06

28 3 0
                                    

Banyak wahana yg mereka naiki di karnaval itu. Fani memeluk boneka yg dimenangkan gilang dengan senyum yg menghias di wajah ayunya. Gilang merangkul fani ke parkiran dan mereka berlalu dari karnaval itu.

Fani yg merasakan motor yg dia naiki berhenti, mengangkat kepalnya dari bahu gilang. fani sedikit menyerengit melihat tempat yg di datangi gilang kali ini. Warung nasi goreng yg nampaknya sangat menggiurkan. Fani mendengus kesal. Gagal diet, lagi.

Gilang kembali membawa 2 es the ditangannya. Dan menyodorkan salah satunya ke fani, fani dengan rakusnya meminum es the itu karena dia sangat haus sampai tidak memperdulikan lagi kehadiran Gilang. gilang tersenyum melihat tingkah gadis yg ada didepannya itu.

Jalanan Jakarta mala mini sangat sepi, tidak seramai biasanya. Gilang melirik jamnya sekilas, benar saja sudah pukul 2 malam. Gilang kembali melanjutkan perjalanannya, dan dia tau pasti fani sudah tertidur.

Gilang menyelimuti fani dan mengganti bajunya. Saat kembali, fani memeluk boneka teddy coklat itu dan meringkuk seperti bayi. Gilang yg sedang focus ke macbooknya tiba-tiba kaget karena sebuah suara
“kak gilang peluk” suara fani begitu manja tapi dengan mata yg masih terpejam
Setelah dirasa selesai semua. Gilang menaruh macbooknya di nakas dan merebahkan dirinya disamping fani.

Dengan ragu tangannya memeluk badan mungil itu. Tanpa disangka, fani membuka matanya dan berbalik menghadap gilang. gilang pikir dia akan ditampar sekarang, nyatanya tidak. Fani melepaskan boneka teddy itu dari pelukannya dan memeluk gilang erat.

Fani terbangun ketika bel rumah berbunyi nyaring. Dia melirik orang yg memeluknya sekarang, gilang. fani tersenyum sendiri sambil mencepol rambutnya dan berlari ke depan untuk membuka kan pintu.

“halo ranii syantik sekali hari ini” fani langsung cipika cipiki dengan rani
Rani masuk membawa sekantong pesanan fani untuk perawatan wajahnya. Fani mempersilahkan rani masuk tapi sebelum itu dia berlari menyelimuti gilang yg shirtless. Bahaya kalo rani liat, bisa-bisa gilang di terkam habis-habisan oleh rani.
Rani menuju lantai dua rumah fani diikuti fani dibelakangnya dengan senampan kebutuhan perawatan mereka hari ini. Dan pastinya rani akan langsung mengobrak-abrik isi kulkas pribadi milik fani dan memilih beberapa cemilan.

Gilang tersadar dari tidurnya saat ada teriakan seorang gadis yg begitu melengking. Setelah mengumpulkan kesadarannya, gilang berlalu ke kamar mandi. Gilang menyambar sarapan ringannya itu, hanya sebuah waffle vanilla dengan ice cream yg sudah meleleh diatasnya.

Gilang membuka korden hitam yg masih tertutup itu, kemudian membuka pintu geser yg menghubungkan antara ruangannya dan halaman belakang. Rumah gilang tidak memilik sekat di lantai satunya. Hanya ada ruang santai di depan, dibelakang ada sebuah ruangan besar yg bersambung dengan dapur dan bar mini, lengkap dengan kamar mandinya. Di lantai dua ada beberapa kamar yg tidak pernah dia datangi, karena gilang phobia tidur di tempat tertutup. Alhasil, dari kecil sampai sekarang, gilang tidur di ruangan besar yg terhubung dengan dapur.

Gilang duduk di ayunan dengan segelas kopi hitam ditangannya. Rambut coklatnya tertiup angin menyebabkan gilang menyipitkan matanya sedikit. Fani yg sedang membuka ballroom kamarnya sedikit terkejut dengan kehadiran gilang di halaman belakang. Tidak lama, gilang melihat ke arah fani dan fani langsung masuk ke kamarnya, bagaimana tidak dia sedang menggunakan masker lumpur yg merusak pemandangan.

Gilang meraih ponselnya yg menganggu hari bersantainya. Fani tadi pamit untuk pergi ke tempat wisata Bersama Rani. Setelah menggeser tombol hijau kemudian meloudspeaker panggilan itu.

“halo gilang, ini gua kevin, inget kaga?” gilang yg awalnya tidak terlalu berminat langsung tersenyum

“iya saya ingat” kevin yg mendapat respon seperti itu mendengus kesal

“masih aja irit ngomong. Eh ini ya btw, gua kan mau balik ke indo, tapi rumah gua mau di renov sama bonyok, gua nginep dirumah lu boleh ya?”

Gilang tampak berpikir sejenak kemudian “oke” dan panggilan dimatikan sepihak

Rani tiba-tiba saja dijemput abangnya yg baru saja pulang dari London, katanya mereka akan menginap dirumah sahabat abangnya. Fani terduduk di halte bis, ingin rasanya menelpon gilang untuk menjemputnya, tapi dia urungkan dengan harapan masih ada bis yg bisa mengantarnya pulang.

Sudah dua jam menunggu dan bis yg ditunggu fani belum juga dating. Akhirnya fani menekan nomor gilang dengan takut-takut. Saat telepon diangkat, fani dengan hebohnya langsung meminta gilang menjemputnya.

“kak, jemputin fani di halte deket ancol, fani ditinggalin rani tadi dia dijemput abangnya, udah gak ada taksi sama bis ini kak, jemputin ya..” fani pikir gilang akan menolak untuk menjemputnya, ternyata gilang mengiyakan dan menyuruh fani menunggu.

Hujan sudah menuruni bumi, gilang melajukan mobilnya dan tujuannya sudah dekat. Ketika sampai, betapa terkejutnya dia melihat fani yg sudah basah dan memeluk dirinya sendiri. Gilang melepaskan jaket jeans yg dipakainya dan memakaikannya pada fani, kemudian menuntun fani masuk kedalam mobilnya.

Fani masih terus-terusan memeluk badannya, dan sekarang bibirnya bergetar. Gilang yg bingung akhirnya memberhentikan mobilnya. Gilang tidak tau harus apa, sampai dia teringat..

“gilang kalau ada temennya yg kedinginan, peluk aja erat-erat terus gosok punggungnya supaya hangat” kemudian mama sarah mencontohkannya pada salah satu pasiennya

Akhirnya gilang memeluk fani erat, dan mengelus-elus punggungnya memberikan kehangatan kepada fani. Fani yg mendapatkan perlakuan seperti itu, badannya menjadi kaku kemudian menikmati pelukan yg diberikan gilang.


Tbc

Vommentnya ya 😁🙏
Bakalan double update 😉

Gilang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang