Chapter #3

8 2 0
                                    

"Tunggu !" Sergah Kristall kepada seorang laki-laki yang baru turun dari motornya. Raut muka Kristall sangat menunjukkan bahwa sebentar lagi perempuan itu akan mengamuk.

"Kamu yang nabrak Kristall kemarin !!! Kristall masih ingat sama tasnya!!!" Amuk Kristall. Laki-laki itu menyernyit bingung. Namun sedetik kemudian sepatah kata keluar dari mulut laki-laki itu.

"Sorry." Sepatah kata itu semakin membuat emosi Kristall tak terbendung lagi. Rasanya ia ingin menimpuk wajah laki-laki itu.

"Tunggu disini !" Perintah Kristall. Laki-laki itupun hanya menghela nafas berat. Laki-laki itu pun langsung membuka handphone yang berada di sakunya. Sementara Kristall pergi mengambil botol minuman bekas untuk ia timpuk ke wajah laki-laki itu. Setelah mendapatkannya, Kristall kemnali ke parkiran sekolah untuk menghampiri laki-laki itu.

"Kristall mau pukul kamu ya !!! Kalau kamu pingsan Kristall enggak tanggung jawab. Kristall sudah kesal !" Ucap Kristall yang lebih tepatnya seperti meminta izin. Sungguh, laki-laki itu ingin tertawa sekeras-kerasnya sekarang juga ketika mendengar perkataan konyol Kristall.

Tanpa ba-bi-bu lagi, Kristall pun langsung melempar botol minuman yang ada di tangannya kearah laki-laki itu. Tapi karena laki-laki itu sudah tahu tujuan Kristall, maka ia berhasil menghindar dari serangan botol minuman yang dilempar Kristall.

"Ihhhh, kok nggak kena sih ?! Kenain dong !!! Biar Kristall senang." Protes Kristall. Laki-laki hanya mengangkat sebelah alisnya acuh tak acuh lalu iai langsung berjalan memasuki gedung sekolah tanpa memedulikan ocehan Kristall.

"Awas aja !" Ancam Kristall. Mood nya bertambah buruk sekarang karena ulah laki-laki itu. Kristall pun langsung menuju ke kelasnya dengan kesal.

***

 

NAJLA ! BELLA ! Kristall kesel pagi ini !!!" Teriak Kristall begitu ia sampai di kelasnya. Kristall langsung berjalan kearah kursinya. Teman-teman Kristall menatapnya dengan tatapan tak percaya. Pasalnya Ia tak menyadari sama sekali bahwa bel tanda masuk sekolah telah berbunyi. Ia juga tak menyadari bahwa gurunya sudah berada di dalam kelasnya.

"Ekhem." Dehem bu Aina, guru biologi Kelas 11 IPA 1 yang terkenal killer itu.

"Ck ! Apaan sih dehem-de...hem." Kristall berbalik badan dan baru menyadari bahwa bu Aina sudah duduk manis di kursi guru dekat papan tulis.

"Eh bu Aina..." Sapa Kristall dengan polosnya. Ia berjalan menuju bu Aina dengan wajah seperti orang tidak bersalah sama sekali. Bu Aina dibuat terbengong-bengong degan sifat Kristall. Begitu juga teman-temannya.

"Kristall ! Kamu gak sadar kalau kamu sudah terlambat ?! Kamu juga gak sadar bahwa saya sudah disini dan bersiap untuk mengajar ?!" Tegur bu Aina dengan suara yang sudah naik 1 oktaf. Kristall menyernyit bingung dan lima detik kemudian ia baru sadar bahwa ia sudah melakukan kesalahan.

"Eh ! Bu, a-anu m-maaf s-s-saya ter-ter--terambut, Eh ! Terlambat !" Ucap Kristall terbata-bata.

"Apa alasan kamu ?" Tanya Bu Aina.

"Ada laki-laki nyebelin bu ! Kemarin dia dorong saya pake sepeda sampai saya terjungkal di selokan !" Jawab Kristall percaya diri.

"Siapa laki-laki itu ? Kalas berapa dia ?" Tanya Bu Aina lagi.

"Gatau bu..." Jawab Kristall polos.

"Gimana sih ! Sekarang kamu ibu hukum ! Bersihkan gudang sekolah. SEKARANG !" Tegas bu Aina. Kristall pun langsung pergi ke gudang sekolah untuk melakukan hukumannya tersebut.

sentimientosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang