu.
"Tapi, okaasan. Dia tak pernah begini sebelumnya." Satoru, kakak (Y/N), memandangi adiknya yang terkulai lemah dengan pandangan khawatir. "Aku heran, kenapa fisiknya bisa mendadak lemah seperti ini."
Ibu mengelus lembut kepala (Y/N). "Mungkin ada beban pikiran akhir akhir ini yang membuat fisiknya ikut melemah."
Di lain sisi, terlihat Kageyama yang berdiri di dekat pintu kamar (Y/N) benar benar merasa tak berguna. Diremasnya ujung kain baju dengan kesal.
Menyadari keberadaan Kageyama, Ibu tersenyum lembut ke arahnya. "Tenang saja, Kageyama-kun. (Y/N) hanya kelelahan kok. Mungkin, mungkin besok atau lusa kondisinya akan kembali seperti biasa."
Satoru ikut menoleh. "Ohoho... Kageyama ya," Satoru tersenyum. "Ah ya, kuucapkan terima kasih karena sudah membawa adikku (Y/N) kemari."
"Osu." Kageyama menjawab dengan lesu. "Ano... Aku... minta maaf"
"Hmm...? Minta maaf?"
"Beberapa hari belakangan ini, aku sering meminta tolong (Y/N) membantuku dan temanku untuk latihan voli. Dan tadi siang saat istirahat, a-aku memaksanya untuk mengajariku pelajaran sekolah. A-Aku benar benar menyesal. Maafkan aku!"
Mendengar permintaan maaf Kageyama membuat Ibu untuk kedua kalinya tersenyum lembut. "Kageyama-kun, bukan salahmu (Y/N) bisa jatuh sakit seperti ini kok. Jangan terus menyalahkan dirimu seperti itu, itu tidak baik."
"Hngg? Apa aku salah dengar? Kageyama Tobio meminta maaf? M-Mungkin sebentar lagi gurun sahara akan turun salju!" Satoru terperanjat kaget. "Tunggu. Sampai berbuat segitunya untuk adikku... Jangan jangan kau ini pacar (Y/N)?"
Kageyama sontak menggeleng panik mendengar pertanyaan tiba tiba itu. "Tomodachi desu [1]"
"Hee, tomodachi ka? [2] Sayang sekali, padahal aku mendukung hubungan kalian lho~ " Satoru menyeringai licik. "Hmm~ Aku rasa bukan teman biasa. Lebih dari teman, kurang dari pacar. TTM, begitu?"
"Hora Satoru. Itu tak sopan" Ibu memukul pelan anak sulungnya. "Maaf ya, Kageyama-kun. Putraku memang orang yang suka bercanda, terkadang sampai kelewatan dan tak sopan."
"M-Maaf maaf, hehe."
"..." Kageyama menggaruk kepala, tak tahu ingin bereaksi seperti apa.
Atensi Kageyama beralih ke (Y/N). Iris bluberi menatap lekat gadis yang sedang terbaring lemas berselimut tebal dengan kompres hangat yang ditaruh di dahinya itu. Semakin lama memandangi, semakin kuat rasa bersalah muncul di hatinya.
"Ah, hari sudah petang. Kageyama-kun, kau boleh pulang sekarang kok." Ibu kembali tersenyum, menatap Kageyama dengan lembut. "Terima kasih banyak karena sudah membantu (Y/N)."
Tanpa disadari, langit di luar ternyata sudah mulai kemerah-merahan. Matahari juga mulai tenggelam. Sudah saatnya bagi Kageyama untuk kembali pulang ke rumah.
"Kau benar, aku harus segera pulang," Kageyama membungkukkan badan. "Shitsurei shimasu. [3]"
Belum sempat Kageyama mengambil tasnya, Satoru tiba tiba saja merangkulnya seperti teman dekat, melupakan fakta mereka barusaja bertemu.
"Biar kuantar sampai depan," ucap Satoru.
Kageyam mengangguk canggung. Agak berbeda dari (Y/N) yang terkadang pemalu dan kikuk, Satoru terlihat lebih humble dan bersahabat, pikirnya. Terbukti dengan ia yang bisa semudah itu bersikap akrab dengan dirinya.
"Kageyama," ia yang tengah memakai sepatu, langsung menoleh ke Satoru yang memanggil.
"Hai'?"
"Ini tentang (Y/N)," tanpa diduga, raut wajah Satoru yang semula ceria, tiba tiba berubah sedih. "Kalau suatu saat dia memintamu mengajarkannya bermain voli... kumohon jangan turuti permintaannya."
"Mengajarkannya? Kupikir (Y/N) cukup berbakat di olahraga voli?"
Satoru tergelak. "Sebenarnya, (Y/N) tak terlalu pandai bermain voli, lho~ Dia bermain voli hanya untuk membantuku latihan. Yah, sedikit egois sih. Tapi, tujuan awalku mengajarkannya dulu memang hanya untuk itu."
Satoru menundukkan pandangan. Sinar mata sendu terlihat disana, disusul dengan senyum getir yang muncul di bibir.
"Anak itu... aku yakin ada sesuatu yang salah pada dirinya. Sejak kelas 3 SMP, dia yang punya passion kuat di basket, tiba tiba saja kehilangan motivasi untuk bermain. Akhir akhir ini, dia juga mulai tertarik pada voli."
"Bukankah itu bagus untuk tertarik pada voli?" tanya Kageyama. "Selain untuk memperluas kemampuan, dia juga akan punya hobi yang sama denganmu, kan?"
Satoru tertawa getir. "Kau benar. Tapi kurasa... dia hanya menjadikan voli sebagai pelampiasan."
"Menjadikan voli sebagai pelampiasan?"
"Kau benar. Aku terus memantau permainannya selama setahun belakangan ini. Alur permainannya mulai berubah. Tak ada kesungguhan darinya ketika bermain basket seperti biasanya. Dan permainannya di voli.. yah, kau tahu, seperti bermain dalam tekanan."
Meninggalkan hal yang kau suka tanpa alasan yang jelas, lalu melampiaskannya pada hal yang lain, Kageyama menggigit bibir, kesal.
"Ah, tapi tenang saja. Kalau hanya untuk membantumu latihan voli, dia akan baik baik saja. Aku janji dia akan berguna untukmu," Satoru memaksakan senyuman. "Namun kalau untuk pertandingan sungguhan, berusaha dengan gigih memintamu mengajarkannya permainaan voli, kurasa... yah. Aku mohon padamu untuk menghiraukannya. Aku tidak mau ia memaksakan diri untuk melakukan hal yang bukan menjadi passion-nya."
"..." Kageyama mengepalkan tangannya erat.
Apa yang membuat dia melakukan itu? Menjadikan voli sebagai pelampiasan? Yang benar saja!
"...yama? Kageyama? Moshi-moshi? [4], ada orang disana?" Kageyama tersadar dari lamunannya ketika Satoru melambai-lambaikan tangannya.
"A-Ah, maafkan aku."
"Kau melamunkan apa, hm? Ah, maaf jika perkataanku tadi membuat pikiranmu terbebani. Jangan terlalu menganggap serius ucapanku tadi," kata Satoru bersalah.
"U-Uh... B-Baiklah," Kageyama yang kikuk menggaruk tengkuknya. "Ah, langit semakin gelap. Kalau begitu, aku izin pulang. Kuharap, (Y/N) lekas sembuh. Shitsurei shimasu. [3]"
Satoru tersenyum. "Ki o tsukete~ [5]"
Kuharap keputusanku ini benar untuk mengatakan kekhawatiranku pada Kageyama.
.
.
.
(A/N)
Sebelumnya, chapter ini dan chapter 5 tergabung jadi satu. Tapi setelah saia edit, akhirnya saia memutuskan utk misahin jadi dua www. Akhirnya jadi kependekan yha, maapkeun :')
Note:
[1] "Saya temannya."
[2] "Teman ya?"
[3] "Permisi"
[4] "Halo?"
[5] "Hati hati di jalan~"
KAMU SEDANG MEMBACA
His Queen [Kageyama x Reader]
FanfictionApa jadinya jika pemain voli sehebat Kageyama, bertemu dengan seorang pemain basket seperti (Y/N)? Tak pernah terbayangkan bagaimana mereka yang tak pernah saling mengenal sejak SMP, tiba tiba saja dipertemukan di SMA Karasuno. Siapa sangka kecintaa...