Chapter #2

25 4 0
                                    

Namun....

"Ayah ?" Tanya Kristall memastikan bahwa itu adalah ayahnya.

"Kenapa gak belajar ?" Tegas ayah Kristall to the point.

"..." Kristall tak berani menjawab. Ia hanya menundukkan kepalanya saja.

"Kristall jawab ! Lo punya mulut gak ?!" Bentak ayahnya. Inilah saat yang paling membuat Kristall down. Di saat ayahnya berlaku kasar dengan Kristall.

"Ta--tadi Kristall..." Ucap Kristall gugup. Kakinya sudah bergemetar ketakutan.

"Dulu kamu masuk SMP itu rangking 3, tapi sekarang ?! Malah jadi stupid." Omel ayahnya. Kristall hanya bisa menunduk ketakutan sembari menahan tangisnya.

"Sekarang ke atas, belajar ! Jangan main handphone !" Perintah ayahnya. Kristall pun langsung berjalan menuju lantai dua, kamarnya.

Sesampainya ia di kamarnya, ia langsung menutup pintu kamarnya lalu menangis di balik pintu.

"A-apa gw pantes hidup di dunia ?" Tanya Kristall sembari terus menangis.

"Kenapa usaha Kristall selama ini gak berhasil Ya allah...." Ucap Kristall sembari terus saja menangis.

"K-kristall gak suka ayah ngomong kasar sama Kristall...." Lirih Kristall. Lalu detik selanjutnya, ia langsung menghapus air matanya.

"Kristall gak boleh nyerah gitu aja ! Kristall harus berusaha !" Semangat Kristall. Ia pun langsung menuju meja belajar Hello kitty -nya dan langsung membuka lembaran-lembaran buku yang akan ia pelajari. Jika ada yang ia tak mengerti, ia akan mencarinya di Google.

***

"Aaaaah, capek bgt." Protes Kristall. Pasalnya ia sudah belajar lebih dari 4 jam. Ia pun langsung menutup bukunya dan langsung merebahkan tubuhnya dikasur berwarna baby pink itu. Ia berguling-guling layaknya anak kecil yang baru saja di belikan mainan oleh orangtuanya.

"Bosen...." Protes Kristall. Ia tidak tahu harus melakukan apa sekarang. Jika ia keluar dari kamarnya, ia takut ayahnya akan mengamuk lagi. Tapi ia merasa bosan di dalam kamarnya. Akhirnya, Kristall memutuskan untuk pergi menuju balkon kamarnya. Ia menyibak gorden berwarna pink itu dan langsung membuka pintu balkon kamarnya.

"Aaaaah, udaranya segarr...." Ucap Kristall sembari menghirup udara malam hari sebanyak-banyaknya. Kristall merasa bahagia saat ia pergi ke balkon kamarnya. Namun tiba-tiba, telfon kamarmya berbunyi. Memang di setiap kamar rumah keluarga Kristall di sediakan telfon agar mudah memanggil anggota keluarga tanpa harus berteriak.

"Halo ?"

"Halo non Kristall...ke bawah, makan. Disuruh tuan." Ucap salah satu asisten rumah tangga di rumah keluarga Kristall.

"Disuruh ayah ? Yaudah Kristall turun." Jawab Kristall. Ia pun langsung menutup telfonnya dan beranjak turun ke ruang makan yang berada di lantai 1.

Saat Kristall sudah berada di ruang makan, Kristall melihat ayahnya, bundanya, abangnya, adik kecilnya, dan satu lagi tidak Kristall kenali. Mungkin temennya abang batin Kristall.

"Kristall, sini makan." Ajak ayahnya. Kristall pun langsung duduk di kursi makan.

"Kamu udah belajar ? Maaf ya tadi ayah marah sama kamu." Ucap ayahnya. Kristall pun mengangguk sebagai jawaban.

"Iya ayah...gapapa. Oh iya, dia siapa ?" Tanya Kristall sembari menunjuk orang yang duduk persis di depannya. Kristall layaknya seperti anak kecil yang belum mengerti sopan santun.

sentimientosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang