BAB 4

44.5K 2K 71
                                    

Hati bergetar, Seluruh badanku terasa memanas, ciumannya benar benar membuatku kehilangan kendali dan mendesah saat mulut sexsinya menghisap leherku, dan yang paling memalukan.... Entah sudah berapa kali area sensitifku ini berkedut dan mengeluarkan cairan.

Brewoknya begitu menggelikan, dia berulang kali menggesek leherku....

Aih..... Aku sekarang suka pria brewok.

Mereka begitu sangat menggemaskan. Apalagi kalau si Brewok itu adalah kekasihku Yusuf. Tapi sayangnya....

Dia bukanlah kekasihku!! Dia hanyalah kekasihnya Tia dan berhasil aku tipu dengan menggunakan nama Tia.

Pikiran itu sontak membuatku menjadi cemas, dan berusaha melepaskan ciuman Yusuf dengan perlahan.

"Maaf.... Mas Yusuf.... Tapi kita baru saja kenal....aacchh..." desahku berusaha lepas dari dekapannya.

"Aku tidak perduli sayang.... Aku sudah begitu sangat mencintaimu hanya dengan melihat wajahmu..... Kau sangat sangat.... menggemaskan" desahnya di atas bibirku.

"Apa karna aku cantik...? Apa karna aku montok?? Apa kau melihat seorang wanita hanya dari fisiknya saja?" tanyaku harap harap cemas, karna kalau memang iya... Siap siap saja aku terlempar jauh karna Tia yang asli jauh lebih cantik di bandingkan dariku.

Kulihat Yusuf semakin menatapku dengan lekat, seulas senyum merekah di bibirnya yang sangat sexsi menurutku itu.

"Kenapa kau tertawa? Apa aku lucu?" ucapku lirih.

"Ya.... Kau sangat lucu, dan kau juga sangat manis sayang.... Kau benar benar telah membuat hatiku ini bergetar" ucapnya sambil tersenyum geli.

"Kau bercanda!! Sebaiknya kita makan sekarang!! Aku tidak mau umi Aisyah menunggu kita terlalu lama" ucapku kesal.

Aku berjalan hendak meninggalkannya seorang diri, tapi sebelum sempat aku melangkah lebih jauh, dia kembali menarikku dengan lembut kemudian kembali merapatkan pelukan kami dan kembali berciuman.

"Rupanya kau juga bisa marah sayangku...." ucapnya sambil menurunkan sedikit kerah gaunku dan menghisap dadaku sampai merah kemudian menutupinya kembali dengan merapikan pakaianku.

"Apa yang kau lakukan mas Yusuf...? Kau membuatnya merah!" tanyaku pelan.

"Lihat mataku sayang.... " ucapnya lembut.

Aku mengangkat wajahku dan menatap matanya dengan sangat lekat. Dia membelai pipiku dan mengusap bibirku dengan perlahan. Aku melihat dia juga menatapku dengan sangat lembut dan terlihat sorot kekaguman serta kasih sayang dalam setiap pancaran matanya.

"Aku sangat mencintaimu sayang.... Bukan karna kau adalah seorang wanita cantik... Tapi karna kau adalah orang yang bisa membuat hatiku merasakan cinta yang sebenarnya dan hatiku merasakan damai jika di dekatmu sehingga aku ingin selalu mencumbu bibirmu yang sangat manis itu..." desahnya di atas bibirku dan membuat kakiku serasa mau lumpuh karna meleleh dalam rayuannya.

"Apa kau berusaha membuatku takluk dalam setiap rayuanmu Tuan Yusuf ??" tanyaku pelan.

"Tidak sayang... Aku serius dalam setiap perkataanku" jawabnya tegas.

"Bagaimana jika seandainya kau tahu bahwa aku bukanlah Tia mas Yusuf ?? Apa kau juga akan tetap mencintaiku??" Bathinku cemas.

"Hei... Mengapa kau melamun sayang... Apa perlu aku menikahimu sekarang buat membuktikan rasa cintaku padamu!! Hem??" ucapnya membuatku gementar.

"Eh... Kurasa... Umi sudah menunggu kita terlalu lama Tuan... Kita harus kesana" ucapku salah tingkah.

"Aku yakin umi sudah makan dari tadi sayang... Dia sangat mengenalku" ucapnya kembali mendekatkan bibirnya ke arah bibirku.

Aku begitu gugup bukan main, Yusuf kembali ingin mencumbu diriku.
Tapi sebelum sempat melakukannya, kudengar Umi Aisyah memanggil dirinya.

"Yusuf !! Hentikan sifat mesummu itu!! Bawa gadismu itu kemari!! Aku tahu dia sangat kelaparan sayang.... Jangan bertindak bodoh" ucap umi Aisyah membuatku lega sekaligus tertawa geli.

Sedangkan Yusuf terlihat kesal dan menatapku sambil tertawa.

"Kau puas?? Hem..." tanyanya sambil tersenyum.

"Aku tidak melakukan apapun Tuan..." jawabku geli.

"Ya.... Itu semua salah umi ku" ucapnya sambil mengusap kepalaku.

"Ayo kita kesana, lagi pula aku lapar" ucapku geli.

"Ayo sayang.... Nanti di lanjut" ucapnya sambil menggandeng tanganku menuju meja makan.

"Tidak perlu, terima kasih" jawabku menggodanya.

"Kau sudah mulai nakal sekarang ya..." ucapnya menghentikan langkahku.

"Umi.... Tolong aku...putramu menjahiliku" teriakku pada umi nya yusuf.

"Yusuf !! Bawa Nur kesini" jawab umi Aisyah membuat jantungku seperti jatuh ke dasar perut.

"Astaga.... Umi memanggilku dengan sebuatan Nur.... Bagaimana kalau Yusuf curiga!!" Bathinku dengan jantung berdetak.

Bagaimanapun juga aku baru saja mengenal dirinya. Aku belum tahu mengenai sifat aslinya.

Bisa saja dia orang pemarah dan akan mengadukanku pada polisi karna Tia telah menggunakan banyak uang darinya.

"Nur.... Nur siapa umi" ucap Yusuf bingung.

"Maksud umi.... Adalah aku... Dia menjuluki aku sebagai cahaya nya...karna dia sudah begitu sangat menyukaiku makanya menyebutku seperti itu" ucapku gugup.

"Oh... Berarti kau juga cahayaku sayang.... Aku menyukai nama itu... Dan ya... Aku sangat mencintaimu Nur..." ucapnya membuat hatiku bergetar.

Kami berjalan menuju meja makan dan umi Aisyah menatapku dengan pandangan menyesal. Aku menganggukkan kepalaku dan berusaha menunjukkan padanya bahwa semua telah baik baik saja.

Kami makan dengan sangat lahapnya. Yusuf berulang kali menyuruhku buat makan sepuasnya begitu juga dengan umi Aisyah. Aku begitu bahagia tinggal bersama mereka. Bukan karna mereka orang kaya. Tapi karna sifat dan sikap mereka yang memperlakukanku dengan sangat lembut.

"Makanlah sepuasmu sayang.... Setelah itu cuci mukamu dan gantilah bajumu... Aku sudah menyiapkan kamar dan gaun tidur buat tidurmu hari ini karna kau akan menginap dirumah calon suamimu malam ini cantik, aku begitu bahagia karna kau mau menginap dirumahku satu malam demi memuaskan rasa rinduku padamu sayang..." ucapnya membuatku tersedak.

Uhuk....uhuk ...uhuk...

"Hei pelan pelan sayang..." ucap umi Aisyah mengelus punggungku dan Yusuf memberikan air putih kepadaku.

" Bagaimana sayang?? Apa kau merasakan sakit??" tanya Yusuf khawatir.

"Aku tidak apa apa mas Yusuf... Tapi kapan aku bilang akan menginap di sini??" tanyaku was was.

"Saat aku akan berangkat ke negara ini sayang.... Apa kau lupa??" ucap Yusuf membuat hatiku berdetak jauh lebih cepat.

"Dasar... Tia kurang ajar.... Awas kau!!" Bathinku kesal.

"Sayang... Kau baik baik saja" tanya Yusuf khawatir.

"Aku tidak apa apa... Aku akan menginap di sini" ucapku sambil berusaha tersenyum meski dalam hati ingin makan orang.

Umi Aisyah memandangku dengan tatapan geli. Dia menggenggam tanganku dan berusaha menenangkan hatiku. Dia menyuruhku buat kembali makan dan aku menurutinya meski tidak seenak dan senafsu tadi.

________////_________

SELENGKAPNYA BISA KALIAN BACA DI APLIKASI K4RYA K4RSA, KETIK NAMA PENA Dilla909. KLIK PROFIL Dilla909. CARI BAGIAN SERI AKAN KALIAN TEMUKAN CERITA BERJUDUL MAS BREWOK DI SANA, GESER KE ATAS. THANKS ....

MAS BREWOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang