01

175 10 1
                                    

Gadis itu tersenyum betumpu pada dagunya menatap pemandangan di depan sana. Mata hazelnya menatap dengan berbinar-binar, imajinasinya sudah menari indah di kepalanya. Sampai bunyi mickrowave membuyarkan lamunannya. Setelah menyelesaikan kegiatannya, mengambil tasnya dan berlalu dari situ dengan senyum tipisnya.
Lelaki yg sibuk bergulung di selimutnya itu, menyerengitkan alisnya sedikit, matahari menganggunya, lagi. Dengan langkah gontai, memasuki dapur dan pemandangan setiap paginya telah menyambut. Dia mulai makan, dan pikirannya melayang.

Dengan langkah terburu-buru dan dengan pakaian yg belum sepenuhnya rapi, rambut coklatnya acak-acakan dan kacamata hitam bertengger indah di hidung mancungnya. Ketika sudah sampai tujuan, ada teriakan yg mengagetkannya.
“gilang!” merasa terpanggil, dia pun menghentikan langkahnya dan menoleh
Perempuan itu tersenyum manis, merapikan kemeja dan dasinya, tak lupa memakaikan jasnya dan merapikan rambutnya.
“sudahh, good luck ya meetingnya” perempuan itu tersenyum dan mengecup pipi gilang sekilas
Gilang sudah masuk kedalam ruangan meeting meninggalkan Rika-perempuan yg mengecup pipi gilang, tersenyum cerah menatap punggung kokoh gilang dan kemudian berlalu dari situ melanjutkan pekerjaannya.

“FANI!!!” suara melengking itu menggema mengelilingi Lorong kampus pagi ini. Merasa namanya dipanggil, fani menolehkan kepalanya dengan malas.
“apaan sih lu, pecah gendang telingga gua nih!”
“hehehe, abis lu biasaan kalo dipanggil harus pake suara 8 oktaf gua baru denger” Rani merangkul Fani dan mengajaknya masuk kelas mereka.

Fani sibuk dengan hpnya karena sedang berdebat dengan driver yg mengantar makanan untuk gilang.
“iya bang!, itu tinggal belok kanan”
“iya gilang bang, gilang”
“cepetan atau saya laporin” selanjutnya fani memutuskan sambungan telepon dan menggerutu
“apaan dah lu, wajib banget apa ngantarin buat si muka tembok itu” ucap rani sambil memakan chicken steak nya.
“ih rani apaansih, dia gak tembok kok. Kak gilang itu harus makan, dia punya maag akut tau” cerca fani dengan mulutnya yg penuh makanan
“jorok banget sih, itu keluaran semua makanannya” hanya dibalas kekehan oleh fani

Gilang baru selesai meeting dengan clientnya yg cukup keras kepala, melangkahkan kakinya memasuki ruangannya. Hal yg pertama dia lihat adalah Rika, tersenyum padanya. Tentu saja hanya dibalas tatapan datar oleh Gilang. Dan seperti biasa, pemandangan setiap siang, satu kotak makanan sudah tersaji lengkap dengan minumannya dan juga bon nya-_-.
Gilang duduk di kursi kebesarannya dan memakan habis makanannya. Memeriksa sedikit berkas yg sudah tidak menumpuk lagi di mejanya. Akhirnya gilang mengambil ponselnya dan menekan satu nomor disana.

Fani yg sedang heboh Bersama Rani menonton drama korea, dikejutkan oleh panggilan di ponselnya. Tanpa melihat caller id nya, fani menjawab dengan mata yg masih focus ke macbook Rani.
“Fani” ucap orang disebrang sana dingin, fani menyadari suara itu milik gilang langsung mengecek caller id untuk memastikan dan menepuk jidatnya pelan.
“iya kak?, kakak udah pulang?, sebentar fani pulang kak, maafin fani pulang telat hari ini habisnya itu drakornya seru, jam lima fani pulang nanti minta anterin rani kok, kakak mau titip apa nih? Nanti biar fani beliin, ga pake bon kak, maaf ya kak” ucap fani Panjang lebar, mengundang perhatian Rani
“pulang jam berapa? Saya jemput”
Fani sempat dibuat terkejut dengan kalimat yg barusan ia dengar, apa dia tidak salah dengar?
“Fani” menyadarkan lamunan fani
“eh iya kak, pulang jam 5, dirumah Rani ya kak, see you” setelah itu telepon dimatikan sepihak
Fani menepuk jidatnya pelan, apakah ini pertanda baik atau malah pertanda buruk? Ah entahlah, pikirannya bercabang karena kalimat yg dilontarkan Gilang tadi. Saat menoleh untuk melanjutkan nontonnya yg sempat tertunda, fani disuguhi muka cengo oleh rani hanya cuek dan menekan tombol play di macbook rani.

Gilang keluar dari ruangannya dengan jas yg disampirkan di bahu kirinya dan juga kantong plastic ditangan kanannya. Rika lekas berdiri dan tersenyum kepada Gilang.
“saya pulang” ucap gilang tanpa mau menoleh pada Rika, kemudian melanjutkan langkahnya
Rika tersenyum menatap pintu lift yg tertutup. Rika memang menyukai bos nya yg super dingin ini, tapi tidak mengurangi kadar ketampanan yg ada di Gilang. Setelah lift turun, rika mengemasi barangnya dan pulang.

Gilang memasuki rumah besar berwarna putih tulang, berhias pagar hitam tinggi seolah tidak ingin menampakkan pemiliknya. Setelah memarkirkan mobil sportnya, gilang berlalu masuk dan mengambil kunci motornya, kemudian menghidupkannya. Gilang berlalu ke dalam untuk mengganti bajunya sambil menunggu mesin motornya dipanaskan.
Gilang sudah berganti pakaian, baju lengan panjang dengan jeans hitamnya melengkapi penampilannya sore itu, dengan gelas di tangannya. Mungkin sedikit bersantai sambil menunggu fani adalah hal yg tidak buruk.

Tbc

Hai ini work pertama gua. Semoga kalian suka 😉 bakalan update setiap hari.

Vommentnya jangan lupa 😉

Gilang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang