BAB 5

41.5K 2K 77
                                    

Aku memandangi baju tidurku yang tergeletak dengan rapi di atas ranjang kamarku. Baju itu begitu tipis dan warna merahnya membuatku merasa ngeri. Seumur umur aku belum pernah mengenakan gaun sexsi seperti itu.

Tapi ya....

Lagi lagi ini adalah rumah orang kaya. Bukan hanya baju tidurnya saja, bahkan kamar mandinya pun menyiksa diriku.
Dengan toilet duduk yang irit akan air dan juga shower di atas bak mandi atau bathup yang membuatku merasa kurang puas jika di bandingkan dengan kamar mandi di rumah kakakku Fia.

Toilet jongkok pakai gayung...
Bak mandi besar dengan air yang sangat banyak....

Byur....

Itu semua membuatku puas.
Tidak seperti sekarang...

Aku menyalakan shower dan airnya...

Gemericik.....
Deras sih....

Tapi aku merasa tidak puas sama sekali.
Entahlah,mungkin juga aku sudah terbiasa hidup di desa bersama ayahku dan biasa terjun ke sungai jika mandi.

Aku membuka satu persatu pakaianku dan berjalan menuju kamar mandi buat membersihkan diri dan juga menyegarkan otakku yang sedang stres ini. Aku menyalakan air dan diam di bawahnya sambil menyabuni seluruh anggota tubuhku.

Setelah selesai aku segera keluar dengan tubuh telanjangku karna aku lupa membawa handuk.

"Untung... Aku tidur di kamar tamu yang tempatnya jauh dari kamar mas yusuf, kalau sampai dekat dengan kamarnya bisa bisa aku tidak bisa tenang karna dia terus menggangguku" ucapku lega.

Aku berjalan menuju lemari pakaian buat mengambil handuk, tapi sialnya lemarinya terkunci dan aku tidak tahu kuncinya berada dimana?

"Apa kau mencari ini?" ucap seseorang membuat jantungku berdetak tidak karuan.

"Mas... Yu...yusuf... K..kau di sini??" ucapku berusaha menutupi anggota badanku yang telanjang dengan kedua tanganku meskipun aku yakin itu percuma.

"Maafkan aku... Aku tidak tahu kalau kau sedang telanjang... Lain kali kau harus mengunci pintunya lebih dulu" ucapnya sambil beranjak menuju pintu buat menguncinya.

"Astaga!! Mengapa kau mengunci pintunya dari dalam tuan!! Kau bisa keluar" teriakku frustasi.

"Sssttt aku hanya mau memberikan kunci ini padamu sayang...dan juga numpang buat mandi sebentar karna toilet di kamarku rusak" ucapnya santai.

"Kau bisa mandi di tempat umi Aisyah bukan?? Apa kau lupa??" tanyaku tajam.

"Astaga!! Aku hanya mau mandi di tempat calon istriku saja sayang... Aku tidak akan memakanmu meskipun kau sangat menggoda imanku" ucapnya geli.

"Kau ini!! Kemarikan kuncinya!!" teriakku lagi semakin kesal.

Tidak ada lagi kelembutan dariku seperti tadi, aku berusaha segalak dan sedingin mungkin buat melindungi diriku. Aku menatapnya dengan tajam dan kurasakan dadaku naik turun menahan amarah.

"Kau mau kunci ini.... Ambillah" ucapnya sambil menatap mataku lekat.

"Kau bisa melemparnya tuan... Dasar brewok!!" ucapku jengkel.

"Brewok!! Aassshhh.... aku merasa semakin panas saat ini, lebih baik aku mandi sekarang" ucapnya sambil menggigit bibir bawahnya dan melepaskan pakaiannya satu persatu dengan tatapannya yang nakal menuju ke arah mataku.

Aku benar benar gemetar, kakiku serasa mau lumpuh, aku hanya mampu berharap semoga dia tidak memperkosaku saat ini.
Jantungku seperti jatuh kedasar perut saat dia membuka baju dalamnya.

Dadanya di penuhi dengan bulu bulu yang sangat halus, perutnya rata kotak kotak, lengannya sangat kuat,kokoh dan kekar.
Badannya ibarat seorang model dalam majalah dewasa yang sering aku lihat di meja kakakku Fia.

Dia menatapku semakin dalam, dia membuka celana panjangnya dan hanya meninggalkan boxer yang tercetak dengan indah di pinggang sexsinya.

Dadaku semakin bergemuruh, aku sangat mengaguminya tapi disisi lain juga sangat takut padanya. Aku berharap agar dia tidak melepas satu satunya kain yang menutupi area sensitifnya itu, aku tidak mau!! Sungguh tidak mau.

"Kalau kau mau mandi...sebaiknya segera masuk kedalam" ucapku berusaha tenang meskipun keringat dingin membasahi tubuhku.

"Kenapa buru buru sayang.... Aku masih ingin santai disini, lagipula ini sudah jam setengah sebelas malam, aku yakin semuanya sudah tidur pada saat ini" ucapnya sambil berjalan mendekatiku.

"Berhenti!! Jangan mendekat, atau kau akan menyesal tuan!!" ancamku berusaha menenangkan diri.

"Hei... Santai sayang... Aku hanya ingin mendekatimu NUR JANNAH !!" ucapnya membuatku terpaku di tempatku berdiri.

Apa dia sudah mengetahuinya...? Matilah aku, Dia pasti akan memenjarakan diriku. Dan akan menghukumku. Aku begitu cemas, kalut dan takut.

"Apa?? NUR??" ucapku tidak percaya.

"Ya... NUR JANNAH..." ucapnya tajam.

"Tapi...." ucapku ketakutan.

Aku menatap Yusuf dengan sangat gemetar, dia menatapku dengan pandangan menyelidik. Dia mendekat kearahku kemudian meraih pinggangku, Aku hanya bisa menurut karna aku sudah terlalu khawatir dan ketakutan. Bahkan aku juga telah lupa bahwa aku saat ini sedang telanjang.

Dia mendekapku dengan erat kemudian mengangkatku kedalam pelukannya dalam posisi berdiri, hingga tanpa sengaja badanku semakin rapat menempel pada tubuhnya. Dia membawaku ke ranjang dan menjatuhkan dirinya hingga terlentang dengan posisi aku berada di atas tubuhnya.

"Mengapa kau terlihat pucat sayang... Bukankah umi telah memanggilmu dengan sebutan Nur ?? Maka aku menambahinya dengan sebutan Jannah, karna bagiku kau adalah surgaku dan juga cahayaku, jadi aku menyatukan nama itu dengan sebutan NUR JANNAH, apa aku salah?" tanyanya membuatku lega.

"Jadi... Maksudmu...kau memberiku nama itu?" tanyaku memastikannya.

"Iya sayang... Mengapa kau kelihatan panik? Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku??" tanyanya tajam.

"Eh... Ti..tidak!! Tentu saja tidak... Aku menyukai nama itu.. Nama yang indah, Nur jannah ya...." jawabku salah tingkah.

"Kalau begitu tidak ada masalah kan? Jadi tersenyumlah..." ucapnya lembut.

"Oh iya..." jawabku berusaha tertawa lepas.

Aku merasa lega karna ternyata Yusuf tidak mengetahui tentang kebenarannya.
Aku harus segera membawa Tia kehadapannya agar aku lepas dari jeratannya. Aku akui Yusuf memang sangat tampan, tapi sifat mesumnya itu membuatku harus segera menjauhinya.

Di saat aku sedang berpikir dengan keras, aku rasakan geli di sekitar payudaraku. Sontak aku terkejut dan menengok kebawah.

Dan.....

"Astaga!!! Apa yang kau lakukan Tuan??? Mengapa kau menghisap payudaraku.... Lepas!! Umi... Tolong Aku..... Lepas bodoh" teriakku sambil memberontak.

Aku berusaha lepas dari pelukannya dengan memukul mukul dadanya. Sedangkan Yusuf hanya tersenyum dan tidak memperdulikanku.

"Aaakkkhhhh....." teriakku frustasi.

SELENGKAPNYA BISA KALIAN BACA DI APLIKASI K4RYA K4RSA, KETIK NAMA PENA Dilla909. KLIK PROFIL Dilla909. CARI BAGIAN SERI AKAN KALIAN TEMUKAN CERITA BERJUDUL MAS BREWOK DI SANA, GESER KE ATAS. THANKS ....

MAS BREWOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang