Seongwu terbaring dikasur kamarnya, dengan Jihoon yang sibuk menakar ampul obat untuk ia suntikan sedang duduk disebelahnya.
"Sugar haruskah?" Tanyanya dengan suara yang terdengar serak. Jihoon menoleh sebentar menatap Seongwu kemudian menghela nafasnya tapi tangannya dengan cepat menyuntikan obat itu kearah bokong Seongwu yang menjerit kaget.
"Siapa suruh kau menyusul ke klinik dengan keadaan basah kuyup" suara Jihoon terdengar datar menyapa telinganya. "Kau bilang ingin makan siang denganku" ucap Seongwu membela dirinya
"Tapi bukan berarti kau harus berlari tanpa payung dari halte bus" balas Jihoon sembari merapikan alat medisnya.
"Maaf" desis Seongwu lalu meraih jemari Jihoon mengusapnya sembari memasang wajah sedih. Jihoon menoleh kearahnya kemudian mendekatkan wajahnya kearah wajah Seongwu untuk mengecup kening suaminya itu.
"Kau tahu betapa paniknya aku saat ibumu menelfonku mengatakan kau sakit" lirih Jihoon keduanya masih saling menatap dan Seongwu belum melepas tautan jarinya.
"Aku tak tau bila demam bisa membuatmu pingsan saat meeting"
"Tentu saja! Aku panik saat melihat laporan suhumu yang mencapai 39.8 tadi, aku merasa bersalah tak bisa mengurus suamiku dengan baik" ucap Jihoon dengan wajah yang mulai memerah.
Seongwu tersenyum mendengar perkataan Jihoon lalu menarik tubuh pria itu kedalam pelukannya. "Sugar.. terimakasih sudah menjadi pasanganku yang baik, papa yang luar biasa bagi anak-anak kita, dan Dokter yang hebat bagi pasienmu"
Jihoon mengangguk dengan wajah yang masih menempel didada Seongwu yang hangat. "Cepat sembuh Ongie hyuuuung" desisnya.
Seongwu tertegun sejenak, sudah lama dirinya tak mendengar sebutan itu dari bibir Jihoon. Jihoon yang sekarang benar-benar berubah 180 derajat dibandingkan Jihoonnya yang dulu, yang selalu merengek meminta diperhatikan dan dimanja seperti bayi, sejak kelahiran Ilhoon dan Jilhoon perlahan Seongwu bisa melihat sisi dewasa yang semakin membuatnya terpesona akan sosok pasangannya itu.
"Kau akan menjemput anak-anak?" Tanya Seongwu ketika Jihoon bergerak melepas pelukannya.
"No, kau masih sakit Ibumu memaksaku untuk mengasuh mereka selama kau sakit agar tak tertular"
"Kau akan kemana?" tanya Seongwu lagi ketika pria itu hendak membuka pintu kamar mereka.
"Kau belum makan hubby.. aku harus membuatkanmu bubur"
"Tapi aku tak lapar, aku hanya ingin memelukmu sugar"
"No! Kau harus makan setelah itu istirahat"
Pria itu bahkan kini dengan tega menutup pintu,meninggalkannya sendiri terbaring dikasur mereka.
Seongwu menghela nafasnya lalu kembali mengulung tubuhnya dengan selimut yang tadi ditarik oleh Jihoon.
"Jangan menutup tubuhmu dengan selimut sayang!!!" Teriak Jihoon dari arah pantry mengejutkannya, Seongwu dengan terpaksa menurut lalu menggunakan kakinya mendorong selimut tebal itu agar jatuh dilantai, ia menguap dan tak lama kemudian tertidur dengan suara dengkuran halusnya yang mulai terdengar.
Jihoon perlahan membuka pintu setelah selesai membuatkan bubur udang favorit suaminya itu, dirinya mendekat kearah Seongwu yang terlelap lalu meraih termometer infra red dinakas samping tempat tidur dan mendekatkan alat itu kearah kening Pria berahang tegas itu.
'Pip'
Suhu tubuh pria itu sudah berada diangka normal. Jihoon tersenyum sembari mengusap kening kesayangannya itu, dirinya sadar Seongwu akhir-akhir kelelahan karena pekerjaannya, mengasuh sikembar ketika Jihoon berangkat bekerja dan Seongwulah yang lebih sering membuat makan malam bagi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other [COMPLETE✔]
FanfictionOng Seongwo seorang White Hacker yang kabur dari Korea dan menetap diPrancis setelah mengalami patah hati berat karena ditinggal kekasihnya tanpa sengaja bertemu dengan Pemuda Manis berambut pirang yang menyelamatkanya dari serangan seorang pembunu...