04

35 4 0
                                    

Fani masih focus ke layar macbooknya, tentu saja untuk melihat drama korea. Fani sangat bersyukur sekali gilang mengerti apa yg dia mau. Dulu saat dia iri sekali melihat Rani mendapatkan macbook tetapi tidak berani meminta kepada gilang, tapi tanpa disangka gilang menghadiakan dia macbook beberapa hari kemudian. Sama juga ketika Fani harus sibuk ke wifi corner yg lumayan jauh dari rumahnya, menyebabkan dia harus sering berbohong kepada gilang, beberapa hari kemudian juga rumah gilang memiliki wifi. Gilang tidak pernah mengekang Fani, tidak pernah melarang Fani. Menurut fani gilang tidak berubah dari gilang yg dulu, hanya saja sekarang dia tidak banyak bicara. Dan menurut fani, gilang sangat sayang pada fani dengan caranya sendiri.

Gilang merapikan sedikit rambutnya, mungkin ini keputusan yg tepat. Gilang belakangan ini memikirkan, inilah saatnya untuk tidak menjadi gilang yg ‘beda’. Dia tidak harus lagi menutup diri pada Fani, orang yg setiap hari memperhatikannya, mengingatkannya makan, dan merawatnya. Mungkin dengan sedikit akrab kepada Fani akan mengurangi rasa kehilangannya pada mamanya dan juga ibu Nia.

Gilang mengetuk pelan pintu berwarna pink itu, dari keseluruhan rumah gilang, hanya kamar Fani yg terlihat mencolok dari kejauhan. Fani dengan sebalnya mem pause drama korea itu, pasti rani menggangunya, tidak tau diri, batin Fani. Tapi, fani terkejut dengan siapa yg mengetok pintunya, itu gilang. Fani yg sibuk mengunyah cemilan sambil menggerutu tadi hampir saja tersedak.

“kenapa kak? Kakak laper kah? Atau ada yg sakit?” ucap fani bingung

“temani saya potong rambut, saya tunggu dibawah 10 menit lagi” fani ternganga, kalimat terpanjang kedua yg gilang ucapkan ke fani

Fani bergegas mematikan macbooknya, mengenakan sweater baby pinknya dan juga celana panjang putihnya, dengan terburu-buru memasang jam tangan dan juga menyambar sling bag-nya.
Gilang menunggu fani di halaman rumahnya, fani menutup pintu dan dia terkesima oleh penampilan Gilang hari ini. Tubuh atletisnya dibalut dengan sweater rajut warna hitam dan celana hitamnya. Tapi ada yg merusak penampilan gilang, sendal biasa itu merusak pemandangan. Gilang mengikuti arah pandangan fani yg tertuju pada sendal yg dia gunakan.

“sendalnya jelek ya?” langsung disambut anggukan oleh Fani

“nanti gak usah pake itu, ntar Fani beliin yg bagus lah” fani kemudian mengambil helm yg sudah di berikan Gilang.

Gilang dan fani sudah ada diatas motor sport itu, tapi gilang belum juga jalan membuat fani mendengus kesal. Selanjutnya gilang meletakkan tangan Fani di pinggangnya seperti kemarin. Fani tersenyum malu, dan gilang melajukan motornya membelah Jakarta.

Saat sudah sampai di pusat perbelanjaan, fani mengikuti gilang dari belakang dan lagi-lagi menabrak punggung gilang. Gilang merangkul fani, mengisyaratkan untuk jalan bersebelahan dengannya. Lama berjalan akhirnya mereka menemukan tujuan mereka dan fani menggegam tangan Gilang memasuki barbershop.

“jadi yg mana kak?” ucap pria dengan rambut rapi itu

“kak yg manaa?” fani menyenggol tangan gilang

“terserah kamu” gilang tersenyum, manis sekali

Akhirnya Fani memilihkan salah satu model rambut itu, dan sangking lamanya dia sampai tertidur di sofa tunggu yg ada disitu.

Gilang mengelus pipi Fani yg entah sejak kapan berubah chubby, rasanya ingin memakan pipi itu, eh?. Fani malah menggeliat tidak jelas. Gilang kembali mengelus pipi Fani dan fani membuka matanya, tersenyum kea rah gilang. Dia duduk dan mengucek-ucek matanya untuk mengembalikan kesadarannya.

“kakak ganteng banget!!!” suara teriakan fani menyebabkan semua orang yg ada diruangan itu langsung menutup telinganya termasuk gilang.

Gilang merangkul Fani masuk ke dalam sebuah restoran cepat saji. Fani mendengus kesal, pasti makanan tidak sehat lagi. Dan benar saja, gilang kembali dengan satu nampan penuh makanan tidak sehat yg tampak menggiurkan itu. Gagal diet, lagi, batin Fani.
Gilang hanya diam melihat Fani yg ingin menyentuh makanannya tapi selalu diurungkan. Sadar di perhatikan, fani melihat kea rah Gilang yg menatapnya bingung. Akhirnya dengan sangat terpaksa, dia mengambil burger dengan keju yg sudah meleleh di hadapannya itu dan memakannya.

Setelah burgernya habis, dan menghabiskan soft drink nya. Fani beralih menatap gilang yg ternyata masih menatapnya. Tangan gilang terulur membuat Fani sibuk mengatur detak jantungnya yg tidak karuan.

“itu masih ada sausnya” gilang mengelap sudut bibir fani

Fani merasa badannya sudah tidak memilik tulang sekarang. Dia sudah meleleh dan sangat meleleh. Rasanya ia ingin menjerit sekeras-kerasnya.

Gilang memanjakan Fani hari ini dengan menonton film dan juga membeli beberapa novel serta penjepit rambut bermacam-macam jenis dengan warna pink. Dan tanpa gilang sadari, setiap tingkah manja Fani membuatnya tersenyum.

Gilang harus menggendong Fani, lagi. Tapi dia tidak keberatan sama sekali. Setelah memastikan tidur fani nyaman, gilang beralih mengganti bajunya dan ikut tidur disamping Fani.

Tbc

Maaf telat update 🙏
Next? Vommentnya jangan lupa 😊

Gilang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang